PROGRAM
GERAKAN LITERASI SEKOLAH (GLS)
![]() |
SMA UTAMA 2 BANDARLAMPUNG
Jl. Jendral Sudirman No. 39 Rawalaut, Kecamatan Enggal Bandarlampung
www.smautama2bandarlampung.blogspot.com Email: smautama2bandarlampung@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN
Kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. Rendahnya keterampilan tersebut membuktikan bahwa proses pendidikan belum mengembangkan kompetensi dan minat peserta didik terhadap pengetahuan. Praktik pendidikan yang dilaksanakan di sekolah selama ini juga memperlihatkan bahwa sekolah belum berfungsi sebagai organisasi pembelajaran yang menjadikan semua warganya sebagai pembelajar sepanjang hayat.
Gerakan Literasi Sekolah memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah “kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai”. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.
Dalam pelaksanaannya, pada periode tertentu yang terjadwal, dilakukan asesmen agar dampak keberadaan Gerakan Literasi Sekolah dapat diketahui dan terus-menerus dikembangkan. Gerakan Literasi Sekolah diharapkan mampu menggerakkan warga sekolah, pemangku kepentingan, dan masyarakat untuk bersama-sama memiliki, melaksanakan, dan menjadikan gerakan ini sebagai bagian penting dalam kehidupan. Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori.
Berdasarkan hal tersebut, SMA Utama 2 Bandarlampung mengembangkan gerakan literasi sekolah (GLS) yang melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dikembangkan berdasarkan sembilan agenda prioritas (Nawacita) yang terkait dengan tugas dan fungsi Kemendikbud, khususnya Nawacita nomor 5, 6, 8, dan 9. Butir Nawacita yang dimaksudkan adalah (5) meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia; (6) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya; (8) melakukan revolusi karakter bangsa; (9) memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Empat butir Nawacita tersebut terkait erat dengan komponen literasi sebagai modal pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, produktif dan berdaya saing, berkarakter, serta nasionalis.
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 Ayat 2 dan Pasal 51 Ayat 1;
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan;
5. Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengolahan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
6. Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan;
7. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti;
8. Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Pendidikan;
9. Permendikbud Nomor 19 Tahun 2016 tentang Program Indonesia Pintar.
@ Tujuan
1. Tujuan Umum:
Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
2. Tujuan Khusus:
ü Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.
ü Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
ü Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
ü Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
@ Sasaran
Adapun sasaran yang ingin kami capai dalam bidang Gerakan Literasi Sekolah di SMA Utama 2 Bandarlampung adalah sebagaimana berikut :
a) Sebelum pembelajaran di mulai atau setiap hari seluruh siswa diminta membaca buku, melakukan refleksi (masa hening) selama 15 s.d 20 menit
b) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku nonpelajaran.
c) Peserta didik dapat diminta membawa bukunya sendiri dari rumah.
d) Buku yang dibaca/dibacakan adalah pilihan peserta didik sesuai minat dan kesenangannya.
e) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini tidak diikuti oleh tugas-tugas yang bersifat tagihan/penilaian.
f) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat diikuti oleh diskusi informal tentang buku yang dibaca/dibacakan. Meskipun begitu, tanggapan peserta didik bersifat opsional dan tidak dinilai.
g) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini berlangsung dalam suasana yang santai, tenang, dan menyenangkan. Suasana ini dapat dibangun melalui pengaturan tempat duduk, pencahayaan yang cukupterang dan nyaman untuk membaca, poster-poster tentang pentingnya membaca.
h) Dalam kegiatan membaca dalam hati, guru sebagai pendidik juga ikut membaca buku selama 15 menit.
Adapun ruang lingkup pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Utama 2 Bandarlampung ini berisi penjelasan pelaksanaan kegiatan literasi yang terbagi menjadi tiga tahap, yakni: pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran.
1. Lingkungan fisik sekolah (ketersediaan fasilitas, sarana prasarana literasi);
2. Lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif semua warga sekolah) dalam melaksanakan kegiatan literasi di SMA Utama 2 Bandarlampung;
3. Lingkungan akademik (adanya program literasi yang nyata dan bisa dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah).
Program Kerja Gerakan Literasi Sekolah di SMA Utama 2 Bandarlampung ini ditujukan bagi guru sebagai pendidik dan pustakawan sebagai tenaga kependidikan untuk membantu mereka melaksanakan kegiatan literasi di SMA Utama 2 Bandarlampung, selain itu, kepala sekolah perlu mengetahui isi panduan ini guna memfasilitasi guru dan pustakawan untuk menjalankan peran mereka dalam kegiatan literasi sekolah.
BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Dasar Hukum
C. Tujuan dan Sasaran
D. Ruang Lingkup
E. Sasaran
F. Sistematika
BAB II : Organigram
BAB III : Deskripsi Program Kerja
A. Program Kerja Gerakan Literasi Sekolah
B. Tahap Pelaksanaan
C. Jurnal Pelaksanaan
D. Komponen Literasi
BAB IV : Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB II
ORGANIGRAM
![]() |
1. Penanggung Jawab : Drs. H. SUYITNO
( Kepala Sekolah )
2. Wakil Penanggung Jawab : LAILATUN HERMAINI K, S.Sos
( Wakil Kepala Sekolah )
3. Penasehat : Drs. DIDIK HARYANTO.
( Komite Sekolah )
4. Koordinator Umum : MASDIANAH, S.Pd.
(Kepala Perpustakaan)
5. Wakil Koordinator Umum : SRI WARTININGSIH,S.Pd.
LILIK SUPRIYANTO, S.Pd
HANI DESWANTI, S.Pd
(Koordinator Eskul/Mading/KIR/OSN)
6. Sekretaris Umum : RINI RATNAWATI
(Tata Usaha Pengelola Perpustakaan)
7. Koordinator Kelas : Wali Kelas X, XI, dan XII
BAB III
DESKRIPSI PROGRAM
![]() |
Program kerja Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Utama 2 Bandarlampung diharapkan mampu menggerakkan warga sekolah, pemangku kepentingan, dan masyarakat untuk bersama-sama memiliki, melaksanakan, dan menjadikan gerakan ini sebagai bagian penting dalam kehidupan. Adapun program kerja Gerakan Literasi Sekolah (GLS) untuk tahun pelajaran 2016/2017 ini adalah sebagaimana berikut :
PEMBIASAAN |
PENGEMBANGAN |
PEMBELAJARAN |
@ 15 menit membaca @ Jurnal membaca Harian @ Penataan sarana Literasi @ Menciptakan lingkungan kaya teks @ Memilih buku bacaan |
@ 15 menit membaca @ Jam membaca mandiri untuk kegiatan kurikuler/ kokurikuler (bila memungkinkan) @ Menanggapi bacaan secara lisan dan tulisan @ Penilaian non-akademik @ Pemanfaatan berbagai graphic organizers untuk portofolio membaca @ Pengembangan lingkungan fisik, sosial dan afektif |
@ 15 menit membaca @ Pemanfaatan berbagai strategi literasi dalam pembelajaran lintas disiplin @ Pemanfaatan berbagai organizers untuk pemahaman dan produksi berbagai jenis teks @ Penilaian akademik @ Pengembangan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan akademik |
Tabel 1. Program Kerja Gerakan Literasi Sekolah SMA Utama 2 Bandarlampung
Tahap pelaksanaan dalam Best Practice di bidang Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dilakukan berdasarkan hasil sosialisasi, ditetapkan melalui kesepakatan, yaitu :
Orang tua/wali peserta didik yang mengantar dan
menjemput putra-putrinya diperbolehkan hanya sampai pintu gerbang,
Orang tua/wali peserta didik diperkenankan
memasuki halaman sekolah jika ada keperluan yang penting,
Peserta didik bersalaman dengan guru dengan
mengucapkan salam ketika sampai di pintu gerbang.
Nilai sopan santun pada siswa-siswi SMA Utama 2 Bandarlampung, dikembangkan melalui kegiatan pembiasaan mengucapkan salam kepada Bapak/ibu guru, sementara untuk mengembangkan nilai kemandirian orang tua mengantar anak hanya sampai pintu gerbang.
Dalam rangka pengembangan peserta didik secara optimal dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS), berbagai kegiatan diprogramkan dalam kalender akademik di SMA Utama 2 Bandarlampung meliputi tahapan pembiasaan membaca untuk kesenangan, yakni membaca dalam hati dan membacakan nyaring oleh guru. Secara umum, kedua kegiatan membaca memiliki tujuan, antara lain:
Meningkatkan rasa cinta baca di luar jam
pelajaran;
Meningkatkan kemampuan memahami bacaan;
Meningkatkan rasa percaya diri sebagai pembaca
yang baik; dan
Menumbuhkembangkan penggunaan berbagai sumber
bacaan.
