Selamat datang di SMA Utama 2 Bandarlampung. Sekolah swasta berstandar nasional terakreditasi A, berlokasi di Jl. Jendral Sudirman No 39 Bandarlampung.
Selasa, 14 April 2020
PTK Bahasa Inggris
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS
PADA SISWA KELAS XI SMA UTAMA 2 BANDAR LAMPUNG
MELALUI TEKNIK KWL DAN PERMAINAN BAHASA
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Oleh : Nani Kurniaty, S. Pd
ABSTRAK
Hasil observasi di SMA Utama 2 Bandar Lampung ditemukan bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris. Untuk itu perlu digunakan strategi baru agar dapat meningkatkan kemampuan berbicara mereka, yaitu dengan menggunakan teknik KWL dan permainan bahasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan teknik KWL dan permainan bahasa dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa.
Penelitian ini diadakan di SMA Utama 2 Bandar Lampung kelas XI semester I tahun pelajaran 2018/2019, waktu penelitian berlangsung selama 2 bulan dengan 3 siklus. Siklus I siswa melengkapi tabel kolom (K) dan kolom (W) dengan pengalaman yang berhubungan dengan topik dan materi yang mereka ingin ketahui. Berikutnya siswa mengemukakan hasil atau kesimpulan dari materi yang mereka pelajari dan ditulis pada kolom (L). Di setiap akhir pertemuan, siswa melakukan permainan bahasa sesuai dengan topic bahasan. Siklus II siswa menjawab pertanyaan sesuai panduan guru peneliti. Siklus III sebelum pembelajaran semua siswa diberi tugas belajar di rumah tentang topik bahasan yang akan diajarkan berikutnya.
Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan siswa yang aktif berbicara pada siklus I sekitar 10%, siklus II 15 %, dan siklus III sebanyak 20,8%. Hal ini juga terlihat pada ulangan harian siswa yang diajar dengan menggunakan teknik KWL dan permainan bahasa lebih baik, dan persentase ketuntasan belajarpun lebih tinggi disbanding dengan yang tidak menggunakan teknik KWL.
PENDAHULUAN
Pelajaran bahasa Inggris di SMA berfungsi sebagai alat pengembangan diri siswa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Setelah menamatkan studi, mereka diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang cerdas, terampil, dan berkepribadian serta siap berperan dalam pembangunan nasional (GBPP 1994).
Pengajaran bahasa Inggris di SMA meliputi keempat keterampilan berbahasa, yaitu membaca, menyimak, berbicara dan menulis. Semua itu didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu kosa kata, tata bahasa, dan pronunciation sesuai dengan tema sebagai alat pencapai tujuan.
Dari keempat ketrampilan berbahasa di atas, pembelajaran ketrampilan berbicara ternyata kurang dapat berjalan sebagaimana mestinya. Siswa belum mampu berkomunikasi walaupun dalam bahasa Inggris yang sangat sederhana. Dilain pihak, kurikulum mengisyaratkan bahwa siswa yang telah menamatkan jenjang pendidikan setingkat SMA harus mampu menyampaikan ide, pendapat, ataupun tanggapan terhadap suatu masalah dalam bahasa Inggris yang sederhana.
Siswa kelas XI di lingkungan SMA Utama 2 Bandar Lampung misalnya, setelah belajar bahasa Inggris selama setahun belum mampu juga menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi sekalipun dalam bentuk yang sederhana. Bahkan yang lebih tragis lagi, belakangan ini timbul kecenderungan bagi siswa untuk membenci pelajaran bahasa Inggris karena mereka menganggap bahwa pelajaran bahasa Inggris suatu yang membosankan dan menakutkan.
Salah astu usaha untuk menanggulangi masalah ini, guru di SMA Utama 2 sepakat melakukan penelitian tindakan kelas yang kali ini dilakukan pada murid kelas XI, dengan judul “ UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS XI SMA UTAMA 2 BANDAR LAMPUNG MELAUI TEKNIK KWL DAN PERMAINAN BAHASA TAHUN PELAJARAN 2018/2019”
Penelitian ini bertujuan agar siswa dapat mampu menggunakan bahasa Inggris untuk hal-hal sederhana, seperti:
1. Bertanya;
2. Menjawab pertanyaan, baik yang diajukan oleh guru maupun oleh temman-teman sekelas;
3. Tidak merasa malu berbicara dalam bahasa Inggris.
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Moris dalam Novia (2002) menyatakan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku social. Sedangkan Wilkin dalam Maulida (2001) menyatakan bahwa tujuan pengajaran bahasa Inggris dewasa ini adalah untuk berbicara. Lebih jauh lagi Wilkin dalam Oktarina (2002) menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasiterjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda.
Suatu hal yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa secara spontan, yaitu dengan menggali pengetahuan siswa tentang tema yang diajarkan. Teknik KWL dapat digunakan untuk tujuan tersebut. KWL adalah singkatan dari Know (yang diketahui), What to Know (yang ingin diketahui), dan Learned (yang diperoleh). Ogle (1989) menyatakan bahwa format KWL adalah suatu cara yang tepat untuk membantu siswa berpartisipasi aktif dalam berbicara tentang apa yang sedang mereka pelajari dalam ruang lingkup tema. Setiap mengajar, guru membagikan kertas dengan format KWL atau menuliskannya di papan tulis, seperti Tabel 1.
TABEL 1
K (Know) W (What to know) L (Learning)
Dalam proses pembelajaran, guru memberikan sebuah topik, kemudian ditanyakan secara oral kepada siswa apa yang mereka ketahui tentang topik yang diberikan. Semua jawaban siswa dituliskan pada kolom K. Pertanyaan selanjutnya yaitu apa yang ingin mereka pelajari tentang topik dan semua jawaban siswa ditulis pada kolom W. Kemudian guru menggali tentang apa yang telah mereka pelajari dan menuliskannya pada kolom L.
Metode pengajaran melalui teknik KWL akan lebih efektif dan suasana belajar akan lebih menyenangkan apabila diikuti dengan permainan bahasa. Permainan bahasa ini harus sesuai dengan ruang lingkup tema dan level siswa. Wright dan Backy (1984) mengatakan bahwa permainan bahasa bisa membantu dan memotivasi siswa serta melibatkan mereka dalam berbicara dan bekerja. Permainan bahasa diyakini dapat menimbulkan situasi di mana bahasa itu berguna dan berarti. Permainan bahasa yang dapat digunakan disini diantaranya: role play, word guessing, chain words,dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagi berikut. Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Menggunakan Teknik KWL dan Permainan Bahasa Diduga dapat Meningkatkan Kemampuan Berbicara.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini diadakan di kelas XI SMA Utama 2 Bandar Lampung yang terdiri dari 2 kelas, yakni kelas XI IPA dan XI IPS.
Siswa kelas XI digunakan sebagai tempat penelitian diasumsikan bahwa mereka telah memiliki dasar yang cukup untuk mampu berbicara dalam bahasa Inggris yang sederhana.
Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan, dimulai pada awal bulan Agustus 2018 dan berakhir pada akhir September 2018. Pelaksanaan penelitian dibagi ke dalam 3 siklus.
Siklus Penelitian
Seperti telah dikemukakan di atas, penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus, dan masing-masing siklus terdiri atas 4 kegiatan utama, yaitu pembuatan rencana (plan), pelaksanaan tindakan (action), pemantauan (observation), dan refleksi (reflection). Pada tahap rencana, guru peneliti membuat persiapan . Di sini, semua kegiatan yang akan dilaksanakan dimatagkan serta ditentukan alat yang digunakan untuk memantau tindakan yang dilakukan pada tahap tindakan, guru peneliti menyajikan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disepakati pada tahap perencanaan. Hasil pemantauan ini kemudian direfleksikan secara bersama untuk melihat kelebihan dan kekurangan yang digunakan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya.
Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data penelitian yang valid dan dapat dipertanggung-jawabkan, dalam penelitian ini digunakan beberapa instrument pembantu, seperti lembar observasi, lembar catatan lapangan, dan lembar hasil tes siswa.
HASIL PENELITIAN
Partisipasi Siswa di Kelas
Pada siklus I, materi yang dibahas berhubungan dengan teknologi ringan, lat rumah sakit, dan alat elektronik. Siklus I ini dilakukan dalam 4 kali pertemuan atau selama 2 minggu, yaitu pada minggu kedua dan minggu ke tiga di bulan Agustus 2018.
Guru yang tampil sebagai pelaksana tindakan penelitian, menulis topic pelajaran dan membuat tabel KWL di papan tulis. Kemudian guru menanyakan pada siswa hal-hal yang mereka ketahui tentang topik tersebut dan menuliskannya pada kolom (K). Selanjutnya guru menanyakan hal-hal yang ingin diketahui siswa tentang topik tersebut dan menuliskannya pada kolom (W). Sedangkan hal-hal yang ingin diketahui siswa bisa berupa pernyataan atau pertanyaan. Kemudian, guru meminta siswa membaca wacana yang diberikan. Semua jawaban siswa tersebut ditulis dalam kolom (L) dan ini merupakan hasil dan kesimpulan dari proses pembelajaran saat itu. Pada akhir kegiatan, siswa diberi permainan bahasa yang berhubungan dengan topik, antara lain menerka sebuah gambar setelah disebutkan ciri-ciri gambar sebelumya, membuat kata berdasarkan huruf yang sudah ditentukan, dan bermain peran.
Hasil pemantauan pada siklus I menunjukkan bahwa telah ada perubahan perilaku siswa, namun sebagian besar siswa masih canggung dan merasa malu untuk berbicara terutama pada mereka yang tergolong siswa yang berkemampuan rendah. Mereka sulit untuk mengeluarkan ide atau tanggapan karena mereka kalah bersaing dengan anak yang pintar. Pada siklus I ini siswa yang bertanya baru 12,5%, menjawab pertanyaan guru 20%, dan memberikan tanggapan 9%. Itupun hanya siswa yang tergolong pintar.
Berdasarkan refleksi terhadap kegiatan siklus I, maka dibuat rencana tindakan untuk siklus II, yaitu memberikan kesempatan pada anak yang berkemampuan rendah, dengan diberikan pertanyaan pemandu oleh guru agar siswa terpancing untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan.
Pada siklus II ini, materi yang dibahas adalah tentang perjalanan wisata. Kegiatan siklus ini juga berlangsung selama 2 minggu dengan 4 kali pertemuan, yakni minggu keempat bulan Agustus dan minggu pertama bulan September 2018. Kegiatan utama pada siklus II ini sama dengan kegiatan pada siklus I. Namun, sebelum pembelajaran dimulai, guru peneliti mencoba memotivasi siswa dengan pertanyaan pemandu untuk memberi penguatan pada siswa agar tidak merasa malu dalam mengeluarkan ide atau tanggapan terhadap topik yang yang akan dipelajari. Hal ini terutama ditujukan pada anak yang tergolong berkemampuan rendah. Di samping itu, dilakukan penambahan waktu pembelajaran karena mereka lambat dalam menyusun kata yang akan disampaikan.
Pada siklus ini guru peneliti tidak hanya memberikan kesempatan siswa yang aktif saja, tetapi memberi kesempatan kepada siswa yang kurang aktif dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pemandu. Kalau mereka belum mampu mengemukakan ide seluruhnya dalam bahasa Inggris, mereka diberi kelonggaran untuk menggunakan sebagian kata yang memang sulit dalam bahasa Indonesia. Di akhir kegiatan juga diadakan permainan bebas yang relevan dengan topik pembelajaran.
Hasil pemantauan teman sejawat pada siklus ini menunjukkan bahwa partisipasi siswa semakin tinggi. Siswa yang lemah pun sudah mau mengeluarkan ide, tanggapan, atau pun pendapatnya tentang topik. Namun perubahannya belum begitu menonjol. Pada siklus II ini, tercatat siswa yang bertanya 15%, menjawab pertanyaan 24,5%, dan memberikan tanggapan 9,8%. Berdasarkan refleksi pada siklus ini, tim peneliti menyusun rencana tindakan untuk siklus III.
Pada siklus III ini, materi yang disajikan berhubungan dengan kebudayaan, yaitu rumah tradisional, cerita rakyat, dan upacara adat. Siklus ini juga berlangsung selama 2 minggu dengan 4 kali pertemuan, yaitu minggu kedua dan ketiga bulan September 2017. Bentuk kegiatan pada siklus ini sama dengan siklus sebelumnya.
Pada proses pembelajaran di siklus III ini, siswa Nampak lebih antusias, mereka telah berani mengungkapkan ide-ide atau pertanyaan yang ada sesuai dengan yang diminta oleh teknik KWL. Dari hasil pengamatan dari dari siklus III ini, anak yang aktif bertanya 20,8%, menjawab pertanyaan 26,5% dan yang memberikan tanggapan 15%. Siswa yang mau berbicara tidak hanya didominasi oleh siswa yang pandai saja. Siswa yang pada awalnya tampak pasif pada siklus ini telah tampak aktif untuk bertanya, menjawab, dan menanggapi. Pada saat diadakan permainan, anak-anak antusias untuk berpartisipasi. Secara keseluruhan, partisipasi siswa dalam proses pembelajaran pada masing-masing siklus dapat dilihat pada Tabel 2.
TABEL 2
PARTISIPASI SISWA DI KELAS
No. Aspek yang diamati Siklus I Siklus II Siklus III
1. Bertanya 12,5% 15,4% 20,8%
2. Menjawab 20% 24,5 % 26,5 %
3. Menanggapi 9% 9,8% 15,1%
TABEL 3
TINGKAT PENCAPAIAN HASIL BELAJAR
SEBELUM DAN SESUDAH SIKLUS DILAKUKAN
No. Aspek yang diamati Sebelum siklus Siklus I Siklus II Siklus III
1. Rata-rata ulangan harian 4,2 4,9 5,6 6,1
2. Presentasi ketuntasan belajar 3,3 4,5 5,2 5,7
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keaktifan siswa mulai dari siklus I, siklus II, dan siklus III pada aspek bertanya, menjawab, dan menanggapi.
Hasil Ulangan Siswa
Hasil ulangan yang diberikan kepada siswa juga menunjukkan kemajuan dari siklus ke siklus. Hasil rata-rata nilai harian pada siklus I adalah 4,9 dengan persentase ketuntasan belajar 45%. Pada siklus II, nilai harian naik menjadi 5,6 dengan ketuntasan belajar 53%. Sedangkan pada siklus III, nilai ulangan harian naik menjadi 6,1 dengan ketuntasan hasil belajar 57%.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan teknik KWL dan permainan bahasa dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Teknik KWL dan permainan bahasa dapat meningkatkan partisipasi siswa di kelas apabila guru memberikan kesempatan dan bimbingan kepada seluruh siswa.
2. Hasil ulangan harian siswa yang diajarkan dengan menggunakan teknik KWL dan permainan bahasa lebih baik.
3. Persentase ketuntasan belajar siswa juga lebih tinggi dibandingkkan dengan yang diajarkan tidak menggunakan teknik KWL.
Saran-Saran
1. Pendekatan teknik KWL dan permainan bahasa dapat digunakan dalam proses belajar mengajar sebagi alternatif untuk meningkatkan partisipasi berbicara dan membuat pelajaran lebih efektif dan menarik.
2. Guru mata pelajaran bahasa Inggris harus kreatif dan inovatif dalam mempersiapkan pembelajaran agar hasil pembelajaran lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Octarina, D. 2001. Interactive Activities as the Way to Improve EFL Learners’Speaking Abilities.
Makalah Tugas Akhir S1 Padang: UNP Padang.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999.Suplemen GBPP. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Novia, T.2002. Strategy to Improve Student’s Ability in Speaking. Makalah Tugas Akhir S 1. Padang:
UNP Padang.
Wright and Backy. 1984. Language Art : Content and Strategies. London : Longman.
PADA SISWA KELAS XI SMA UTAMA 2 BANDAR LAMPUNG
MELALUI TEKNIK KWL DAN PERMAINAN BAHASA
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Oleh : Nani Kurniaty, S. Pd
ABSTRAK
Hasil observasi di SMA Utama 2 Bandar Lampung ditemukan bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris. Untuk itu perlu digunakan strategi baru agar dapat meningkatkan kemampuan berbicara mereka, yaitu dengan menggunakan teknik KWL dan permainan bahasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan teknik KWL dan permainan bahasa dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa.
Penelitian ini diadakan di SMA Utama 2 Bandar Lampung kelas XI semester I tahun pelajaran 2018/2019, waktu penelitian berlangsung selama 2 bulan dengan 3 siklus. Siklus I siswa melengkapi tabel kolom (K) dan kolom (W) dengan pengalaman yang berhubungan dengan topik dan materi yang mereka ingin ketahui. Berikutnya siswa mengemukakan hasil atau kesimpulan dari materi yang mereka pelajari dan ditulis pada kolom (L). Di setiap akhir pertemuan, siswa melakukan permainan bahasa sesuai dengan topic bahasan. Siklus II siswa menjawab pertanyaan sesuai panduan guru peneliti. Siklus III sebelum pembelajaran semua siswa diberi tugas belajar di rumah tentang topik bahasan yang akan diajarkan berikutnya.
Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan siswa yang aktif berbicara pada siklus I sekitar 10%, siklus II 15 %, dan siklus III sebanyak 20,8%. Hal ini juga terlihat pada ulangan harian siswa yang diajar dengan menggunakan teknik KWL dan permainan bahasa lebih baik, dan persentase ketuntasan belajarpun lebih tinggi disbanding dengan yang tidak menggunakan teknik KWL.
PENDAHULUAN
Pelajaran bahasa Inggris di SMA berfungsi sebagai alat pengembangan diri siswa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Setelah menamatkan studi, mereka diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang cerdas, terampil, dan berkepribadian serta siap berperan dalam pembangunan nasional (GBPP 1994).
Pengajaran bahasa Inggris di SMA meliputi keempat keterampilan berbahasa, yaitu membaca, menyimak, berbicara dan menulis. Semua itu didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu kosa kata, tata bahasa, dan pronunciation sesuai dengan tema sebagai alat pencapai tujuan.
Dari keempat ketrampilan berbahasa di atas, pembelajaran ketrampilan berbicara ternyata kurang dapat berjalan sebagaimana mestinya. Siswa belum mampu berkomunikasi walaupun dalam bahasa Inggris yang sangat sederhana. Dilain pihak, kurikulum mengisyaratkan bahwa siswa yang telah menamatkan jenjang pendidikan setingkat SMA harus mampu menyampaikan ide, pendapat, ataupun tanggapan terhadap suatu masalah dalam bahasa Inggris yang sederhana.
Siswa kelas XI di lingkungan SMA Utama 2 Bandar Lampung misalnya, setelah belajar bahasa Inggris selama setahun belum mampu juga menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi sekalipun dalam bentuk yang sederhana. Bahkan yang lebih tragis lagi, belakangan ini timbul kecenderungan bagi siswa untuk membenci pelajaran bahasa Inggris karena mereka menganggap bahwa pelajaran bahasa Inggris suatu yang membosankan dan menakutkan.
Salah astu usaha untuk menanggulangi masalah ini, guru di SMA Utama 2 sepakat melakukan penelitian tindakan kelas yang kali ini dilakukan pada murid kelas XI, dengan judul “ UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS XI SMA UTAMA 2 BANDAR LAMPUNG MELAUI TEKNIK KWL DAN PERMAINAN BAHASA TAHUN PELAJARAN 2018/2019”
Penelitian ini bertujuan agar siswa dapat mampu menggunakan bahasa Inggris untuk hal-hal sederhana, seperti:
1. Bertanya;
2. Menjawab pertanyaan, baik yang diajukan oleh guru maupun oleh temman-teman sekelas;
3. Tidak merasa malu berbicara dalam bahasa Inggris.
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Moris dalam Novia (2002) menyatakan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku social. Sedangkan Wilkin dalam Maulida (2001) menyatakan bahwa tujuan pengajaran bahasa Inggris dewasa ini adalah untuk berbicara. Lebih jauh lagi Wilkin dalam Oktarina (2002) menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasiterjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda.
Suatu hal yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa secara spontan, yaitu dengan menggali pengetahuan siswa tentang tema yang diajarkan. Teknik KWL dapat digunakan untuk tujuan tersebut. KWL adalah singkatan dari Know (yang diketahui), What to Know (yang ingin diketahui), dan Learned (yang diperoleh). Ogle (1989) menyatakan bahwa format KWL adalah suatu cara yang tepat untuk membantu siswa berpartisipasi aktif dalam berbicara tentang apa yang sedang mereka pelajari dalam ruang lingkup tema. Setiap mengajar, guru membagikan kertas dengan format KWL atau menuliskannya di papan tulis, seperti Tabel 1.
TABEL 1
K (Know) W (What to know) L (Learning)
Dalam proses pembelajaran, guru memberikan sebuah topik, kemudian ditanyakan secara oral kepada siswa apa yang mereka ketahui tentang topik yang diberikan. Semua jawaban siswa dituliskan pada kolom K. Pertanyaan selanjutnya yaitu apa yang ingin mereka pelajari tentang topik dan semua jawaban siswa ditulis pada kolom W. Kemudian guru menggali tentang apa yang telah mereka pelajari dan menuliskannya pada kolom L.
Metode pengajaran melalui teknik KWL akan lebih efektif dan suasana belajar akan lebih menyenangkan apabila diikuti dengan permainan bahasa. Permainan bahasa ini harus sesuai dengan ruang lingkup tema dan level siswa. Wright dan Backy (1984) mengatakan bahwa permainan bahasa bisa membantu dan memotivasi siswa serta melibatkan mereka dalam berbicara dan bekerja. Permainan bahasa diyakini dapat menimbulkan situasi di mana bahasa itu berguna dan berarti. Permainan bahasa yang dapat digunakan disini diantaranya: role play, word guessing, chain words,dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagi berikut. Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Menggunakan Teknik KWL dan Permainan Bahasa Diduga dapat Meningkatkan Kemampuan Berbicara.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini diadakan di kelas XI SMA Utama 2 Bandar Lampung yang terdiri dari 2 kelas, yakni kelas XI IPA dan XI IPS.
Siswa kelas XI digunakan sebagai tempat penelitian diasumsikan bahwa mereka telah memiliki dasar yang cukup untuk mampu berbicara dalam bahasa Inggris yang sederhana.
Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan, dimulai pada awal bulan Agustus 2018 dan berakhir pada akhir September 2018. Pelaksanaan penelitian dibagi ke dalam 3 siklus.
Siklus Penelitian
Seperti telah dikemukakan di atas, penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus, dan masing-masing siklus terdiri atas 4 kegiatan utama, yaitu pembuatan rencana (plan), pelaksanaan tindakan (action), pemantauan (observation), dan refleksi (reflection). Pada tahap rencana, guru peneliti membuat persiapan . Di sini, semua kegiatan yang akan dilaksanakan dimatagkan serta ditentukan alat yang digunakan untuk memantau tindakan yang dilakukan pada tahap tindakan, guru peneliti menyajikan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disepakati pada tahap perencanaan. Hasil pemantauan ini kemudian direfleksikan secara bersama untuk melihat kelebihan dan kekurangan yang digunakan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya.
Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data penelitian yang valid dan dapat dipertanggung-jawabkan, dalam penelitian ini digunakan beberapa instrument pembantu, seperti lembar observasi, lembar catatan lapangan, dan lembar hasil tes siswa.
HASIL PENELITIAN
Partisipasi Siswa di Kelas
Pada siklus I, materi yang dibahas berhubungan dengan teknologi ringan, lat rumah sakit, dan alat elektronik. Siklus I ini dilakukan dalam 4 kali pertemuan atau selama 2 minggu, yaitu pada minggu kedua dan minggu ke tiga di bulan Agustus 2018.
Guru yang tampil sebagai pelaksana tindakan penelitian, menulis topic pelajaran dan membuat tabel KWL di papan tulis. Kemudian guru menanyakan pada siswa hal-hal yang mereka ketahui tentang topik tersebut dan menuliskannya pada kolom (K). Selanjutnya guru menanyakan hal-hal yang ingin diketahui siswa tentang topik tersebut dan menuliskannya pada kolom (W). Sedangkan hal-hal yang ingin diketahui siswa bisa berupa pernyataan atau pertanyaan. Kemudian, guru meminta siswa membaca wacana yang diberikan. Semua jawaban siswa tersebut ditulis dalam kolom (L) dan ini merupakan hasil dan kesimpulan dari proses pembelajaran saat itu. Pada akhir kegiatan, siswa diberi permainan bahasa yang berhubungan dengan topik, antara lain menerka sebuah gambar setelah disebutkan ciri-ciri gambar sebelumya, membuat kata berdasarkan huruf yang sudah ditentukan, dan bermain peran.
Hasil pemantauan pada siklus I menunjukkan bahwa telah ada perubahan perilaku siswa, namun sebagian besar siswa masih canggung dan merasa malu untuk berbicara terutama pada mereka yang tergolong siswa yang berkemampuan rendah. Mereka sulit untuk mengeluarkan ide atau tanggapan karena mereka kalah bersaing dengan anak yang pintar. Pada siklus I ini siswa yang bertanya baru 12,5%, menjawab pertanyaan guru 20%, dan memberikan tanggapan 9%. Itupun hanya siswa yang tergolong pintar.
Berdasarkan refleksi terhadap kegiatan siklus I, maka dibuat rencana tindakan untuk siklus II, yaitu memberikan kesempatan pada anak yang berkemampuan rendah, dengan diberikan pertanyaan pemandu oleh guru agar siswa terpancing untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan.
Pada siklus II ini, materi yang dibahas adalah tentang perjalanan wisata. Kegiatan siklus ini juga berlangsung selama 2 minggu dengan 4 kali pertemuan, yakni minggu keempat bulan Agustus dan minggu pertama bulan September 2018. Kegiatan utama pada siklus II ini sama dengan kegiatan pada siklus I. Namun, sebelum pembelajaran dimulai, guru peneliti mencoba memotivasi siswa dengan pertanyaan pemandu untuk memberi penguatan pada siswa agar tidak merasa malu dalam mengeluarkan ide atau tanggapan terhadap topik yang yang akan dipelajari. Hal ini terutama ditujukan pada anak yang tergolong berkemampuan rendah. Di samping itu, dilakukan penambahan waktu pembelajaran karena mereka lambat dalam menyusun kata yang akan disampaikan.
Pada siklus ini guru peneliti tidak hanya memberikan kesempatan siswa yang aktif saja, tetapi memberi kesempatan kepada siswa yang kurang aktif dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pemandu. Kalau mereka belum mampu mengemukakan ide seluruhnya dalam bahasa Inggris, mereka diberi kelonggaran untuk menggunakan sebagian kata yang memang sulit dalam bahasa Indonesia. Di akhir kegiatan juga diadakan permainan bebas yang relevan dengan topik pembelajaran.
Hasil pemantauan teman sejawat pada siklus ini menunjukkan bahwa partisipasi siswa semakin tinggi. Siswa yang lemah pun sudah mau mengeluarkan ide, tanggapan, atau pun pendapatnya tentang topik. Namun perubahannya belum begitu menonjol. Pada siklus II ini, tercatat siswa yang bertanya 15%, menjawab pertanyaan 24,5%, dan memberikan tanggapan 9,8%. Berdasarkan refleksi pada siklus ini, tim peneliti menyusun rencana tindakan untuk siklus III.
Pada siklus III ini, materi yang disajikan berhubungan dengan kebudayaan, yaitu rumah tradisional, cerita rakyat, dan upacara adat. Siklus ini juga berlangsung selama 2 minggu dengan 4 kali pertemuan, yaitu minggu kedua dan ketiga bulan September 2017. Bentuk kegiatan pada siklus ini sama dengan siklus sebelumnya.
Pada proses pembelajaran di siklus III ini, siswa Nampak lebih antusias, mereka telah berani mengungkapkan ide-ide atau pertanyaan yang ada sesuai dengan yang diminta oleh teknik KWL. Dari hasil pengamatan dari dari siklus III ini, anak yang aktif bertanya 20,8%, menjawab pertanyaan 26,5% dan yang memberikan tanggapan 15%. Siswa yang mau berbicara tidak hanya didominasi oleh siswa yang pandai saja. Siswa yang pada awalnya tampak pasif pada siklus ini telah tampak aktif untuk bertanya, menjawab, dan menanggapi. Pada saat diadakan permainan, anak-anak antusias untuk berpartisipasi. Secara keseluruhan, partisipasi siswa dalam proses pembelajaran pada masing-masing siklus dapat dilihat pada Tabel 2.
TABEL 2
PARTISIPASI SISWA DI KELAS
No. Aspek yang diamati Siklus I Siklus II Siklus III
1. Bertanya 12,5% 15,4% 20,8%
2. Menjawab 20% 24,5 % 26,5 %
3. Menanggapi 9% 9,8% 15,1%
TABEL 3
TINGKAT PENCAPAIAN HASIL BELAJAR
SEBELUM DAN SESUDAH SIKLUS DILAKUKAN
No. Aspek yang diamati Sebelum siklus Siklus I Siklus II Siklus III
1. Rata-rata ulangan harian 4,2 4,9 5,6 6,1
2. Presentasi ketuntasan belajar 3,3 4,5 5,2 5,7
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keaktifan siswa mulai dari siklus I, siklus II, dan siklus III pada aspek bertanya, menjawab, dan menanggapi.
Hasil Ulangan Siswa
Hasil ulangan yang diberikan kepada siswa juga menunjukkan kemajuan dari siklus ke siklus. Hasil rata-rata nilai harian pada siklus I adalah 4,9 dengan persentase ketuntasan belajar 45%. Pada siklus II, nilai harian naik menjadi 5,6 dengan ketuntasan belajar 53%. Sedangkan pada siklus III, nilai ulangan harian naik menjadi 6,1 dengan ketuntasan hasil belajar 57%.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan teknik KWL dan permainan bahasa dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Teknik KWL dan permainan bahasa dapat meningkatkan partisipasi siswa di kelas apabila guru memberikan kesempatan dan bimbingan kepada seluruh siswa.
2. Hasil ulangan harian siswa yang diajarkan dengan menggunakan teknik KWL dan permainan bahasa lebih baik.
3. Persentase ketuntasan belajar siswa juga lebih tinggi dibandingkkan dengan yang diajarkan tidak menggunakan teknik KWL.
Saran-Saran
1. Pendekatan teknik KWL dan permainan bahasa dapat digunakan dalam proses belajar mengajar sebagi alternatif untuk meningkatkan partisipasi berbicara dan membuat pelajaran lebih efektif dan menarik.
2. Guru mata pelajaran bahasa Inggris harus kreatif dan inovatif dalam mempersiapkan pembelajaran agar hasil pembelajaran lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Octarina, D. 2001. Interactive Activities as the Way to Improve EFL Learners’Speaking Abilities.
Makalah Tugas Akhir S1 Padang: UNP Padang.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999.Suplemen GBPP. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Novia, T.2002. Strategy to Improve Student’s Ability in Speaking. Makalah Tugas Akhir S 1. Padang:
UNP Padang.
Wright and Backy. 1984. Language Art : Content and Strategies. London : Longman.
Senin, 13 April 2020
Contoh Kartu Soal
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2017-2018
Provinsi/Kota/Kabupaten : LAMPUNG/Kota Bandar Lampung
Program Studi : IPS Nama Penulis Soal : Satuan Kerja :
Mata Pelajaran : Sosiologi 1. Lailatun Hermaini K, S.Sos SMA
Kelas : 12 2. …………………………….. ……………………………..
Kurikulum : KTSP-2006 / K-2013
KD – Kompetensi Dasar
Memahami dan menguasai tentang masyarakat multikultural Buku Acuan / Referensi:
Yad Mulyadi, 2016, Panduan Sosiologi
Pengetahuan/ Aplikasi Penalaran
Pemahaman
Deskripsi Soal
Suatu kelompok masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki struktur budaya yang lebih dari satu
2. Sering terjadi konflik sosial yang berbau SARA
3. Struktur sosialnya bersifat nonkomplementer
4. Proses integrasi terjadi secara lambat
5. Sering terjadi dominasi ekonomi, politik, dan sosial budaya
Berdasarkan ciri-ciri tersebut masyarakat itu dapat dikategorikan sebagai ...
A. Masyarakat Multikultural
B. Masyarakat Multidimensional
C. Masyarakat Formal
D. Masyarakat Nonformal
E. Masyarakat Modern
No. Soal
21
Kunci Jawaban
A
Konten/Materi
Masyarakat Multikultural
Indikator Soal
Disajikan ciri-ciri sebuah masyarakat, siswa dapat menentukan konsep masyarakat multikultural
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2017-2018
Provinsi/Kota/Kabupaten : LAMPUNG/Kota Bandar Lampung
Program Studi : IPS Nama Penulis Soal : Satuan Kerja :
Mata Pelajaran : Sosiologi 1. Lailatun Hermaini K, S.Sos SMA
Kelas : 12 2. …………………………….. ……………………………..
Kurikulum : KTSP-2006 / K-2013
KD – Kompetensi Dasar
Memahami dan menguasai tentang masyarakat multikultural Buku Acuan / Referensi:
Yad Mulyadi, 2016, Panduan Sosiologi
Pengetahuan/ Aplikasi Penalaran
Pemahaman
Deskripsi Soal
Suatu kelompok masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki struktur budaya yang lebih dari satu
2. Sering terjadi konflik sosial yang berbau SARA
3. Struktur sosialnya bersifat nonkomplementer
4. Proses integrasi terjadi secara lambat
5. Sering terjadi dominasi ekonomi, politik, dan sosial budaya
Berdasarkan ciri-ciri tersebut masyarakat itu dapat dikategorikan sebagai ...
A. Masyarakat Multikultural
B. Masyarakat Multidimensional
C. Masyarakat Formal
D. Masyarakat Nonformal
E. Masyarakat Modern
No. Soal
21
Kunci Jawaban
A
Konten/Materi
Masyarakat Multikultural
Indikator Soal
Disajikan ciri-ciri sebuah masyarakat, siswa dapat menentukan konsep masyarakat multikultural
Silabus Sosiologi Kelas XI
SILABUS
Nama Sekolah : SMA Utama 2 Bandarlampung
Mata Pelajaran : SOSIOLOGI
Kelas/Semester : XI/1
Kompetensi Inti : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, serta menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya mengenai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
3.1Memahami pengelompokan sosial di masyarakat dari sudut pandang dan pendekatan sosiologis.
4.1Menalar tentang terjadinya pengelompokan sosial di masyarakat dari sudut pandang dan pendekatan sosiologis
Pembentukan kelompok sosial
• Dasar-dasar pembentukan kelompok
• Berbagai bentuk dan jenis kelompok-kelompok kepentingan di masyarakat
• Karakteristik khusus atau partikularisme dan eksklusivisme kelompok
• Mengamati proses pembentukan kelompok sosial di masyarakat
• Mengkaji dari berbagai sumber informasi tentang proses pembentukan kelompok sosial dalam masyarakat
• Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang proses pembentukan kelompok sosial dan mendiskusikannya berdasarkan pengetahuan Sosiologi dengan berorientasi pada praktik pengetahuan untuk menumbuhkan sikap religiositas dan etika sosial
• Mengidentifikasi dan mengumpulkan data tentang ragam pengelompokkan sosial di masyarakat sekitar dari berbagai macam sumber
• Menganalisis data agar dapat mengklasifikasi ragam pengelompokkan sosial di masyarakat sekitar berdasarkan jenis dan bentuk pengelompokkan untuk menanamkan sikap kesadaran diri dan tanggung jawab publik
• Mempresentasikan hasil diskusi tentang pembentukan kelompok sosial Sikap:
• Observasi
Pengetahuan:
• Penugasan
• Tes tertulis
Keterampilan:
• Proyek
• Produk
• Unjuk Kerja 12 X 45 menit
(6x pertemuan) • Buku sumber Sosiologi untuk SMA dan MA, Esis, Kelas XI Kurikulum 2013, Kun Maryati dan Juju Suryawati, Penerbit Erlangga, 2016
• Pengantar Sosiologi, Kamanto Sunarto, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004
• Peta konsep
• OHP/Proyektor
• Foto-foto/gambar
• Buku-buku penunjang
• Internet
3.2 Menganalisis permasalahan sosial dalam kaitannya dengan pengelompokan sosial dan kecenderungan eksklusi sosial di masyarakat dari sudut pandang dan pendekatan sosiologis.
4.2 Memberikan respon dalam mengatasi permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat dengan cara memahami kaitan pengelompokan sosial dengan kecenderungan eksklusi dan timbulnya permasalahan sosial.
Permasalahan sosial dalam masyarakat
• Permasalahan sosial di masyarakat
• Partikularisme kelompok dan dilema pembentukan kepentingan publik
• Berbagai jenis permasalahan sosial di ranah publik
• Dampak permasalahan sosial terhadap kehidupan publik
• Pemecahan masalah sosial untuk mencapai kehidupan publik yang lebih baik
• Mengenali berbagai permasalahan sosial yang ada di masyarakat sekitar
• Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang berbagai permasalahan sosial di masyarakat (kemiskinan, kriminalitas, kekerasan, kesenjangan sosial-ekonomi, ketidakadilan) melalui contoh-contoh nyata dan mendiskusikannya dari sudut pandang pengetahuan Sosiologi berorientasi pemecahan masalah yang menumbuhkan sikap religiositas dan etika sosial
• Melakukan survey di masyarakat setempat tentang permasalahan sosial (kemiskinan, kriminalitas, kesenjangan sosial-ekonomi, ketidakadilan) melalui observasi, wawancara, dan kajian dokumen/literatur dengan menggunakan panduan yang telah dipersiapkan sebelumnya
• Menginterpretasi data hasil survey tentang permasalahan sosial (kemiskinan, kriminalitas, kekerasan, kesenjangan sosial ekonomi dan ketidakadilan) dikaitkan dengan konsep keragaman kelompok sosial sehingga tumbuh kesadaran diri untuk melakukan tanggung jawab publik atas permasalahan sosial yang ada di masyarakat
• Mempresentasikan hasil survey tentang permasalahan sosial dan pemecahannya sesuai hasil pengamatan Sikap:
• Observasi
Pengetahuan:
• Penugasan
• Tes tertulis
Keterampilan:
• Proyek
• Produk
• Unjuk Kerja 12 x 45 menit
(6x pertemuan) • Buku sumber Sosiologi untuk SMA dan MA, Esis, Kelas XI Kurikulum 2013, Kun Maryati dan Juju Suryawati, Penerbit Erlangga, 2016
• Pengantar Sosiologi, Kamanto Sunarto, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004
• Peta konsep
• OHP/Proyektor
• Foto-foto/gambar
• Buku-buku penunjang
• Internet
3.3 Memahami arti penting prinsip kesetaraan untuk menyikapi perbedaan sosial demi terwujudnya kehidupan sosial yang damai dan demokratis
4.3 Menerapkan prinsip-prinsip kesetaraan untuk mengatasi perbedaan sosial dan mendorong terwujudnya kehidupan sosial yang damai dan demokratis.
Perbedaan, kesetaraan dan harmoni sosial
• Partikularisme kelompok dan perbedaan sosial di masyarakat
• Kesetaraan untuk mencapai kepentingan umum atau publik
• Perbedaan dan kesetaraan antar kelompok dalam kehidupan publik
• Relasi antar kelompok dan terciptanya keharmonisan sosial dalam kehidupan masyarakat atau publik
• Mengamati perbedaan dan keragaman sosial yang ada di masyarakat sekitar
• Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang perbedaan dan keragaman sosial dalam kehidupan masyarakat dan mendiskusikan tentang pemecahannya berdasar prinsip-prinsip kesetaraan sebagai warga negara dalam upaya mewujudkan kehidupan masyarakat yang harmonis
• Melakukan wawancara dan atau mengisi kuesioner mengenai sikap terhadap perbedaan sosial yang ada di masyarakat dan pemecahannya berdasar prinsip-prinsip kesetaraan sebagai warga negara untuk menciptakan kehidupan sosial yang harmonis
• Menganalisis hasil wawancara atau isian kuesioner mengenai sikap terhadap perbedaan sosial di masyarakat untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang harmonis berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan sebagai warga negara
• Merumuskan langkah-langkah dan strategi untuk menciptakan kehidupan sosial yang harmonis untuk sikap kesadaran diri dan tanggung jawab publik di masyarakat berdasarkan hasil analisis
• Mempresentasikan hasil diskusi tentang langkah-langkah dan strategi untuk menciptakan kehidupan sosial yang harmonis di masyarakat
• Merumuskan hasil diskusi untuk dijadikan bahan pembelajaran bersama dalam menyikapi dan menghormati perbedaan sosial dan tanggungjawab sosial dalam mendorong kehidupan masyarakat yang harmonis berdasar prinsip-prinsip kesetaraan sebagai warga negara Sikap:
• Observasi
Pengetahuan:
• Penugasan
• Tes tertulis
Keterampilan:
• Proyek
• Produk
• Unjuk Kerja 12 X 45 menit
(6x pertemuan) • Buku sumber Sosiologi untuk SMA dan MA, Esis, Kelas XI Kurikulum 2013, Kun Maryati dan Juju Suryawati, Penerbit Erlangga, 2016
• Pengantar Sosiologi, Kamanto Sunarto, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004
• Peta konsep
• OHP/Proyektor
• Foto-foto/gambar
• Buku-buku penunjang
• Internet
Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : SOSIOLOGI
Kelas/Semester : XI/2
Kompetensi Inti : 3. Memahami, menerapkan, serta menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya mengenai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
3.4 Menganalisis konflik sosial dan cara memberikan respon untuk melakukan resolusi konflik demi terciptanya kehidupan yang damai di masyarakat.
4.4 Menganalisis cara melakukan pemecahan masalah untuk mengatasi permasalahan sosial, konflik, dan kekerasan di masyarakat.
Konflik, kekerasan, dan perdamaian
• Konflik, kekerasan, dan perdamaian
• Pemetaan konflik (konteks, issu, pihak-pihak, dan dinamika)
• Akar masalah dan sebab-sebab terjadi konflik
• Resolusi konflik (pencegahan, kelola, rekonsiliasi, dan transformasi)
• Peran mediasi dan pihak ketiga dalam penyelesaian konflik dan menumbuhkan perdamaian • Mengamati gejala konflik dan kekerasan yang terjadi di masyarakat dan memahami perbedaan antara konflik dan kekerasan (kekerasan merupakan konflik yang tidak terselesaikan secara damai)
• Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang sebab-sebab/latar belakang terjadinya konflik dan kekerasan sosial serta mendiskusikannya untuk mencapai penyelesaian tanpa kekerasan
• Mengumpulkan data primer/sekunder tentang konflik dan kekerasan dalam masyarakat dan penyelesaian yang dilakukan warga masyarakat
• Mengidentifikasi dampak kekerasan (fisik, mental, sosial) dari konflik dan kekerasan yang terjadi di masyarakat dengan menggunakan contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari yang ada di masyarakat setempat
• Menganalisis dan mendiskusikan penyelesaian konflik menggunakan metode-metode penyelesaian konflik (mediasi, negosiasi, rekonsiliasi dan transformasi konflik) dalam rangka mmembentuk kesadaran diri dan tanggung jawab publik untuk tercapainya perdamaian dan kehidupan sosial yang harmonis di masyarakat
• Mempresentasikan hasil diskusi tentang upaya penyelesaian konflik di masyarakat
• Merumuskan hasil diskusi untuk dijadikan bahan pembelajaran bersama dalam penyelesaian konflik dan kekerasan di masyarakat dengan menggunakan cara-cara damai tanpa kekerasan Sikap:
• Observasi
Pengetahuan:
• Penugasan
• Tes tertulis
Keterampilan:
• Proyek
• Produk
• Unjuk Kerja 16 X 45 menit
(8x pertemuan) • Buku sumber Sosiologi untuk SMA dan MA, Esis, Kelas XI Kurikulum 2013, Kun Maryati dan Juju Suryawati, Penerbit Erlangga, 2016
• Pengantar Sosiologi, Kamanto Sunarto, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004
• Peta konsep
• OHP/Proyektor
• Sampling data
• Buku-buku penunjang
• Internet
3.5 Menganalisis cara melakukan pemecahan masalah untuk mengatasi permasalahan sosial, konflik, dan kekerasan di masyarakat.
4. Melakukan penelitian sederhana berorientasi pada pemecahan masalah berkaitan dengan permasalahan sosial dan konflik yang terjadi di masyarakat sekitar. Integrasi dan reintegrasi sosial sebagai upaya pemecahan masalah konflik dan kekerasan
• Konflik bersifat kekerasan dan dampaknya terhadap perpecahan atau disintegrasi sosial
• Perdamaian dan integrasi atau kohesi sosial
• Pemulihan (recovery), rehabilitasi, reintegrasi dan transformasi sosial
• Reintegrasi dan koeksistensi sosial dalam kehidupan damai di masyarakat • Mengamati dan mendiskusikan upaya integrasi dan reintegrasi sosial untuk mewujudkan perdamaian dan kehidupan sosial yang harmonis di masyarakat
• Mengembangkan sikap kritis dan kepekaan terhadap konflik dan kekerasan yang terjadi di masyarakat untuk menemukan faktor pendorong dan penghambat tercapainya integrasi dan reintegrasi sosial
• Merancang penelitian sosial menggunakan metode pemetaan berkaitan dengan upaya integrasi dan reintegrasi sosial sebagai upaya menyelesaikan konflik dan mewujudkan perdamaian dan kehidupan msyarakat yang harmonis melalui langkah-langkah seperti identifikasi kebutuhan , analisis kepentingan dan pemecahan masalah dengan mengajukan rekomendasi
• Mengolah data, menganalisis dan menyimpulkan hasil pemetaan tentang upaya integrasi dan reintegrasi sosial untuk memperkuat kesadaran diri dan tanggung jawab publik sebagai upaya mewujudkan perdamaian dan kehidupan sosial yang harmonis di masyarakat
• Menyajikan hasil pemetaan tentang upaya integrasi dan reintegrasi sosial sebagai upaya penyelesaian konflik dan mewujudkan perdamaian dan kehidupan sosial yang harmonis di masyarakat dalam berbagai bentuk, seperti laporan, tulisan/artikel, foto, gambar, tabel, grafik, dan audio-visual dengan tampilan yang menarik dan mudah dibaca.
• Merumuskan hasil diskusi untuk dijadikan bahan pembelajaran bersama dan menumbuhkan sikap serta tanggungjawab bersama dalam melakukan integrasi dan reintegrasi sosial untuk mewujudkan kehidupan yang damai di masyarakat Sikap:
• Observasi
Pengetahuan:
• Penugasan
• Tes tertulis
Keterampilan:
• Proyek
• Produk
• Unjuk Kerja 16 x 45 menit
(8x pertemuan) • Buku sumber Sosiologi untuk SMA dan MA, Esis, Kelas XI Kurikulum 2013, Kun Maryati dan Juju Suryawati, Penerbit Erlangga, 2016
• Pengantar Sosiologi, Kamanto Sunarto, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004
• Peta konsep
• OHP/Proyektor
• Sampling data
• Buku-buku penunjang
• Internet
Nama Sekolah : SMA Utama 2 Bandarlampung
Mata Pelajaran : SOSIOLOGI
Kelas/Semester : XI/1
Kompetensi Inti : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, serta menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya mengenai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
3.1Memahami pengelompokan sosial di masyarakat dari sudut pandang dan pendekatan sosiologis.
4.1Menalar tentang terjadinya pengelompokan sosial di masyarakat dari sudut pandang dan pendekatan sosiologis
Pembentukan kelompok sosial
• Dasar-dasar pembentukan kelompok
• Berbagai bentuk dan jenis kelompok-kelompok kepentingan di masyarakat
• Karakteristik khusus atau partikularisme dan eksklusivisme kelompok
• Mengamati proses pembentukan kelompok sosial di masyarakat
• Mengkaji dari berbagai sumber informasi tentang proses pembentukan kelompok sosial dalam masyarakat
• Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang proses pembentukan kelompok sosial dan mendiskusikannya berdasarkan pengetahuan Sosiologi dengan berorientasi pada praktik pengetahuan untuk menumbuhkan sikap religiositas dan etika sosial
• Mengidentifikasi dan mengumpulkan data tentang ragam pengelompokkan sosial di masyarakat sekitar dari berbagai macam sumber
• Menganalisis data agar dapat mengklasifikasi ragam pengelompokkan sosial di masyarakat sekitar berdasarkan jenis dan bentuk pengelompokkan untuk menanamkan sikap kesadaran diri dan tanggung jawab publik
• Mempresentasikan hasil diskusi tentang pembentukan kelompok sosial Sikap:
• Observasi
Pengetahuan:
• Penugasan
• Tes tertulis
Keterampilan:
• Proyek
• Produk
• Unjuk Kerja 12 X 45 menit
(6x pertemuan) • Buku sumber Sosiologi untuk SMA dan MA, Esis, Kelas XI Kurikulum 2013, Kun Maryati dan Juju Suryawati, Penerbit Erlangga, 2016
• Pengantar Sosiologi, Kamanto Sunarto, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004
• Peta konsep
• OHP/Proyektor
• Foto-foto/gambar
• Buku-buku penunjang
• Internet
3.2 Menganalisis permasalahan sosial dalam kaitannya dengan pengelompokan sosial dan kecenderungan eksklusi sosial di masyarakat dari sudut pandang dan pendekatan sosiologis.
4.2 Memberikan respon dalam mengatasi permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat dengan cara memahami kaitan pengelompokan sosial dengan kecenderungan eksklusi dan timbulnya permasalahan sosial.
Permasalahan sosial dalam masyarakat
• Permasalahan sosial di masyarakat
• Partikularisme kelompok dan dilema pembentukan kepentingan publik
• Berbagai jenis permasalahan sosial di ranah publik
• Dampak permasalahan sosial terhadap kehidupan publik
• Pemecahan masalah sosial untuk mencapai kehidupan publik yang lebih baik
• Mengenali berbagai permasalahan sosial yang ada di masyarakat sekitar
• Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang berbagai permasalahan sosial di masyarakat (kemiskinan, kriminalitas, kekerasan, kesenjangan sosial-ekonomi, ketidakadilan) melalui contoh-contoh nyata dan mendiskusikannya dari sudut pandang pengetahuan Sosiologi berorientasi pemecahan masalah yang menumbuhkan sikap religiositas dan etika sosial
• Melakukan survey di masyarakat setempat tentang permasalahan sosial (kemiskinan, kriminalitas, kesenjangan sosial-ekonomi, ketidakadilan) melalui observasi, wawancara, dan kajian dokumen/literatur dengan menggunakan panduan yang telah dipersiapkan sebelumnya
• Menginterpretasi data hasil survey tentang permasalahan sosial (kemiskinan, kriminalitas, kekerasan, kesenjangan sosial ekonomi dan ketidakadilan) dikaitkan dengan konsep keragaman kelompok sosial sehingga tumbuh kesadaran diri untuk melakukan tanggung jawab publik atas permasalahan sosial yang ada di masyarakat
• Mempresentasikan hasil survey tentang permasalahan sosial dan pemecahannya sesuai hasil pengamatan Sikap:
• Observasi
Pengetahuan:
• Penugasan
• Tes tertulis
Keterampilan:
• Proyek
• Produk
• Unjuk Kerja 12 x 45 menit
(6x pertemuan) • Buku sumber Sosiologi untuk SMA dan MA, Esis, Kelas XI Kurikulum 2013, Kun Maryati dan Juju Suryawati, Penerbit Erlangga, 2016
• Pengantar Sosiologi, Kamanto Sunarto, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004
• Peta konsep
• OHP/Proyektor
• Foto-foto/gambar
• Buku-buku penunjang
• Internet
3.3 Memahami arti penting prinsip kesetaraan untuk menyikapi perbedaan sosial demi terwujudnya kehidupan sosial yang damai dan demokratis
4.3 Menerapkan prinsip-prinsip kesetaraan untuk mengatasi perbedaan sosial dan mendorong terwujudnya kehidupan sosial yang damai dan demokratis.
Perbedaan, kesetaraan dan harmoni sosial
• Partikularisme kelompok dan perbedaan sosial di masyarakat
• Kesetaraan untuk mencapai kepentingan umum atau publik
• Perbedaan dan kesetaraan antar kelompok dalam kehidupan publik
• Relasi antar kelompok dan terciptanya keharmonisan sosial dalam kehidupan masyarakat atau publik
• Mengamati perbedaan dan keragaman sosial yang ada di masyarakat sekitar
• Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang perbedaan dan keragaman sosial dalam kehidupan masyarakat dan mendiskusikan tentang pemecahannya berdasar prinsip-prinsip kesetaraan sebagai warga negara dalam upaya mewujudkan kehidupan masyarakat yang harmonis
• Melakukan wawancara dan atau mengisi kuesioner mengenai sikap terhadap perbedaan sosial yang ada di masyarakat dan pemecahannya berdasar prinsip-prinsip kesetaraan sebagai warga negara untuk menciptakan kehidupan sosial yang harmonis
• Menganalisis hasil wawancara atau isian kuesioner mengenai sikap terhadap perbedaan sosial di masyarakat untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang harmonis berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan sebagai warga negara
• Merumuskan langkah-langkah dan strategi untuk menciptakan kehidupan sosial yang harmonis untuk sikap kesadaran diri dan tanggung jawab publik di masyarakat berdasarkan hasil analisis
• Mempresentasikan hasil diskusi tentang langkah-langkah dan strategi untuk menciptakan kehidupan sosial yang harmonis di masyarakat
• Merumuskan hasil diskusi untuk dijadikan bahan pembelajaran bersama dalam menyikapi dan menghormati perbedaan sosial dan tanggungjawab sosial dalam mendorong kehidupan masyarakat yang harmonis berdasar prinsip-prinsip kesetaraan sebagai warga negara Sikap:
• Observasi
Pengetahuan:
• Penugasan
• Tes tertulis
Keterampilan:
• Proyek
• Produk
• Unjuk Kerja 12 X 45 menit
(6x pertemuan) • Buku sumber Sosiologi untuk SMA dan MA, Esis, Kelas XI Kurikulum 2013, Kun Maryati dan Juju Suryawati, Penerbit Erlangga, 2016
• Pengantar Sosiologi, Kamanto Sunarto, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004
• Peta konsep
• OHP/Proyektor
• Foto-foto/gambar
• Buku-buku penunjang
• Internet
Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : SOSIOLOGI
Kelas/Semester : XI/2
Kompetensi Inti : 3. Memahami, menerapkan, serta menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya mengenai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
3.4 Menganalisis konflik sosial dan cara memberikan respon untuk melakukan resolusi konflik demi terciptanya kehidupan yang damai di masyarakat.
4.4 Menganalisis cara melakukan pemecahan masalah untuk mengatasi permasalahan sosial, konflik, dan kekerasan di masyarakat.
Konflik, kekerasan, dan perdamaian
• Konflik, kekerasan, dan perdamaian
• Pemetaan konflik (konteks, issu, pihak-pihak, dan dinamika)
• Akar masalah dan sebab-sebab terjadi konflik
• Resolusi konflik (pencegahan, kelola, rekonsiliasi, dan transformasi)
• Peran mediasi dan pihak ketiga dalam penyelesaian konflik dan menumbuhkan perdamaian • Mengamati gejala konflik dan kekerasan yang terjadi di masyarakat dan memahami perbedaan antara konflik dan kekerasan (kekerasan merupakan konflik yang tidak terselesaikan secara damai)
• Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang sebab-sebab/latar belakang terjadinya konflik dan kekerasan sosial serta mendiskusikannya untuk mencapai penyelesaian tanpa kekerasan
• Mengumpulkan data primer/sekunder tentang konflik dan kekerasan dalam masyarakat dan penyelesaian yang dilakukan warga masyarakat
• Mengidentifikasi dampak kekerasan (fisik, mental, sosial) dari konflik dan kekerasan yang terjadi di masyarakat dengan menggunakan contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari yang ada di masyarakat setempat
• Menganalisis dan mendiskusikan penyelesaian konflik menggunakan metode-metode penyelesaian konflik (mediasi, negosiasi, rekonsiliasi dan transformasi konflik) dalam rangka mmembentuk kesadaran diri dan tanggung jawab publik untuk tercapainya perdamaian dan kehidupan sosial yang harmonis di masyarakat
• Mempresentasikan hasil diskusi tentang upaya penyelesaian konflik di masyarakat
• Merumuskan hasil diskusi untuk dijadikan bahan pembelajaran bersama dalam penyelesaian konflik dan kekerasan di masyarakat dengan menggunakan cara-cara damai tanpa kekerasan Sikap:
• Observasi
Pengetahuan:
• Penugasan
• Tes tertulis
Keterampilan:
• Proyek
• Produk
• Unjuk Kerja 16 X 45 menit
(8x pertemuan) • Buku sumber Sosiologi untuk SMA dan MA, Esis, Kelas XI Kurikulum 2013, Kun Maryati dan Juju Suryawati, Penerbit Erlangga, 2016
• Pengantar Sosiologi, Kamanto Sunarto, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004
• Peta konsep
• OHP/Proyektor
• Sampling data
• Buku-buku penunjang
• Internet
3.5 Menganalisis cara melakukan pemecahan masalah untuk mengatasi permasalahan sosial, konflik, dan kekerasan di masyarakat.
4. Melakukan penelitian sederhana berorientasi pada pemecahan masalah berkaitan dengan permasalahan sosial dan konflik yang terjadi di masyarakat sekitar. Integrasi dan reintegrasi sosial sebagai upaya pemecahan masalah konflik dan kekerasan
• Konflik bersifat kekerasan dan dampaknya terhadap perpecahan atau disintegrasi sosial
• Perdamaian dan integrasi atau kohesi sosial
• Pemulihan (recovery), rehabilitasi, reintegrasi dan transformasi sosial
• Reintegrasi dan koeksistensi sosial dalam kehidupan damai di masyarakat • Mengamati dan mendiskusikan upaya integrasi dan reintegrasi sosial untuk mewujudkan perdamaian dan kehidupan sosial yang harmonis di masyarakat
• Mengembangkan sikap kritis dan kepekaan terhadap konflik dan kekerasan yang terjadi di masyarakat untuk menemukan faktor pendorong dan penghambat tercapainya integrasi dan reintegrasi sosial
• Merancang penelitian sosial menggunakan metode pemetaan berkaitan dengan upaya integrasi dan reintegrasi sosial sebagai upaya menyelesaikan konflik dan mewujudkan perdamaian dan kehidupan msyarakat yang harmonis melalui langkah-langkah seperti identifikasi kebutuhan , analisis kepentingan dan pemecahan masalah dengan mengajukan rekomendasi
• Mengolah data, menganalisis dan menyimpulkan hasil pemetaan tentang upaya integrasi dan reintegrasi sosial untuk memperkuat kesadaran diri dan tanggung jawab publik sebagai upaya mewujudkan perdamaian dan kehidupan sosial yang harmonis di masyarakat
• Menyajikan hasil pemetaan tentang upaya integrasi dan reintegrasi sosial sebagai upaya penyelesaian konflik dan mewujudkan perdamaian dan kehidupan sosial yang harmonis di masyarakat dalam berbagai bentuk, seperti laporan, tulisan/artikel, foto, gambar, tabel, grafik, dan audio-visual dengan tampilan yang menarik dan mudah dibaca.
• Merumuskan hasil diskusi untuk dijadikan bahan pembelajaran bersama dan menumbuhkan sikap serta tanggungjawab bersama dalam melakukan integrasi dan reintegrasi sosial untuk mewujudkan kehidupan yang damai di masyarakat Sikap:
• Observasi
Pengetahuan:
• Penugasan
• Tes tertulis
Keterampilan:
• Proyek
• Produk
• Unjuk Kerja 16 x 45 menit
(8x pertemuan) • Buku sumber Sosiologi untuk SMA dan MA, Esis, Kelas XI Kurikulum 2013, Kun Maryati dan Juju Suryawati, Penerbit Erlangga, 2016
• Pengantar Sosiologi, Kamanto Sunarto, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004
• Peta konsep
• OHP/Proyektor
• Sampling data
• Buku-buku penunjang
• Internet
PTK Biologi
MODEL PEMBELAJARAN Pendekatan SETS ( Science, Environment, Technology, and Society ) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK MUTASI PESERTA DIDIK
KELAS XII-IPA SMA UTAMA 2 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh:
Sumini, S.Pd
SMA UTAMA 2
KECAMATAN RAWA LAUT BANDAR LAMPUNG
HALAMAN PENGESAHAN
MODEL PEMBELAJARAN Pendekatan SETS ( Science, Environment, Technology, and Society ) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK MUTASI PESERTA DIDIK
KELAS XII-IPA SMA UTAMA 2 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Nama Peneliti : Sumini, S.Pd
Tempat Penelitian : SMA UTAMA 2 Bandar Lampung
Tahun Penelitian : 2017 / 2018
Bandar Lampung, Agustus 2017
Kepala Sekolah
Drs. Hi. Suyitno Guru mapel Biologi
Sumini, S.Pd
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar biologi terutama pada materi pokok Mutasi dengan MODEL PEMBELAJARAN Pendekatan SETS ( Science, Environment, Technology, and Society ) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI . Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (action research) yang melibatkan empat komponen yakni: Planning (rencana), Action (tindakan), Observation (pengamatan), Reflection (refleksi).
Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XII-IPA2 SMA Utama 2 yang berjumlah 48 siswa. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus, dimana setiap siklusnya terdiri dari; 1) planning (rencana); untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran dan membuat instrumen penelitian. 2) action (tindakan); melaksanakan model pembelajaran pendekatan SETS pada mata pelajaran biologi materi pokok mutasi. 3) observation (pengamatan); pengambilan data tentang aktivitas belajar melalui tes evaluasi, lembar observasi, serta lembar kuesioner. 4) reflection (refleksi); menganalisis data hasil pengamatan.
Dari hasil penelitian diperoleh: Hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada siklus I yakni rata-rata aktivitas peserta didik dengan guru adalah 61,56% dan rata-rata aktivitas peserta didik dengan peserta didik adalah 66,79%, Dan jumlah keseluruhan aktivitas peserta didik adalah 77,78%. Untuk hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada siklus II aktivitas peserta didik dengan guru adalah 78,43% dan rata-rata aktivitas peserta didik dengan peserta didik adalan 83,78%, dan jumlah keseluruhan aktivitas peserta didik 94,44 %.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka model pembelajaran pendekatan SETS dapat meningkatkan aktivitas belajar biologi materi pokok mutasi peserta didik kelas XII-IPA SMA Utama 2.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sholawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW, para sahabat dan pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan dapat menyusun Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “MODEL PEMBELAJARAN Pendekatan SETS ( Science, Environment, Technology, and Society ) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK MUTASI”
Terwujudnya laporan ini berkat bimbingan, arahan serta bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu perkenankanlah penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Lampung
2.Kepala UPTD Pendidikan Lampung
3.Kepala SMA Utama 2 Bandar Lampung
4.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan PTK ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan, maka penulis mengharap saran dan kritik demi penyempurnaan penyusunan laporan ini. Semoga penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi dan Rumusan masalah 7
C. Penegasan istilah ……………………………… 7
D. Manfaat penelitian …………..…………………………… 7
BAB II: LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan teori 7
B. Hipotesis Tindakan 33
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian 10
B. Waktu dan Tempat Penelitian 10
C. Subyek Penelitian 10
D. Kolaborator Penelitian 10
E. Jadwal Penelitian 10
F. Teknik Pengumpulan Data 10
G. Metode Penelitian 10
H. Metode Analisis Data 11
I. Indikator Keberhasilan 11
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Situasi dan Kondisi Tempat ..…………………………. 12
B. Data Hasil Penelitian..……………………………………………. 12
C. Pembahasan……………………………………………………… 12
BAB V: KESIMPULAN SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan 15
B. Saran 15
C. Penutup 15
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah mesti melalui pembelajaran. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembelajaran merupakan aktivitas yang utama dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan sistem lingkungan atau kondisi belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan mengajar yang merupakan proses membimbing kegiatan belajar.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam individu siwa maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan disekitarnya. Dalam proses pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Untuk itu diperlukan peranan guru dalam proses belajar mengajar di kelas untuk mempengaruhi keberhasilan peserta didik.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta¬fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajarannya menitik beratkan pada pemberian pengalaman langsung kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah. Belajar biologi dapat membantu siswa untuk memahami alam dan gejalanya, karena itu belajar biologi banyak berkaitan dengan penelitian dan penyelidikan, selama proses pencarian ini siswa dapat menumbuhkan sikap ilmiah dan nilai positif lainnya.
Beberapa sikap ilmiah yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran biologi antara lain sikap ingin tahu, jujur, tekun, terbuka tehadap gagasan baru, tidak percaya tahayul, sulit menerima pendapat yang tidak disertai bukti, berpikir logis, peka terhadap makhluk hidup dan lingkungannya. Berdasarkan observasi yang dilakukan guru, yaitu pada pembelajaran biologi tentang Mutasi di kelas XII-IPA SMA Utama 2 tampak bahwa keaktifan dan kinerja peserta didik belum optimal, 65% peserta didik kurang memberi respon terhadap materi dan pertanyaan dari guru. Pembelajaran di kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Oleh karena itu seorang guru dalam penyampaian materi pelajaran biologi haruslah mengetahui metode dan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
Karakteristik pengetahuan Mutasi memungkinkan peserta didik berpikir kritis dan komprehensip jika pembelajarannya menggunakan SETS ( Science, Environment, Technology, and Society). Melalui pendekatan ini peserta didik diharapkan dapat memahami keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan / penyakit yang terjadi pada sistem ekskresi dengan menerapkan konsep¬konsep yang dimiliki dari berbagai ilmu terkait
Salah satu pilihan dalam pembelajaran sains adalah SETS. Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society ) memberi penekanan pada konservasi nilai positif pendidikan, budaya dan agama, sementara tetap maju dalam bidang sains, tekhnologi dan ekonomi. Pembelajaran dalam pendekatan SETS selalu dihubungkan dengan kejadian nyata yang dijumpai siswa dalam kehidupanya (bersifat kontekstual) .
Permasalahan di atas dapat dilakukan penelitian tindakan kelas ( PTK ) sebagai alternatif dalam penyelesaian. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran kelas.
Upaya penelitian tindakan kelas ( PTK ) diharapkan dapat menciptakan budaya belajar ( learning culture ) dikalangan guru dan peserta didik. Penelitian tindakan kelas ( PTK ) menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja, sebab pendekatan penelitian ini menampilkan pola kerja yang kolaboratif.
Atas dasar permasalahan yang telah dikemukakan di atas peneliti mencoba menerapkan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society ) dalam pembelajaran biologi di SMA Negeri 8 ... dengan harapan peserta didik dapat menguasai dan menerapkannya.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Latar belakang masalah diklasifikasikan sebagai permasalahan yang akan dihadapi, yaitu kurang tertariknya peserta didik kelas XII-IPA SMA Utma 2 dalam mengikuti pelajaran biologi dengan alasan membosankan dan kurang menarik, adapun permasalahannya :
1. Bagaimana penerapan pendekatan SETS pada mata pelajaran biologi materi pokok Mutasi di kelas XII-
IPA SMA Utama 2 ?
2. Apakah penerapan pendekatan SETS pada pembelajaran Biologi materi pokok Mutasi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa?
C. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kemungkinan adanya pemahaman yang berbeda dari para pembaca maka dalam penulisan Penelitian ini perlu dikemukakan arti dari istilah kata-kata yang menjadi judul penelitian ini :
1. Pendekatan SETS ( Science, Environment, Technology, and Society ) Kata SETS (Science, Environment, Technology, and Society) dapat dimaknakan sebagai sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, merupakan satu kesatuan yang dalam konsep pendidikan mempunyai implementasi agar anak didik mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). PTK biologi sma lengkap Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) menjadi salah satu pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran sains. Contoh ptk biologi dengan Pendekatan ini dapat menghubungkan konsep sains yang sedang dipelajari siswa dengan lingkungan, tekhnologi dan masyarakat.
2. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Penguasaan hasil belajar oleh siswa dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh melalui tes.
3. Biologi adalah Ilmu yang mempelajari keadaan dan sifat makhluk hidup.
4. Materi pokok Mutasi merupakan salah satu materi dari pelajaran biologi yang diberikan pada kelas XII-IPA tingkat SMU/MA. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis
Adanya penelitian ini, penulis dapat mengetahui penerapan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) khususnya pembelajaran biologi di kelas XII-IPA SMA Utama 2
2. Secara praktis
a. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pembahasan materi pokok ekskresi pada manusia di kaitkan dengan kejadian di sekitar siswa yang di hubungkan dengan aspek SETS.
b. Bagi Guru
Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar khususya pelajaran biologi dalam menggunakan pendekatan SETS sebagai pendekatan yang tepat untuk menyampaikan materi pokok ekskresi pada manusia ataupun materi lainnya yang relevan dalam rangka mewujudkan pelajaran yang berkualitas dan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat memberikan masukan yang baik bagi pihak sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa sekaligus kualitas pendidikan dari sekolah tersebut.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengalaman baru yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di masa mendatang.
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.LANDASAN TEORI
Mutu Pendidikan indonesia perlu ditingkatkan salah satunya dengan memperbaiki kurikulum, sarana
pendidikan, serta pengelolaan dan pendayagunan laboratorium. Selain itu dalam proses belajar mengajar yang mencakup cara mengajar, metode serta pendekatan yang digunakan. (Wahdah, Muris, & Arsyad, 2017).
Biologi adalah bidang ilmu yang mempelajari alam dan gejalanya, dari yang bersifat nyata sampai yang bersifat abstrak. Belajar fisika dapat membantu peserta didik memahami alam sekitar dengan penyelidikan. (Amalia, Indrawati,
Pendekatan Science, Environment, Technology, Society (SETS) yang dalam Pendidikan di Indonesia lebih dikenal sebagai pendekatan “Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat (Salingtemas)”. Definisi SETS menurut the NSTA Position Statement 1990 (dalam Kuswati, 2004:11) adalah memusatkan permasalahan dari dunia nyata yang memiliki komponen Sains dan Teknologi dari perspektif siswa, yang di dalamnya terdapat konsep-konsep dan proses, selanjutnya siswa diajak untuk menginvestigasi, menganalisis, dan menerapkan konsep dan proses itu pada situasi yang nyata. Pendekatan SETS/ Salingtemas diambil dari konsep pendidikan STM (Sains, Teknologi, dan Masyarakat, Pendidikan Lingkungan (Environmental Education/EE), dan STL (Science, Technology, Literacy). Dalam pendekatan Salingtemas atau SETS (Science, Environmental, Technology and Society) konsep pendidikan STM atau STL dan EE dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan (Depdiknas, 2002:5).
Dasar pendekatan ini, adalah siswa akan memiliki kemampuan memandang suatu materi dengan cara mengintegrasikan terhadap keempat unsur, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang materi sains. Urutan ringkasan pendekatan ini membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S-pertama) ke bentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S-kedua) diperukan pemikiran tentang berbagai implikasinya pada lingkungan (E) secara fisik maupun mental. Secara tidak langsung, hal ini menggambarkan arah pendekatan SETS yang relatif memiliki kepedulian terhadap lingkungan kehidupan atau sistem kehidupan manusia.
Jadi, pendidikan SETS (Science, Environment, Technology, and Society), bukan pendidikan angan-angan atau di atas kertas saja, melainkan benar-benar membahas sesuatu yang nyata yaitu, bisa dipahami, dapat dilihat dan dibahas dan bisa dipecahkan jalan keluarnya. Dengan kata lain, pendekatan ini didefinisikan sebagai belajar dan mengajar mengenai sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Ini berarti bahwa peserta didik dalam pembelajarannya selain mempelajari teori tentang sains (ilmu pengetahuan alam) mereka juga menengok kehidupan nyata mereka yang berhubungan dengan teori yang dipelajari, sehingga akan berdampak positif dalam pemahaman peserta didik. Maka, dengan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society), hasil pembelajaran diharapkan mampu memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam mengembangkan kehidupan sebagai manusia pribadi, anggota masyarakat, warga negara, sehingga siap untuk mengikuti pendidikan selanjutnya. Adapun teori belajar yang digunakan dalam pendekatan SETS adalah konstruktivisme, behaviorisme, cognitive development, dan social cognitive.
Gambar 1. Skema Pembelajaran SETS Approach
Kelebihan diterapkan pendekatan SETS:
1.Siswa memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegrasi dengan memperhatikan keempat unsur SETS, sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang telah dimiliki.
2.Melatih siswa untuk peka terhadap masalah yang sedang berkembang di lingkungan mereka/ mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
3. Siswa memiliki kepedulian terhadap lingkungan kehidupan sekitar atau sistem kehidupan dengan mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik.
4.Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran
Kelemahan diterapkan pendekatan SETS:
1. Siswa mengalami kesulitan dalam menghubungkan atau mengkaitkan antar unsur-unsur SETS
dalam pembelajaran.
2. Membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam pembelajaran.
3. Pendekatan SETS hanya dapat diterapkan dikelas atas.
4. Bagi guru yang tidak berwawasan luas akan kesulitan kesulitan dalam mengajarkan
Pada pembelajaran menggunakan pendekatan SETS siswa diminta menghubungkan antara keempat unsur SETS, sehingga kemungkinan siswa memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keterkaitan konsep tersebut dengan unsur lain dalam SETS, baik dalam bentuk kelebihan maupun kekurangannya. (Nono Sutanto,2007:30). Penerapan pendekatan SETS pada pembelajaran sains, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.Siswa diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur sains yang dibahas dalam SETS yang mempengarui berbagai keterkaitan antara unsur-unsur tersebut.
2.Siswa dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian menggunakan konsep sains tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi, lingkungan dan masyarakat
3.Siswa dapat diajak berpikir kontruktivisme tentang SETS dari berbagai macam arah tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan.
Gambar 2. Keterkaitan Antar Unsur SETS Pada Pembelajaran Sains
Pembelajaran SETS juga membatu peserta didik dalam memanfaatkan lingkungan sekolah memperoleh informasi berdasarkan materi yang dipelajari, peserta didik memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah untuk mengamati benda-benda yang ada di sekitar sekolah. Kemudian peserta didik
memanfaatkan masyarakat untuk berinteraksi dalam menemukan informasi, jadi peserta didik tidak hanya diajarkan untuk memanfaatkan lingkungan untuk memperoleh informasi tetapi juga memanfaatkan masyarakat untuk memperoleh informasi. Serta peserta didik dapat menerapkan teori yang dipelajari dengan teknologi yang ada.
Tujuan dari Penelitian ini untuk melihat pengaruh Pembelajran SETS (Science, Environment, Technology, Society) terhadap keterampilan proses sains peserta didik.
B.PENGAJUAN HIPOTESIS
Model Pembelajaran Pendekatan SETS ( Science, Environment, Technology, and Society ) dapat meningkatkan
aktifitas belajar siswa pada materi MUTASI
BAB III METODE PENELITIAN
A.Tujuan Penelitian
Supaya peserta didik memiliki literasi sains dan teknologi serta peduli terhadap masalah masyarakat dan lingkungan disekitarnya.(Poedjiadi, 2010) Dalam konteks pendidikan bervisi SETS, urutan ringkasan SETS membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S) ke bentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S-kedua) diperlukan pemikiran tentang berbagai implikasinya pada lingkungan (E) secara fisik maupun mental. (Fatchan & Soekamto, 2014) Pembelajaran SETS terdiri dari lima tahapan yaitu inisiasi, pengembangan konsep, aplikasi konsep dan pemantapan konsep serta penilaian.
Keunggulan dari model pembelajaran SETS dapat Melatih peserta didik melakukan metode kerja ilmiah. Sehingga peserta didik mampu membuat karya ilmiah yang tertata dan terorganisasi dengan baik. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi. Membuat pembelajaran menjadi
menyenangkan. Membantu peserta didik mengenal dan memahami sains dan teknologi serta dampak negatif yang bisa ditimbulkan dalam kehidupan sehari-hari.(Wahdah et al., 2017)
Keterampilan proses sains merupakan proses mencari dan menemukan, dimana proses pembelajaran dilakukan dengan memberikan pengalaman langsung pada peserta didik dengan langkah-langkah
kerja ilmiah sesuai dengan yang dilakukan para ilmuwan. (Jufri, 2013) Pembelajaran IPA diperlukan penyelidikan, secara observasi maupun eksperimen, sebagai kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses sikap ilmiah. Melalui kerja ilmiah, peserta didik dapat memanfaatkan fakta, membangun konsep, prinsip, teori sebagai dasar untuk berpikir kreatif, kritis, analitis, dan divergen. Metode praktikum yang digunakan dalam pembelajaran dengan mengaplikasikan keterampilan proses
sains dapat membuat siswa terlatih dan menjadi terampil dalam mengemukakan dan mengembangkan teori dan konsep yang dipelajari.(Ria, 2014). Indikator keterampilan proses sains terdiri dari keterampilan proses dasar yaitu(Jufri, 2013): mengamati, mengukur, memprediksi, mengelompokkan,
menginferensi, dan mengkomunikasikan.
B. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilakukan pada waktu pembelajaran materi mutasi disemester genap yang bertempat di SMA UTAMA 2 kelas XII IPA
C.Subyek penelitian
Yang menjadi subyek penelitian adalah peserta didik kelas XII IPA 1 dan 2
D.Kolaborator
E.Jadwal
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada waktu pembelajaran dilakukan disemester genap pada kelas XII IPA 1 dan IPA 2 yang dilakukan pada hari yang sama tetapi waktu yang berlainan.
F.Tehnik Pengumpulan Data
Penggumpulan data dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan kepada peserta didik yang berupa essai pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
G.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian Quasi Experimental dengan desain randomized control group only pascatest design. pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikatnya adalah
keterampilan proses sains dan Variabel Bebas Model pemebelajaran SETS (Science, Environment, Technology, Society). Penelitian dilaksanakan di SMA Utama 2 Bandar Lampung semester genap tahun ajaran 2017/2018. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik pada kelas XII IPA yang berjumlah 138 yang terdiri dari 2 kelas. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 1 kelas yang berjumlah 23 peserta didik sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas XII IPA 1 yang berjumlah 27 peserta didik sebagai kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster sampling (Sugiyono, 2016). Instrumen penelitian di artikan sebagai alat ukur dalam penelitian untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menguji hipotesis penelitian. Jenis instrumen dalam penelitian ini berupa tes essay, dimana tiap soal mengukur indikator keterampilan proses sains yang berbeda. Sebelum Soal digunakan untuk penelitian terlebih dahulu diuji validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran. Analisis data untuk menguji normalitas, homogenitas dan hipotesis.
Untuk menguji hipotesis mengunakan uji t. Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan rumus polled varians sebagai berikut: (Sugiyono, 2014)
Keterangan:
X1: Nilai rata-rata post test dari kelas eksperimen
X2: Nilai rata-rata post test dari kelas kontrol
n1: Jumlah sampel kelas eksperimen
n2: Jumlah sampel kelas control
S1: varians dari kelas eksperimen
S2: varians dari kelas kontrol
Kriteria Uji :
Setelah dilakukan penghitungan sesuai dengan rumus, maka pengujian dengan melihat perbandingan antara thitung dan ttabel di mana ttabel = t(n1+n2-1) dengan taraf signifikan α = 0,05.
Kesimpulan :
Jika thitung ≤ ttabel maka H0 diterima. Teknik Analisis Data Keterampilan Proses Sains
Instrumen keterampilan proses sains yang kedua berupa lembar observasi keterampilan proses sains. Dalam teknik analisis lembar observasi yang akan dinilai adalah aspek dari keterampilan proses sains dengan skala likert. Adapun tahapan analisisnya adalah:
1. Menjumlahkan indikator dari aspek KPS yang diamati.
2. Analisis data hasil penilaian lembar observasi keterampilan proses sains mengunakan skala likert dengan persamaan sebagai berikut :
%KPS = Skor yang diperoleh x 100
Skor maksimal
Tabel 1. Kriteria Interpretasi Skor
Presentase Keterangan
81-100 Sangat Baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat Kurang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Deskripsi Situasi dan kondisi tempat
Penelitian dilakukan di SMA utama 2 BandarLampung yang melibatkan 2 kelas XII IPA yang pelaksaannya dilakukan dikelas masing-masing dengan penerapan yang berbeda.
B.Data hasil penelitian
Data-data hasil penelitian berupa hasil lembar observasi keterampilan proses sains dan tes berupa uraian sebanyak 10 soal.
Tabel 2. Hasil Pretest dan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen
Kelas Pretest Posttest N-gain
Kontrol 39,94 62,56 0,37
Eksperimen 40,96 81,54 0,68
C.Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas menunju kan bahwa nilai rata-rata Postest kelas kontrol lebih rendah diandingkan kelas eksperimen. Hal ini menunjukan hasil N-Gain Kelas Kontrol lebih kecil dibanding
N-Gain Kelas eksperimen. Maka dapat disimpulkan bahwa pem belajaran dengan mengunakan model
pembelajaran SETS (Sains, Environment, Technology, and Society) yang diberikan dikelas eksperimen mampu meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik. Observasi dilaksanakan pada saat
pembelajaran berlangsung dengan diadakannya praktikum. Hal yang diamati berupa indikator indikator pada keterampilan proses sains peserta didik saat pembelajaran berlangsung, Berikut ini hasil lembar observasi keterampilan proses sains.
Gambar 1. Diagram hasil observasi keterampilan proses sains
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas pada penelitian ini mengunakan uji liliefors (dengan taraf signifikan α = 0,005) dengan mengunakan aplikasi microsoft excel. Data terdistribusi normal jika nilai signifikan > 0,05. Jika nilai signifikan < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal. Hasil uji normalitas yang digunakan uji
liliefors, menunjukan data terdistribusi normal.
68,59 70,42 68,59 65,85 68,59 69,20
81,09 72,25 71,33 70,42 73,78 78,96
0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00%
60.00% 70.00% 80.00% 90.00% 100.00%
Persentase Kontrol Persentase Eksperimen
Tabel 3. Hasil uji Normalitas pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
Data LTabel Lhitung Kesimpulan
Kelas Eksperimen Pretest 0,142
N = 39 0,108 Lhitung < Ltabel Data terdistribusi
normal
Posttest 0,135
Per. I 0,134
Per.II 0,133
Kelas Kontrol Pretest 0,138
N = 41 0,112
Posttest 0,127
Per. I 128
Per.II 124
Berdasarkan tabel hasil uji normalitas kelas eksperimen dan kontrol dengan pretest, posttest dan Lembar Observasi dengan taraf signifikan 0,05. Hasil uji normalitas Pada kelas eksperimen di
peroleh nilai Lhitung < Ltabel, sehingga H0 diterima pada data kelas eksperimen terdistribusi normal dan hasil uji normalitas kelas kontrol diperoleh nilai Lhitung < Ltabel sehingga data pada kelas
kontrol terdistribusi normal. Sehingga data keterampilan proses sains terdistribusi Normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas pada penelitian ini mengunakan Uji homogenitas dua varians dengan taraf signifikan α = 0,005 digunakan untuk menguji apakah kedua data tersebut homogen. Dan apakah sampel yang digunakan memiliki varian yang sama atau tidak. Adapun kriteria penerimaan data homogen adalah jika Fhitung < Ftabel , H0 diterima maka sampel homogen dan jika Fhitung > Ftabel maka
sampel tidak homogen. Berikut hasil uji homogenitas disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kontrol
Data FTabel Fhitung Kesimpulan
Pretest 1,7012 0,9984 Fhitung < Ftabel data dinyatakan
homogen H1 diterima.
Posttest 0,7191
Per. I 0,8318
Per.II 0,9873
Hasil uji homogenitas pada kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki Fhitung < Ftabel sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima artinya populasi tersebut memiliki varians yang sama.
Setelah diketahui data memiliki varians yang sama maka dapat dilanjutkan dengan mengunakan statistik parametik yaitu uji t.
3. Hasil pengujian hipotesis
Berdasarkan data yang telah di uji normalitas dan homogenitas kemudian data dinyatakan normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis dengan mengunakan statistika
parametris yaitu uji-t. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui adakah pengaruh perlakuan dengan mengunakan model pembelajaran SETS (Sains, Environment, Technology, and Society)
terhadap ketrampilan proses sains peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun kriteria penerimaan data terdapat perbedaan atau tidak adalah sebagai berikut :
Jika thitung ≤ ttabel maka H0 diterima, H1 ditolak.
Jika thitung > ttabel maka H1 diterima, H0 ditolak.
Berikut hasil uji hipotesis yang disajikan
pada tabel5.
Tabel 5. Hasil uji hipotesis Keterampilan proses sains
Data Thitung tTabel Kesimpulan
Tes 11,1223 1,9908 Thitung > Ttabel maka H1 Diterima.
Observasi 11,0396 1,9908
Berdasarkan uji t dari kelas kontrol dan kelas eksperimen berupa tes dan observasi maka didapat hasil hipotesis dengan taraf signifikan 0,05 diperoleh thitung lebin besar daripada ttabel sehingga
thitung > ttabel. Maka H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model Pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology and Society) terhadap keterampilan proses
sains. Pembelajaran SETS mengaitkan empat unsur yaitu sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat. Sehingga dengan keempat unsur tersebut dapat meningkatkan keterampilan proses sains
peserta didik. Pada masing masing unsur SETS terdapat hubungan terhdap Keterampilan proses sains peserta didik. Seperti Science pada indikator mengukur, Environment dengan Mengamati dan
Mengelompokkan, Technology pada indikator memprediksi dan pada unsur Society indikator mengkomunikasi. Berdasarkan hasil Penelitian Nofia nur miftiana, andari puji astuti, fitria faticatul hidaya bahwa model pembelajaran SETS dapat mengarahkan pola sikap peserta didik dalam
bersosialisasi dan meningkatkan daya pikir terutama pada ilmu kimia yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.(Miftianah, Astuti;, & Hidayah, 2015).
Observasi yang dilakukan pada penelitian ini diaukan untuk mengetahui keterampilan proses sains peserta didik mengunakan model pembelajaran SETS pada materi usaha dan energi. Data yang
di dapat pada hasil observasi keterampilan proses sains memperlihatkan indikator mengamati terletak pada hasil yang tertinggi sebesar 81,09% pada kelas eksperimen, Namun pada kelas kontrol
indikator mengukur dengan hasil 70,42 %.
Hasil keterampilan proses sains
peserta didik yang memiliki kriteria sangat baik yaitu pada indikator mengamati dan menginterpretasi data dengan masing masing persentase yaitu 81,09% dan 78,96%. Kemudian indikator keterampilan proses sains memiliki kriteria baik yaitu Mengamati dan Mengkomunikasi. Setelah diterapkan model
pembelajaran SETS dapat meningatkan keterampilan proses sains peserta didik terlihat pada masing masing indikator mendapat nilai yang tinggi. Namun pada indikator mengiteferensi terendah karena
mayoritas peserta didik belum mampu mengemukan pendapat dengan menyatakan sesuatu berdasarkan hasil dari pengamatan sehingga peserta didik mendapatkan angka yang rendah pada
indikator ini. Penerapkan pembelajaran SETS didapatkan hasil observasi penguasaan pemahaman peserta didik lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Ditinjau dari hasil persentase observasi pada setiap pertemuan meningkat. Pembelajaran SETS dapat melatih peserta didik untuk menguasai keterampilan proses, karena langkah langkah pada pembelajaran SETS cocok meningkatkan keterampilan proses sains peseta didik.
Pengujian hipotesis menggunakn uji-t terhadap hasil tes dan observasi keterampilan proses sains kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian ini dilakukan secara manual dengan mengunakn microsoft excel. pengaruh model Pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology and Society)
terhadap keterampilan proses sains. Kelas eksperimen lebih unggul dibanding dengan kelas kontrol. Hal ini disebabkan pada kelas eksperimen digunakan model pembelajarn SETS dimana peserta didik dapat menentukan sendiri permasalahan yang akan dipelajari dan memecahakan masalah tersebut dengan melibatkan sosial, teknologi dan lingkungan. Hal ini akan meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik Hasil penelitian zalfa ameliya terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas yang menggunakan pembelajaran SETS dan pada kelas yang tidak menggunakan SETS dapat dilihat dengan hasil uji t yaitu thitung = 7,225 dengan taraf signifikan 5% ttabel 2. (Kiky,2017)
Metode pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol yaitu ceramah dan diskusi. Dalam interaksi
pembelajaran sangat berpusat kepada guru sehingga belum bisa mengoptimalkan pembelajaran dan belum bisa mengaktifkan peserta didik. Peserta didik masih bergantung pada penjelasan guru sehingga kemampuan dan wawasan peserta didik masih minim. Selain itu sumber data atau kajian pustaka yang digunanakan pada kelas kontrol hanya bersumber dari buku cetak dan internet, sehingga materi yang mereka dapatkan terbatas. Hal ini berimbas pada kesulitan peserta didik dalam penguasaan
memecahan masalah karena kurang memahami situasi dan kondisi yang ada dilapangan.
Persentase lembar observasi pada pertemuan pertama dan kedua terdapat peningkatan penguasaan pada pembelajaran tentang mutasi pada kelas yang diterapkan pembelajaran SETS. Hal ini diperkuat dengan hasil persentase dari dua pertemuan. Karena keempat unsur SETS dapat memengaruhi penguasaan keterampilan proses peserta didik. Hasil penelitian dalam pemebelajaran SETS peserta didik diajak untuk belajar dari pemasalahan dalam dunia nyata, sehingga dapat meningkatkan pemahaman peserta didik. Dengan demikian hipotesis diterima, sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh model pembelajaran SETS dalam meningkatkan keaktifan peserta didik pada pembelajaran materi mutasi..
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan landasan teori, analisis data, perhitungan uji-t dan mengacu pada rumusan masalah diketahui bahwa peserta didik yang menggunakan model pembelajaran (Science, Environment, Technology and Society) Hasil analisis menunjukan thitung = 11,1223 sedangkan ttabel = 1,9908 dengan taraf signifikan 0,05% sehingga thitung > ttabel. H1 diterima,. terdapat pengaruh model Pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology and Society) terhadap peningkatan belajar mutasi. Dapat simpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran SETS dalam meningkatkan keaktifan peserta didik pada materi mutasi kelas XII IPA.
B.Saran
Untuk meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran biologi perlu kiranya diterapkan pada materi lainya yang dianggap sulit bagi peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, M. R., Indrawati, & Subiki. (2017). Model GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry) Dalam Pembelajaran Gerak Lurus Di SMA Negeri Rambipuji (Studi pada Aktivitas Belajar Siswa, Efektivitas Pembelajaran, dan Hasil Belajar Siswa). Jurnal Pembelajaran Fisika, 6(1).
Atminiati, E., & Binadja, A. (2017). Keefektifan Pembelajaran Guided Note Taking Bervisi Sets Bermedia Chemo Edutainment Dalam Meningkatkan, 11(2).
Fatchan, A., & Soekamto, H. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Science , Environment , Technology , Society ( SETS ) Terhadap Kemampuan Berkomunikasi Secara Tertulis Berupa Penulisan Karya Ilmiah bidang geografi siswa SMA. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 21.
Jufri, W. (2013). Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta. Miftianah, N. N., Astuti;, A. P., &
Hidayah, F. F. (2015). Analisis Keterampilan Proses Kritis Siswa Melalui Pembelajaran SETS Kelas X
Pada Materi Larutan Elektrolit dan NonElektrolit. Seminar Nasional Pendidikan, Sains Dan Teknologi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas \Muhammadiyah Semarang.
Poedjiadi, A. (2010). Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. (2014). Metode Penliian Kuantitatif Kualikatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Al. Wahdah, Muris, & Arsyad, N. (2017). Implementasi Stategi Pembelajaran Aktif Dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Fisika Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Kabupaten Sinjai. Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar, 5. Wisudawati, A. W., & Sulistyowati, E.
(2017). Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara
KELAS XII-IPA SMA UTAMA 2 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh:
Sumini, S.Pd
SMA UTAMA 2
KECAMATAN RAWA LAUT BANDAR LAMPUNG
HALAMAN PENGESAHAN
MODEL PEMBELAJARAN Pendekatan SETS ( Science, Environment, Technology, and Society ) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK MUTASI PESERTA DIDIK
KELAS XII-IPA SMA UTAMA 2 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Nama Peneliti : Sumini, S.Pd
Tempat Penelitian : SMA UTAMA 2 Bandar Lampung
Tahun Penelitian : 2017 / 2018
Bandar Lampung, Agustus 2017
Kepala Sekolah
Drs. Hi. Suyitno Guru mapel Biologi
Sumini, S.Pd
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar biologi terutama pada materi pokok Mutasi dengan MODEL PEMBELAJARAN Pendekatan SETS ( Science, Environment, Technology, and Society ) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI . Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (action research) yang melibatkan empat komponen yakni: Planning (rencana), Action (tindakan), Observation (pengamatan), Reflection (refleksi).
Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XII-IPA2 SMA Utama 2 yang berjumlah 48 siswa. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus, dimana setiap siklusnya terdiri dari; 1) planning (rencana); untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran dan membuat instrumen penelitian. 2) action (tindakan); melaksanakan model pembelajaran pendekatan SETS pada mata pelajaran biologi materi pokok mutasi. 3) observation (pengamatan); pengambilan data tentang aktivitas belajar melalui tes evaluasi, lembar observasi, serta lembar kuesioner. 4) reflection (refleksi); menganalisis data hasil pengamatan.
Dari hasil penelitian diperoleh: Hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada siklus I yakni rata-rata aktivitas peserta didik dengan guru adalah 61,56% dan rata-rata aktivitas peserta didik dengan peserta didik adalah 66,79%, Dan jumlah keseluruhan aktivitas peserta didik adalah 77,78%. Untuk hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada siklus II aktivitas peserta didik dengan guru adalah 78,43% dan rata-rata aktivitas peserta didik dengan peserta didik adalan 83,78%, dan jumlah keseluruhan aktivitas peserta didik 94,44 %.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka model pembelajaran pendekatan SETS dapat meningkatkan aktivitas belajar biologi materi pokok mutasi peserta didik kelas XII-IPA SMA Utama 2.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sholawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW, para sahabat dan pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan dapat menyusun Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “MODEL PEMBELAJARAN Pendekatan SETS ( Science, Environment, Technology, and Society ) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK MUTASI”
Terwujudnya laporan ini berkat bimbingan, arahan serta bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu perkenankanlah penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Lampung
2.Kepala UPTD Pendidikan Lampung
3.Kepala SMA Utama 2 Bandar Lampung
4.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan PTK ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan, maka penulis mengharap saran dan kritik demi penyempurnaan penyusunan laporan ini. Semoga penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi dan Rumusan masalah 7
C. Penegasan istilah ……………………………… 7
D. Manfaat penelitian …………..…………………………… 7
BAB II: LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan teori 7
B. Hipotesis Tindakan 33
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian 10
B. Waktu dan Tempat Penelitian 10
C. Subyek Penelitian 10
D. Kolaborator Penelitian 10
E. Jadwal Penelitian 10
F. Teknik Pengumpulan Data 10
G. Metode Penelitian 10
H. Metode Analisis Data 11
I. Indikator Keberhasilan 11
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Situasi dan Kondisi Tempat ..…………………………. 12
B. Data Hasil Penelitian..……………………………………………. 12
C. Pembahasan……………………………………………………… 12
BAB V: KESIMPULAN SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan 15
B. Saran 15
C. Penutup 15
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah mesti melalui pembelajaran. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembelajaran merupakan aktivitas yang utama dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan sistem lingkungan atau kondisi belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan mengajar yang merupakan proses membimbing kegiatan belajar.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam individu siwa maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan disekitarnya. Dalam proses pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Untuk itu diperlukan peranan guru dalam proses belajar mengajar di kelas untuk mempengaruhi keberhasilan peserta didik.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta¬fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajarannya menitik beratkan pada pemberian pengalaman langsung kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah. Belajar biologi dapat membantu siswa untuk memahami alam dan gejalanya, karena itu belajar biologi banyak berkaitan dengan penelitian dan penyelidikan, selama proses pencarian ini siswa dapat menumbuhkan sikap ilmiah dan nilai positif lainnya.
Beberapa sikap ilmiah yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran biologi antara lain sikap ingin tahu, jujur, tekun, terbuka tehadap gagasan baru, tidak percaya tahayul, sulit menerima pendapat yang tidak disertai bukti, berpikir logis, peka terhadap makhluk hidup dan lingkungannya. Berdasarkan observasi yang dilakukan guru, yaitu pada pembelajaran biologi tentang Mutasi di kelas XII-IPA SMA Utama 2 tampak bahwa keaktifan dan kinerja peserta didik belum optimal, 65% peserta didik kurang memberi respon terhadap materi dan pertanyaan dari guru. Pembelajaran di kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Oleh karena itu seorang guru dalam penyampaian materi pelajaran biologi haruslah mengetahui metode dan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
Karakteristik pengetahuan Mutasi memungkinkan peserta didik berpikir kritis dan komprehensip jika pembelajarannya menggunakan SETS ( Science, Environment, Technology, and Society). Melalui pendekatan ini peserta didik diharapkan dapat memahami keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan / penyakit yang terjadi pada sistem ekskresi dengan menerapkan konsep¬konsep yang dimiliki dari berbagai ilmu terkait
Salah satu pilihan dalam pembelajaran sains adalah SETS. Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society ) memberi penekanan pada konservasi nilai positif pendidikan, budaya dan agama, sementara tetap maju dalam bidang sains, tekhnologi dan ekonomi. Pembelajaran dalam pendekatan SETS selalu dihubungkan dengan kejadian nyata yang dijumpai siswa dalam kehidupanya (bersifat kontekstual) .
Permasalahan di atas dapat dilakukan penelitian tindakan kelas ( PTK ) sebagai alternatif dalam penyelesaian. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran kelas.
Upaya penelitian tindakan kelas ( PTK ) diharapkan dapat menciptakan budaya belajar ( learning culture ) dikalangan guru dan peserta didik. Penelitian tindakan kelas ( PTK ) menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja, sebab pendekatan penelitian ini menampilkan pola kerja yang kolaboratif.
Atas dasar permasalahan yang telah dikemukakan di atas peneliti mencoba menerapkan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society ) dalam pembelajaran biologi di SMA Negeri 8 ... dengan harapan peserta didik dapat menguasai dan menerapkannya.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Latar belakang masalah diklasifikasikan sebagai permasalahan yang akan dihadapi, yaitu kurang tertariknya peserta didik kelas XII-IPA SMA Utma 2 dalam mengikuti pelajaran biologi dengan alasan membosankan dan kurang menarik, adapun permasalahannya :
1. Bagaimana penerapan pendekatan SETS pada mata pelajaran biologi materi pokok Mutasi di kelas XII-
IPA SMA Utama 2 ?
2. Apakah penerapan pendekatan SETS pada pembelajaran Biologi materi pokok Mutasi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa?
C. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kemungkinan adanya pemahaman yang berbeda dari para pembaca maka dalam penulisan Penelitian ini perlu dikemukakan arti dari istilah kata-kata yang menjadi judul penelitian ini :
1. Pendekatan SETS ( Science, Environment, Technology, and Society ) Kata SETS (Science, Environment, Technology, and Society) dapat dimaknakan sebagai sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, merupakan satu kesatuan yang dalam konsep pendidikan mempunyai implementasi agar anak didik mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). PTK biologi sma lengkap Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) menjadi salah satu pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran sains. Contoh ptk biologi dengan Pendekatan ini dapat menghubungkan konsep sains yang sedang dipelajari siswa dengan lingkungan, tekhnologi dan masyarakat.
2. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Penguasaan hasil belajar oleh siswa dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh melalui tes.
3. Biologi adalah Ilmu yang mempelajari keadaan dan sifat makhluk hidup.
4. Materi pokok Mutasi merupakan salah satu materi dari pelajaran biologi yang diberikan pada kelas XII-IPA tingkat SMU/MA. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis
Adanya penelitian ini, penulis dapat mengetahui penerapan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) khususnya pembelajaran biologi di kelas XII-IPA SMA Utama 2
2. Secara praktis
a. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pembahasan materi pokok ekskresi pada manusia di kaitkan dengan kejadian di sekitar siswa yang di hubungkan dengan aspek SETS.
b. Bagi Guru
Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar khususya pelajaran biologi dalam menggunakan pendekatan SETS sebagai pendekatan yang tepat untuk menyampaikan materi pokok ekskresi pada manusia ataupun materi lainnya yang relevan dalam rangka mewujudkan pelajaran yang berkualitas dan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat memberikan masukan yang baik bagi pihak sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa sekaligus kualitas pendidikan dari sekolah tersebut.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengalaman baru yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di masa mendatang.
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.LANDASAN TEORI
Mutu Pendidikan indonesia perlu ditingkatkan salah satunya dengan memperbaiki kurikulum, sarana
pendidikan, serta pengelolaan dan pendayagunan laboratorium. Selain itu dalam proses belajar mengajar yang mencakup cara mengajar, metode serta pendekatan yang digunakan. (Wahdah, Muris, & Arsyad, 2017).
Biologi adalah bidang ilmu yang mempelajari alam dan gejalanya, dari yang bersifat nyata sampai yang bersifat abstrak. Belajar fisika dapat membantu peserta didik memahami alam sekitar dengan penyelidikan. (Amalia, Indrawati,
Pendekatan Science, Environment, Technology, Society (SETS) yang dalam Pendidikan di Indonesia lebih dikenal sebagai pendekatan “Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat (Salingtemas)”. Definisi SETS menurut the NSTA Position Statement 1990 (dalam Kuswati, 2004:11) adalah memusatkan permasalahan dari dunia nyata yang memiliki komponen Sains dan Teknologi dari perspektif siswa, yang di dalamnya terdapat konsep-konsep dan proses, selanjutnya siswa diajak untuk menginvestigasi, menganalisis, dan menerapkan konsep dan proses itu pada situasi yang nyata. Pendekatan SETS/ Salingtemas diambil dari konsep pendidikan STM (Sains, Teknologi, dan Masyarakat, Pendidikan Lingkungan (Environmental Education/EE), dan STL (Science, Technology, Literacy). Dalam pendekatan Salingtemas atau SETS (Science, Environmental, Technology and Society) konsep pendidikan STM atau STL dan EE dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan (Depdiknas, 2002:5).
Dasar pendekatan ini, adalah siswa akan memiliki kemampuan memandang suatu materi dengan cara mengintegrasikan terhadap keempat unsur, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang materi sains. Urutan ringkasan pendekatan ini membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S-pertama) ke bentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S-kedua) diperukan pemikiran tentang berbagai implikasinya pada lingkungan (E) secara fisik maupun mental. Secara tidak langsung, hal ini menggambarkan arah pendekatan SETS yang relatif memiliki kepedulian terhadap lingkungan kehidupan atau sistem kehidupan manusia.
Jadi, pendidikan SETS (Science, Environment, Technology, and Society), bukan pendidikan angan-angan atau di atas kertas saja, melainkan benar-benar membahas sesuatu yang nyata yaitu, bisa dipahami, dapat dilihat dan dibahas dan bisa dipecahkan jalan keluarnya. Dengan kata lain, pendekatan ini didefinisikan sebagai belajar dan mengajar mengenai sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Ini berarti bahwa peserta didik dalam pembelajarannya selain mempelajari teori tentang sains (ilmu pengetahuan alam) mereka juga menengok kehidupan nyata mereka yang berhubungan dengan teori yang dipelajari, sehingga akan berdampak positif dalam pemahaman peserta didik. Maka, dengan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society), hasil pembelajaran diharapkan mampu memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam mengembangkan kehidupan sebagai manusia pribadi, anggota masyarakat, warga negara, sehingga siap untuk mengikuti pendidikan selanjutnya. Adapun teori belajar yang digunakan dalam pendekatan SETS adalah konstruktivisme, behaviorisme, cognitive development, dan social cognitive.
Gambar 1. Skema Pembelajaran SETS Approach
Kelebihan diterapkan pendekatan SETS:
1.Siswa memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegrasi dengan memperhatikan keempat unsur SETS, sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang telah dimiliki.
2.Melatih siswa untuk peka terhadap masalah yang sedang berkembang di lingkungan mereka/ mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
3. Siswa memiliki kepedulian terhadap lingkungan kehidupan sekitar atau sistem kehidupan dengan mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik.
4.Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran
Kelemahan diterapkan pendekatan SETS:
1. Siswa mengalami kesulitan dalam menghubungkan atau mengkaitkan antar unsur-unsur SETS
dalam pembelajaran.
2. Membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam pembelajaran.
3. Pendekatan SETS hanya dapat diterapkan dikelas atas.
4. Bagi guru yang tidak berwawasan luas akan kesulitan kesulitan dalam mengajarkan
Pada pembelajaran menggunakan pendekatan SETS siswa diminta menghubungkan antara keempat unsur SETS, sehingga kemungkinan siswa memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keterkaitan konsep tersebut dengan unsur lain dalam SETS, baik dalam bentuk kelebihan maupun kekurangannya. (Nono Sutanto,2007:30). Penerapan pendekatan SETS pada pembelajaran sains, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.Siswa diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur sains yang dibahas dalam SETS yang mempengarui berbagai keterkaitan antara unsur-unsur tersebut.
2.Siswa dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian menggunakan konsep sains tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi, lingkungan dan masyarakat
3.Siswa dapat diajak berpikir kontruktivisme tentang SETS dari berbagai macam arah tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan.
Gambar 2. Keterkaitan Antar Unsur SETS Pada Pembelajaran Sains
Pembelajaran SETS juga membatu peserta didik dalam memanfaatkan lingkungan sekolah memperoleh informasi berdasarkan materi yang dipelajari, peserta didik memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah untuk mengamati benda-benda yang ada di sekitar sekolah. Kemudian peserta didik
memanfaatkan masyarakat untuk berinteraksi dalam menemukan informasi, jadi peserta didik tidak hanya diajarkan untuk memanfaatkan lingkungan untuk memperoleh informasi tetapi juga memanfaatkan masyarakat untuk memperoleh informasi. Serta peserta didik dapat menerapkan teori yang dipelajari dengan teknologi yang ada.
Tujuan dari Penelitian ini untuk melihat pengaruh Pembelajran SETS (Science, Environment, Technology, Society) terhadap keterampilan proses sains peserta didik.
B.PENGAJUAN HIPOTESIS
Model Pembelajaran Pendekatan SETS ( Science, Environment, Technology, and Society ) dapat meningkatkan
aktifitas belajar siswa pada materi MUTASI
BAB III METODE PENELITIAN
A.Tujuan Penelitian
Supaya peserta didik memiliki literasi sains dan teknologi serta peduli terhadap masalah masyarakat dan lingkungan disekitarnya.(Poedjiadi, 2010) Dalam konteks pendidikan bervisi SETS, urutan ringkasan SETS membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S) ke bentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S-kedua) diperlukan pemikiran tentang berbagai implikasinya pada lingkungan (E) secara fisik maupun mental. (Fatchan & Soekamto, 2014) Pembelajaran SETS terdiri dari lima tahapan yaitu inisiasi, pengembangan konsep, aplikasi konsep dan pemantapan konsep serta penilaian.
Keunggulan dari model pembelajaran SETS dapat Melatih peserta didik melakukan metode kerja ilmiah. Sehingga peserta didik mampu membuat karya ilmiah yang tertata dan terorganisasi dengan baik. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi. Membuat pembelajaran menjadi
menyenangkan. Membantu peserta didik mengenal dan memahami sains dan teknologi serta dampak negatif yang bisa ditimbulkan dalam kehidupan sehari-hari.(Wahdah et al., 2017)
Keterampilan proses sains merupakan proses mencari dan menemukan, dimana proses pembelajaran dilakukan dengan memberikan pengalaman langsung pada peserta didik dengan langkah-langkah
kerja ilmiah sesuai dengan yang dilakukan para ilmuwan. (Jufri, 2013) Pembelajaran IPA diperlukan penyelidikan, secara observasi maupun eksperimen, sebagai kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses sikap ilmiah. Melalui kerja ilmiah, peserta didik dapat memanfaatkan fakta, membangun konsep, prinsip, teori sebagai dasar untuk berpikir kreatif, kritis, analitis, dan divergen. Metode praktikum yang digunakan dalam pembelajaran dengan mengaplikasikan keterampilan proses
sains dapat membuat siswa terlatih dan menjadi terampil dalam mengemukakan dan mengembangkan teori dan konsep yang dipelajari.(Ria, 2014). Indikator keterampilan proses sains terdiri dari keterampilan proses dasar yaitu(Jufri, 2013): mengamati, mengukur, memprediksi, mengelompokkan,
menginferensi, dan mengkomunikasikan.
B. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilakukan pada waktu pembelajaran materi mutasi disemester genap yang bertempat di SMA UTAMA 2 kelas XII IPA
C.Subyek penelitian
Yang menjadi subyek penelitian adalah peserta didik kelas XII IPA 1 dan 2
D.Kolaborator
E.Jadwal
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada waktu pembelajaran dilakukan disemester genap pada kelas XII IPA 1 dan IPA 2 yang dilakukan pada hari yang sama tetapi waktu yang berlainan.
F.Tehnik Pengumpulan Data
Penggumpulan data dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan kepada peserta didik yang berupa essai pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
G.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian Quasi Experimental dengan desain randomized control group only pascatest design. pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikatnya adalah
keterampilan proses sains dan Variabel Bebas Model pemebelajaran SETS (Science, Environment, Technology, Society). Penelitian dilaksanakan di SMA Utama 2 Bandar Lampung semester genap tahun ajaran 2017/2018. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik pada kelas XII IPA yang berjumlah 138 yang terdiri dari 2 kelas. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 1 kelas yang berjumlah 23 peserta didik sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas XII IPA 1 yang berjumlah 27 peserta didik sebagai kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster sampling (Sugiyono, 2016). Instrumen penelitian di artikan sebagai alat ukur dalam penelitian untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menguji hipotesis penelitian. Jenis instrumen dalam penelitian ini berupa tes essay, dimana tiap soal mengukur indikator keterampilan proses sains yang berbeda. Sebelum Soal digunakan untuk penelitian terlebih dahulu diuji validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran. Analisis data untuk menguji normalitas, homogenitas dan hipotesis.
Untuk menguji hipotesis mengunakan uji t. Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan rumus polled varians sebagai berikut: (Sugiyono, 2014)
Keterangan:
X1: Nilai rata-rata post test dari kelas eksperimen
X2: Nilai rata-rata post test dari kelas kontrol
n1: Jumlah sampel kelas eksperimen
n2: Jumlah sampel kelas control
S1: varians dari kelas eksperimen
S2: varians dari kelas kontrol
Kriteria Uji :
Setelah dilakukan penghitungan sesuai dengan rumus, maka pengujian dengan melihat perbandingan antara thitung dan ttabel di mana ttabel = t(n1+n2-1) dengan taraf signifikan α = 0,05.
Kesimpulan :
Jika thitung ≤ ttabel maka H0 diterima. Teknik Analisis Data Keterampilan Proses Sains
Instrumen keterampilan proses sains yang kedua berupa lembar observasi keterampilan proses sains. Dalam teknik analisis lembar observasi yang akan dinilai adalah aspek dari keterampilan proses sains dengan skala likert. Adapun tahapan analisisnya adalah:
1. Menjumlahkan indikator dari aspek KPS yang diamati.
2. Analisis data hasil penilaian lembar observasi keterampilan proses sains mengunakan skala likert dengan persamaan sebagai berikut :
%KPS = Skor yang diperoleh x 100
Skor maksimal
Tabel 1. Kriteria Interpretasi Skor
Presentase Keterangan
81-100 Sangat Baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat Kurang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Deskripsi Situasi dan kondisi tempat
Penelitian dilakukan di SMA utama 2 BandarLampung yang melibatkan 2 kelas XII IPA yang pelaksaannya dilakukan dikelas masing-masing dengan penerapan yang berbeda.
B.Data hasil penelitian
Data-data hasil penelitian berupa hasil lembar observasi keterampilan proses sains dan tes berupa uraian sebanyak 10 soal.
Tabel 2. Hasil Pretest dan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen
Kelas Pretest Posttest N-gain
Kontrol 39,94 62,56 0,37
Eksperimen 40,96 81,54 0,68
C.Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas menunju kan bahwa nilai rata-rata Postest kelas kontrol lebih rendah diandingkan kelas eksperimen. Hal ini menunjukan hasil N-Gain Kelas Kontrol lebih kecil dibanding
N-Gain Kelas eksperimen. Maka dapat disimpulkan bahwa pem belajaran dengan mengunakan model
pembelajaran SETS (Sains, Environment, Technology, and Society) yang diberikan dikelas eksperimen mampu meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik. Observasi dilaksanakan pada saat
pembelajaran berlangsung dengan diadakannya praktikum. Hal yang diamati berupa indikator indikator pada keterampilan proses sains peserta didik saat pembelajaran berlangsung, Berikut ini hasil lembar observasi keterampilan proses sains.
Gambar 1. Diagram hasil observasi keterampilan proses sains
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas pada penelitian ini mengunakan uji liliefors (dengan taraf signifikan α = 0,005) dengan mengunakan aplikasi microsoft excel. Data terdistribusi normal jika nilai signifikan > 0,05. Jika nilai signifikan < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal. Hasil uji normalitas yang digunakan uji
liliefors, menunjukan data terdistribusi normal.
68,59 70,42 68,59 65,85 68,59 69,20
81,09 72,25 71,33 70,42 73,78 78,96
0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00%
60.00% 70.00% 80.00% 90.00% 100.00%
Persentase Kontrol Persentase Eksperimen
Tabel 3. Hasil uji Normalitas pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
Data LTabel Lhitung Kesimpulan
Kelas Eksperimen Pretest 0,142
N = 39 0,108 Lhitung < Ltabel Data terdistribusi
normal
Posttest 0,135
Per. I 0,134
Per.II 0,133
Kelas Kontrol Pretest 0,138
N = 41 0,112
Posttest 0,127
Per. I 128
Per.II 124
Berdasarkan tabel hasil uji normalitas kelas eksperimen dan kontrol dengan pretest, posttest dan Lembar Observasi dengan taraf signifikan 0,05. Hasil uji normalitas Pada kelas eksperimen di
peroleh nilai Lhitung < Ltabel, sehingga H0 diterima pada data kelas eksperimen terdistribusi normal dan hasil uji normalitas kelas kontrol diperoleh nilai Lhitung < Ltabel sehingga data pada kelas
kontrol terdistribusi normal. Sehingga data keterampilan proses sains terdistribusi Normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas pada penelitian ini mengunakan Uji homogenitas dua varians dengan taraf signifikan α = 0,005 digunakan untuk menguji apakah kedua data tersebut homogen. Dan apakah sampel yang digunakan memiliki varian yang sama atau tidak. Adapun kriteria penerimaan data homogen adalah jika Fhitung < Ftabel , H0 diterima maka sampel homogen dan jika Fhitung > Ftabel maka
sampel tidak homogen. Berikut hasil uji homogenitas disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kontrol
Data FTabel Fhitung Kesimpulan
Pretest 1,7012 0,9984 Fhitung < Ftabel data dinyatakan
homogen H1 diterima.
Posttest 0,7191
Per. I 0,8318
Per.II 0,9873
Hasil uji homogenitas pada kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki Fhitung < Ftabel sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima artinya populasi tersebut memiliki varians yang sama.
Setelah diketahui data memiliki varians yang sama maka dapat dilanjutkan dengan mengunakan statistik parametik yaitu uji t.
3. Hasil pengujian hipotesis
Berdasarkan data yang telah di uji normalitas dan homogenitas kemudian data dinyatakan normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis dengan mengunakan statistika
parametris yaitu uji-t. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui adakah pengaruh perlakuan dengan mengunakan model pembelajaran SETS (Sains, Environment, Technology, and Society)
terhadap ketrampilan proses sains peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun kriteria penerimaan data terdapat perbedaan atau tidak adalah sebagai berikut :
Jika thitung ≤ ttabel maka H0 diterima, H1 ditolak.
Jika thitung > ttabel maka H1 diterima, H0 ditolak.
Berikut hasil uji hipotesis yang disajikan
pada tabel5.
Tabel 5. Hasil uji hipotesis Keterampilan proses sains
Data Thitung tTabel Kesimpulan
Tes 11,1223 1,9908 Thitung > Ttabel maka H1 Diterima.
Observasi 11,0396 1,9908
Berdasarkan uji t dari kelas kontrol dan kelas eksperimen berupa tes dan observasi maka didapat hasil hipotesis dengan taraf signifikan 0,05 diperoleh thitung lebin besar daripada ttabel sehingga
thitung > ttabel. Maka H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model Pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology and Society) terhadap keterampilan proses
sains. Pembelajaran SETS mengaitkan empat unsur yaitu sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat. Sehingga dengan keempat unsur tersebut dapat meningkatkan keterampilan proses sains
peserta didik. Pada masing masing unsur SETS terdapat hubungan terhdap Keterampilan proses sains peserta didik. Seperti Science pada indikator mengukur, Environment dengan Mengamati dan
Mengelompokkan, Technology pada indikator memprediksi dan pada unsur Society indikator mengkomunikasi. Berdasarkan hasil Penelitian Nofia nur miftiana, andari puji astuti, fitria faticatul hidaya bahwa model pembelajaran SETS dapat mengarahkan pola sikap peserta didik dalam
bersosialisasi dan meningkatkan daya pikir terutama pada ilmu kimia yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.(Miftianah, Astuti;, & Hidayah, 2015).
Observasi yang dilakukan pada penelitian ini diaukan untuk mengetahui keterampilan proses sains peserta didik mengunakan model pembelajaran SETS pada materi usaha dan energi. Data yang
di dapat pada hasil observasi keterampilan proses sains memperlihatkan indikator mengamati terletak pada hasil yang tertinggi sebesar 81,09% pada kelas eksperimen, Namun pada kelas kontrol
indikator mengukur dengan hasil 70,42 %.
Hasil keterampilan proses sains
peserta didik yang memiliki kriteria sangat baik yaitu pada indikator mengamati dan menginterpretasi data dengan masing masing persentase yaitu 81,09% dan 78,96%. Kemudian indikator keterampilan proses sains memiliki kriteria baik yaitu Mengamati dan Mengkomunikasi. Setelah diterapkan model
pembelajaran SETS dapat meningatkan keterampilan proses sains peserta didik terlihat pada masing masing indikator mendapat nilai yang tinggi. Namun pada indikator mengiteferensi terendah karena
mayoritas peserta didik belum mampu mengemukan pendapat dengan menyatakan sesuatu berdasarkan hasil dari pengamatan sehingga peserta didik mendapatkan angka yang rendah pada
indikator ini. Penerapkan pembelajaran SETS didapatkan hasil observasi penguasaan pemahaman peserta didik lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Ditinjau dari hasil persentase observasi pada setiap pertemuan meningkat. Pembelajaran SETS dapat melatih peserta didik untuk menguasai keterampilan proses, karena langkah langkah pada pembelajaran SETS cocok meningkatkan keterampilan proses sains peseta didik.
Pengujian hipotesis menggunakn uji-t terhadap hasil tes dan observasi keterampilan proses sains kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian ini dilakukan secara manual dengan mengunakn microsoft excel. pengaruh model Pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology and Society)
terhadap keterampilan proses sains. Kelas eksperimen lebih unggul dibanding dengan kelas kontrol. Hal ini disebabkan pada kelas eksperimen digunakan model pembelajarn SETS dimana peserta didik dapat menentukan sendiri permasalahan yang akan dipelajari dan memecahakan masalah tersebut dengan melibatkan sosial, teknologi dan lingkungan. Hal ini akan meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik Hasil penelitian zalfa ameliya terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas yang menggunakan pembelajaran SETS dan pada kelas yang tidak menggunakan SETS dapat dilihat dengan hasil uji t yaitu thitung = 7,225 dengan taraf signifikan 5% ttabel 2. (Kiky,2017)
Metode pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol yaitu ceramah dan diskusi. Dalam interaksi
pembelajaran sangat berpusat kepada guru sehingga belum bisa mengoptimalkan pembelajaran dan belum bisa mengaktifkan peserta didik. Peserta didik masih bergantung pada penjelasan guru sehingga kemampuan dan wawasan peserta didik masih minim. Selain itu sumber data atau kajian pustaka yang digunanakan pada kelas kontrol hanya bersumber dari buku cetak dan internet, sehingga materi yang mereka dapatkan terbatas. Hal ini berimbas pada kesulitan peserta didik dalam penguasaan
memecahan masalah karena kurang memahami situasi dan kondisi yang ada dilapangan.
Persentase lembar observasi pada pertemuan pertama dan kedua terdapat peningkatan penguasaan pada pembelajaran tentang mutasi pada kelas yang diterapkan pembelajaran SETS. Hal ini diperkuat dengan hasil persentase dari dua pertemuan. Karena keempat unsur SETS dapat memengaruhi penguasaan keterampilan proses peserta didik. Hasil penelitian dalam pemebelajaran SETS peserta didik diajak untuk belajar dari pemasalahan dalam dunia nyata, sehingga dapat meningkatkan pemahaman peserta didik. Dengan demikian hipotesis diterima, sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh model pembelajaran SETS dalam meningkatkan keaktifan peserta didik pada pembelajaran materi mutasi..
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan landasan teori, analisis data, perhitungan uji-t dan mengacu pada rumusan masalah diketahui bahwa peserta didik yang menggunakan model pembelajaran (Science, Environment, Technology and Society) Hasil analisis menunjukan thitung = 11,1223 sedangkan ttabel = 1,9908 dengan taraf signifikan 0,05% sehingga thitung > ttabel. H1 diterima,. terdapat pengaruh model Pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology and Society) terhadap peningkatan belajar mutasi. Dapat simpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran SETS dalam meningkatkan keaktifan peserta didik pada materi mutasi kelas XII IPA.
B.Saran
Untuk meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran biologi perlu kiranya diterapkan pada materi lainya yang dianggap sulit bagi peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, M. R., Indrawati, & Subiki. (2017). Model GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry) Dalam Pembelajaran Gerak Lurus Di SMA Negeri Rambipuji (Studi pada Aktivitas Belajar Siswa, Efektivitas Pembelajaran, dan Hasil Belajar Siswa). Jurnal Pembelajaran Fisika, 6(1).
Atminiati, E., & Binadja, A. (2017). Keefektifan Pembelajaran Guided Note Taking Bervisi Sets Bermedia Chemo Edutainment Dalam Meningkatkan, 11(2).
Fatchan, A., & Soekamto, H. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Science , Environment , Technology , Society ( SETS ) Terhadap Kemampuan Berkomunikasi Secara Tertulis Berupa Penulisan Karya Ilmiah bidang geografi siswa SMA. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 21.
Jufri, W. (2013). Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta. Miftianah, N. N., Astuti;, A. P., &
Hidayah, F. F. (2015). Analisis Keterampilan Proses Kritis Siswa Melalui Pembelajaran SETS Kelas X
Pada Materi Larutan Elektrolit dan NonElektrolit. Seminar Nasional Pendidikan, Sains Dan Teknologi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas \Muhammadiyah Semarang.
Poedjiadi, A. (2010). Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. (2014). Metode Penliian Kuantitatif Kualikatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Al. Wahdah, Muris, & Arsyad, N. (2017). Implementasi Stategi Pembelajaran Aktif Dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Fisika Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Kabupaten Sinjai. Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar, 5. Wisudawati, A. W., & Sulistyowati, E.
(2017). Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara
Langganan:
Postingan (Atom)
RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS) 2021
Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Kegiatan In House Training (IHT) di SM...

-
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN KARTU SOAL Tahun Pelajaran 2017-2018...
-
PROGRAM EKSTRAKULIKULER SENI SMA UTAMA 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2019/2020 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panj...