Adapun kegiatan sebelum pembelajaran dimulai peserta didik menyanyikan lagi Indonesia raya dan lagu wajib nasional dan dilanjutkan dengan tahapan pembiasaan membaca untuk kesenangan, yakni ;
1. Mengaji 15 s.d. 20 menit sebelum jam pelajaran di mulai.
Kegiatan Mengaji 15 s.d. 20 menit sebelum jam pelajaran di mulai dilakukan secara rutin setiap hari, hal ini bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
2. Membaca dalam hati buku nonpelajaran 15 s.d. 20 menit sebelum jam pelajaran di mulai, Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini berlangsung dalam suasana yang santai, tenang, dan menyenangkan. Suasana ini dapat dibangun melalui pengaturan tempat duduk, pencahayaan yang cukup terang dan nyaman untuk membaca, poster-poster tentang pentingnya membaca dan dilakukan setiap hari setelah selesai membaca Al-Quran.
TAHAP MEMBACA |
KEGIATAN |
Sebelum Membaca |
a) Meminta peserta didik untuk memilih buku yang ingin dibaca dari sudut baca kelas. b) Memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih buku sesuai dengan minat dan kesenangannya. c) Memberikan penjelasan bahwa peserta didik akan membaca buku tersebut sampai selesai dalam kurun waktu tertentu, bergantung ketebalan buku. d) Peserta didik boleh memilih buku lain bila isi buku dianggap kurang menarik atau terlalu sulit. e) Peserta didik boleh memilih tempat yang disukainya untuk membaca. |
Saat Membaca |
Peserta didik dan guru bersama-sama membaca buku masing-masing dengan tenang selama 15 menit. |
Setelah Membaca |
a) Peserta didik mencatat judul dan pengarang buku, serta jumlah halaman yang dibaca di jurnal membaca harian. b) Guru mengingatkan peserta didik untuk melanjutkan membaca buku yang sama di pertemuan berikutnya. c) Peserta didik mengembalikan buku ke rak Sudut Baca Kelas. d) Guru memulai/melanjutkan kembali pelajaran di hari itu. e) Untuk memberikan motivasi kepada peserta didik tentang membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan, secara berkala guru dapat bercerita singkat tentang isi buku yang telah dibaca guru dan menyampaikan mengapa suka dengan buku itu. f) Sebagai bentuk apresiasi kepada peserta didik, sesekali guru dapat bertanya kepada mereka tentang buku yang dibaca. |
Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat diprediksi. Tahap perkembangan anak dalam belajar membaca dan menulis saling beririsan antar tahap perkembangan. Memahami tahap perkembangan literasi peserta didik dapat membantu sekolah untuk memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran literasi yang tepat sesuai kebutuhan perkembangan mereka. Oleh karena itu setiap tahapan dalam membaca dibuat jurnal sebagai berikut :
JURNAL MEMBACA HARIAN
SMA UTAMA 2 BANDARLAMPUNG
Nama : ................................................
Kelas : ................................................
HARI/TANGGAL |
JUDUL/ PENGARANG |
HALAMAN YANG DIBACA |
HARI KE BERAPA |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 3. Jurnal Membaca Harian
Dengan adanya Jurnal membaca harian diharapkan dapat membantu peserta didik dan guru untuk memantau jenis dan jumlah buku yang dibaca untuk kegiatan membaca 15 menit, terutama membaca dalam hati.
Peserta didik mengisi sendiri jurnal hariannya, dengan menyebutkan judul buku, pengarang, genre, dan jumlah halaman yang dibaca, serta informasi lain yang dikehendaki. Jurnal membaca dapat berupa buku, kartu, atau selembar kertas dalam portofolio kegiatan membaca. Guru dapat memeriksa jurnal membaca secara berkala, misalnya 1-2 minggu sekali.
Adapun jurnal secara berkala peserta didik membaca setiap hari di SMA Utama 2 Bandarlampung sebagai berikut :
JURNAL MEMBACA SECARA BERKALA
SMA UTAMA 2 BANDARLAMPUNG
Nama : ................................................
Kelas : ................................................
JUDUL |
JUDUL/ PENGARANG |
GENRE |
KOMENTAR SAYA |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 4. Jurnal Membaca Secara Berkala
Dari kegiatan literasi SMA Utama 2 Bandarlampung dapat melakukan evaluasi diri untuk mengukur ketercapaian pelaksanaan literasi tahap pembiasaan di SMA Utama 2 Bandarlampung.
Berikut ini adalah beberapa indikator yang dapat digunakan untuk rujukan SMA Utama 2 Bandarlampung untuk meningkatkan kegiatan literasinya dari tahap pembiasaan ke tahap pengembangan.
No |
INDIKATOR |
BELUM |
SUDAH |
1 |
Ada kegiatan 15 menit membaca (membaca dalam hati, membacakan nyaring) yang dilakukan setiap hari (di awal, tengah, atau menjelang akhir pelajaran). |
|
ü |
2 |
Kegiatan 15 menit membaca telah berjalan selama minimal 1 semester. |
|
ü |
3 |
Peserta didik memiliki jurnal membaca harian |
ü |
|
4 |
Guru, kepala sekolah, dan/atau tenaga kependidikan menjadi model dalam kegiatan 15 menit membaca dengan ikut membaca selama kegiatan berlangsung. |
|
ü |
5 |
Ada perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang nyaman dengan koleksi buku nonpelajaran |
|
ü |
6 |
Ada poster-poster kampanye membaca di kelas, koridor, dan/atau area lain di sekolah |
|
ü |
7 |
Ada bahan kaya teks yang terpampang di tiap kelas |
|
ü |
8 |
Kebun sekolah, kantin, dan UKS menjadi lingkungan yang bersih, sehat dan kaya teks. Terdapat poster-poster tentang pembiasaan hidup bersih, sehat, dan indah |
ü |
|
9 |
Sekolah berupaya melibatkan publik (orang tua, alumni, dan elemen masyarakat) untuk mengembangkan kegiatan literasi sekolah |
|
ü |
10 |
Kepala sekolah dan jajarannya berkomitmen melaksanakan dan mendukung gerakan literasi sekolah |
|
ü |
Tabel 5. Indikator Ketercapaian GLS Tahap Pembiasaan di
SMA Utama 2 Bandarlampung
Komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini, literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual. Dalam konteks Indonesia, literasi dini diperlukan sebagai dasar pemerolehan berliterasi tahap selanjutnya.
a. Literasi Dini [Early Literacy (Clay, 2001)], yaitu kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah. Pengalaman peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi fondasi perkembangan literasi dasar.
b. Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
c. Literasi Perpustakaan (Library Literacy), antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.
d. Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya.
e. Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam prak- tiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan mengelola data, serta mengoperasikan program perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.
f. Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang tidak terbendung, baik dalam bentuk cetak, auditori, maupun digital (perpaduan ketiganya disebut teks multimodal), perlu dikelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benar-benar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.
Dalam pelaksanaannya, pada periode tertentu yang terjadwal, dilakukan asesmen agar dampak keberadaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Utama 2 Bandarlampung dapat diketahui dan terus-menerus dikembangkan. Gerakan Literasi Sekolah diharapkan mampu menggerakkan warga sekolah, pemangku kepentingan, dan masyarakat untuk bersama-sama memiliki, melaksanakan, dan menjadikan gerakan ini sebagai bagian penting dalam kehidupan.
BAB IV
PENUTUP
![]() |
Dari uraian yang telah dipapar tiap Bab, maka kami mengambil kesimpulan sebagaimana berikut :
Dengan adanya Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di
SMA Utama 2 Bandarlampung ini diharapkan dapat memberikan fondasi dan petunjuk
praktis untuk memahami bagaimana sebaiknya gerakan literasi dilaksanakan di SMA
Utama 2 Bandarlampung
Program ini terbuka untuk dikembangkan secara
kreatif dan inovatif oleh warga SMA Utama 2 Bandarlampung agar Gerakan Literasi
Sekolah dapat mencapai hasil yang
diharapkan. Dan dapat memberikan informasi yang jelas kepada semua pihak,
khususnya warga SMA Utama 2 Bandarlampung untuk untuk ikut berperan aktif dalam
menyukseskan GLS.
![]() |
Kami mohon kepada semua pihak agar membantu pelaksanaan program ini, karena pendidikan budi pekerti bukanlah tugas sekolah semata, melainkan tugas kita bersama.
Tanpa kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini tak akan terlaksana dengan maksimal, akhirnya kami hanya merencanakan, namun Allah jualah yang menentukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar