Selasa, 14 April 2020


Formulir Pendaftaran Siswa Baru 2020-2021

PTK Bahasa Inggris

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS
PADA SISWA KELAS XI SMA UTAMA 2 BANDAR LAMPUNG
MELALUI TEKNIK KWL DAN PERMAINAN BAHASA
TAHUN PELAJARAN 2018/2019


Oleh : Nani Kurniaty, S. Pd


ABSTRAK


Hasil observasi di SMA Utama 2 Bandar Lampung ditemukan bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris. Untuk itu perlu digunakan strategi baru agar dapat meningkatkan kemampuan berbicara mereka, yaitu dengan menggunakan teknik KWL dan permainan bahasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan teknik KWL dan permainan bahasa dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa.
Penelitian ini diadakan di SMA Utama 2 Bandar Lampung kelas XI semester I tahun pelajaran 2018/2019, waktu penelitian berlangsung selama 2 bulan dengan 3 siklus. Siklus I siswa melengkapi tabel kolom (K) dan kolom (W) dengan pengalaman yang berhubungan dengan topik dan materi yang mereka ingin ketahui. Berikutnya siswa mengemukakan hasil atau kesimpulan dari materi  yang mereka pelajari dan ditulis pada kolom (L). Di setiap akhir pertemuan, siswa melakukan permainan bahasa sesuai dengan topic bahasan. Siklus II siswa menjawab pertanyaan sesuai panduan guru peneliti. Siklus III sebelum pembelajaran semua siswa diberi tugas belajar di rumah tentang topik bahasan yang akan diajarkan berikutnya.
Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan siswa yang aktif berbicara pada siklus I sekitar 10%, siklus II 15 %, dan siklus III sebanyak 20,8%. Hal ini juga terlihat pada ulangan harian siswa yang diajar dengan menggunakan teknik KWL dan permainan bahasa lebih baik, dan persentase ketuntasan belajarpun lebih tinggi disbanding dengan yang tidak menggunakan teknik KWL.






















PENDAHULUAN
Pelajaran bahasa Inggris di SMA berfungsi sebagai alat pengembangan diri siswa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Setelah menamatkan studi, mereka diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang cerdas, terampil, dan berkepribadian serta siap berperan dalam pembangunan nasional (GBPP 1994).
Pengajaran bahasa Inggris di SMA meliputi keempat keterampilan berbahasa, yaitu membaca, menyimak, berbicara dan menulis. Semua itu didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu kosa kata, tata bahasa, dan pronunciation  sesuai dengan tema sebagai alat pencapai tujuan.
Dari keempat ketrampilan berbahasa di atas, pembelajaran ketrampilan berbicara ternyata kurang dapat berjalan sebagaimana mestinya. Siswa belum mampu berkomunikasi walaupun dalam bahasa Inggris yang sangat sederhana. Dilain pihak, kurikulum mengisyaratkan bahwa siswa yang telah menamatkan jenjang pendidikan setingkat SMA harus mampu menyampaikan ide, pendapat, ataupun tanggapan terhadap suatu masalah dalam bahasa Inggris yang sederhana.
Siswa kelas XI di lingkungan SMA Utama 2 Bandar Lampung misalnya, setelah belajar bahasa Inggris  selama setahun belum mampu juga menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi sekalipun dalam bentuk yang sederhana. Bahkan yang lebih tragis lagi, belakangan ini timbul kecenderungan bagi siswa untuk membenci pelajaran bahasa Inggris karena mereka menganggap bahwa pelajaran bahasa Inggris suatu yang membosankan dan menakutkan.
Salah astu usaha untuk menanggulangi masalah ini, guru di SMA Utama 2 sepakat melakukan penelitian tindakan kelas yang kali ini dilakukan pada murid kelas XI, dengan judul “ UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS XI SMA UTAMA 2 BANDAR LAMPUNG MELAUI TEKNIK KWL DAN PERMAINAN BAHASA TAHUN PELAJARAN 2018/2019”
Penelitian ini bertujuan agar siswa dapat mampu menggunakan bahasa Inggris untuk hal-hal sederhana, seperti:
1. Bertanya;
2. Menjawab pertanyaan, baik yang diajukan  oleh guru maupun oleh temman-teman sekelas;
3. Tidak merasa malu berbicara dalam bahasa Inggris.
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Moris dalam Novia (2002) menyatakan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku social. Sedangkan Wilkin dalam Maulida (2001) menyatakan bahwa tujuan pengajaran bahasa Inggris dewasa ini adalah untuk berbicara. Lebih jauh lagi Wilkin dalam Oktarina (2002) menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasiterjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda.
Suatu hal yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa secara spontan, yaitu dengan menggali pengetahuan siswa tentang tema yang diajarkan. Teknik KWL dapat digunakan untuk tujuan tersebut. KWL adalah singkatan dari Know (yang diketahui), What to Know (yang ingin diketahui), dan Learned (yang diperoleh). Ogle (1989) menyatakan bahwa format KWL adalah suatu cara yang tepat untuk membantu siswa berpartisipasi aktif dalam berbicara tentang apa yang sedang mereka pelajari dalam ruang lingkup tema. Setiap mengajar, guru membagikan kertas dengan format KWL atau menuliskannya di papan tulis, seperti Tabel 1.
TABEL 1
K (Know) W (What to know) L (Learning)









Dalam proses pembelajaran, guru memberikan sebuah topik, kemudian ditanyakan secara oral kepada siswa apa yang mereka ketahui tentang topik yang diberikan. Semua jawaban siswa dituliskan pada kolom K. Pertanyaan selanjutnya yaitu apa yang ingin mereka pelajari tentang topik dan semua jawaban siswa ditulis pada kolom W. Kemudian guru menggali tentang apa yang telah mereka pelajari dan menuliskannya pada kolom L.
Metode pengajaran melalui teknik KWL akan lebih efektif dan suasana belajar akan lebih menyenangkan apabila diikuti dengan permainan bahasa. Permainan bahasa ini harus sesuai dengan ruang lingkup tema dan level siswa. Wright dan Backy (1984) mengatakan bahwa permainan bahasa bisa membantu dan memotivasi siswa serta melibatkan mereka dalam berbicara dan bekerja. Permainan bahasa diyakini dapat menimbulkan situasi di mana bahasa itu berguna dan berarti. Permainan bahasa yang dapat digunakan disini  diantaranya: role play, word guessing, chain words,dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagi berikut. Pembelajaran Bahasa  Inggris dengan Menggunakan Teknik KWL dan Permainan Bahasa Diduga dapat Meningkatkan Kemampuan Berbicara.






METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini diadakan di kelas XI SMA Utama 2 Bandar Lampung yang terdiri dari 2 kelas, yakni kelas XI IPA dan XI IPS.
Siswa kelas XI digunakan sebagai tempat penelitian diasumsikan bahwa mereka telah memiliki dasar yang cukup untuk mampu berbicara dalam bahasa Inggris yang sederhana.
Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan, dimulai pada awal bulan Agustus 2018 dan berakhir pada akhir September 2018. Pelaksanaan penelitian dibagi ke dalam 3 siklus.
Siklus Penelitian
Seperti telah dikemukakan di atas, penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus, dan masing-masing siklus terdiri atas 4 kegiatan utama, yaitu pembuatan rencana (plan), pelaksanaan tindakan (action), pemantauan (observation), dan refleksi (reflection). Pada tahap rencana, guru peneliti membuat persiapan . Di sini, semua kegiatan yang akan dilaksanakan dimatagkan serta ditentukan alat yang digunakan untuk memantau tindakan yang dilakukan pada tahap tindakan, guru peneliti menyajikan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disepakati pada tahap perencanaan. Hasil pemantauan ini kemudian direfleksikan secara bersama untuk melihat kelebihan dan kekurangan yang digunakan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya.
Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data penelitian yang valid dan dapat dipertanggung-jawabkan, dalam penelitian ini digunakan beberapa instrument pembantu, seperti lembar observasi, lembar catatan lapangan, dan lembar hasil tes siswa.

HASIL PENELITIAN
Partisipasi Siswa di Kelas
Pada siklus I, materi yang dibahas berhubungan dengan teknologi ringan, lat rumah sakit, dan alat elektronik. Siklus I ini dilakukan dalam 4 kali pertemuan atau selama 2 minggu, yaitu pada minggu kedua dan minggu ke tiga di bulan Agustus 2018.
Guru yang tampil sebagai pelaksana tindakan penelitian, menulis topic pelajaran dan membuat tabel KWL di papan tulis. Kemudian guru menanyakan pada siswa hal-hal yang mereka ketahui tentang topik tersebut dan menuliskannya pada kolom (K). Selanjutnya guru menanyakan hal-hal yang ingin diketahui siswa tentang topik tersebut dan menuliskannya pada kolom (W). Sedangkan hal-hal yang ingin diketahui siswa bisa berupa pernyataan atau pertanyaan. Kemudian, guru meminta siswa membaca wacana yang diberikan. Semua jawaban siswa tersebut ditulis dalam kolom (L) dan ini merupakan hasil dan kesimpulan dari proses pembelajaran saat itu. Pada akhir kegiatan, siswa diberi permainan bahasa yang berhubungan dengan topik, antara lain menerka sebuah gambar setelah disebutkan ciri-ciri  gambar sebelumya, membuat kata berdasarkan huruf yang sudah ditentukan, dan bermain peran.
Hasil pemantauan pada siklus I menunjukkan bahwa telah ada perubahan perilaku siswa, namun sebagian besar siswa masih canggung dan merasa malu untuk berbicara terutama pada mereka yang tergolong siswa yang berkemampuan rendah. Mereka sulit untuk mengeluarkan ide atau tanggapan karena mereka kalah bersaing dengan anak yang pintar. Pada siklus I ini siswa yang bertanya baru 12,5%, menjawab pertanyaan guru 20%, dan memberikan tanggapan 9%. Itupun hanya siswa yang tergolong pintar.
Berdasarkan refleksi terhadap kegiatan siklus I, maka dibuat rencana tindakan untuk siklus II, yaitu memberikan kesempatan pada anak yang berkemampuan rendah, dengan diberikan pertanyaan  pemandu oleh guru agar siswa terpancing untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan.
Pada siklus II ini, materi yang dibahas adalah tentang perjalanan wisata. Kegiatan siklus ini juga berlangsung selama 2 minggu  dengan 4 kali pertemuan, yakni minggu keempat bulan Agustus  dan minggu pertama bulan September 2018. Kegiatan utama pada siklus II ini sama dengan kegiatan pada siklus I. Namun, sebelum pembelajaran dimulai, guru peneliti mencoba memotivasi siswa dengan pertanyaan pemandu untuk memberi penguatan pada siswa agar tidak merasa malu dalam mengeluarkan ide atau tanggapan terhadap topik yang yang akan dipelajari. Hal ini terutama ditujukan pada anak yang tergolong  berkemampuan rendah. Di samping itu, dilakukan penambahan waktu pembelajaran karena mereka lambat dalam menyusun kata yang akan disampaikan.
Pada siklus ini guru peneliti tidak hanya memberikan kesempatan siswa yang aktif saja, tetapi memberi kesempatan  kepada siswa yang kurang aktif dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pemandu. Kalau mereka belum mampu mengemukakan ide seluruhnya dalam bahasa Inggris, mereka diberi kelonggaran untuk menggunakan sebagian kata yang memang sulit dalam bahasa Indonesia. Di akhir kegiatan juga diadakan permainan bebas yang relevan dengan topik pembelajaran.
Hasil pemantauan teman sejawat pada siklus ini menunjukkan bahwa partisipasi siswa semakin tinggi. Siswa yang lemah pun sudah mau mengeluarkan ide, tanggapan, atau pun pendapatnya tentang topik. Namun perubahannya belum begitu menonjol. Pada siklus II ini, tercatat siswa yang bertanya 15%,  menjawab pertanyaan 24,5%, dan memberikan tanggapan 9,8%. Berdasarkan refleksi pada siklus ini, tim peneliti menyusun rencana tindakan untuk siklus III.
Pada siklus III ini, materi yang disajikan berhubungan dengan kebudayaan, yaitu rumah tradisional, cerita rakyat, dan upacara adat. Siklus ini juga berlangsung selama 2 minggu dengan 4 kali pertemuan, yaitu minggu kedua dan ketiga bulan September 2017. Bentuk kegiatan pada siklus ini sama dengan siklus sebelumnya.
Pada proses pembelajaran di siklus  III ini, siswa Nampak lebih antusias, mereka telah berani mengungkapkan ide-ide atau pertanyaan yang ada sesuai dengan yang diminta oleh teknik KWL. Dari hasil pengamatan dari dari siklus III ini, anak yang aktif bertanya 20,8%, menjawab pertanyaan 26,5% dan yang memberikan tanggapan 15%. Siswa yang mau berbicara tidak hanya didominasi oleh siswa yang pandai saja. Siswa yang pada awalnya tampak pasif pada siklus ini telah tampak aktif untuk bertanya, menjawab, dan menanggapi. Pada saat diadakan permainan, anak-anak antusias untuk berpartisipasi. Secara keseluruhan, partisipasi siswa dalam proses pembelajaran pada masing-masing siklus dapat dilihat pada Tabel 2.
TABEL 2
PARTISIPASI SISWA DI KELAS

No. Aspek yang diamati Siklus I Siklus II Siklus III
1. Bertanya 12,5% 15,4% 20,8%
2. Menjawab          20% 24,5 % 26,5 %
3. Menanggapi 9% 9,8%          15,1%

TABEL 3
TINGKAT PENCAPAIAN HASIL BELAJAR
SEBELUM DAN SESUDAH SIKLUS DILAKUKAN
No. Aspek yang diamati Sebelum siklus Siklus I Siklus II Siklus III
1. Rata-rata ulangan harian 4,2 4,9 5,6 6,1
2. Presentasi ketuntasan belajar 3,3 4,5 5,2 5,7

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keaktifan siswa mulai dari siklus I, siklus II, dan siklus III pada  aspek bertanya, menjawab, dan menanggapi.

Hasil Ulangan Siswa

Hasil ulangan yang diberikan kepada siswa juga menunjukkan kemajuan dari siklus ke siklus. Hasil rata-rata nilai harian pada siklus I adalah 4,9 dengan persentase ketuntasan belajar 45%. Pada siklus II, nilai harian naik menjadi 5,6 dengan ketuntasan belajar 53%. Sedangkan pada siklus III, nilai ulangan harian naik menjadi 6,1 dengan ketuntasan hasil belajar 57%.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan teknik KWL dan permainan bahasa dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa.




















SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Teknik KWL dan permainan bahasa dapat meningkatkan partisipasi siswa di kelas apabila guru memberikan kesempatan dan bimbingan kepada seluruh siswa.

2. Hasil ulangan harian siswa yang diajarkan dengan menggunakan teknik KWL dan permainan bahasa lebih baik.

3. Persentase ketuntasan belajar siswa juga lebih tinggi dibandingkkan dengan yang diajarkan tidak menggunakan teknik KWL.

Saran-Saran

1. Pendekatan teknik KWL dan permainan bahasa dapat digunakan dalam proses belajar mengajar sebagi alternatif untuk meningkatkan partisipasi berbicara dan membuat pelajaran lebih efektif dan menarik.

2. Guru mata pelajaran bahasa Inggris harus kreatif dan inovatif dalam mempersiapkan pembelajaran agar hasil pembelajaran lebih meningkat.
































DAFTAR PUSTAKA

Octarina, D. 2001. Interactive Activities as the Way to Improve EFL Learners’Speaking Abilities. 
Makalah Tugas Akhir S1 Padang: UNP Padang.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999.Suplemen GBPP. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Novia, T.2002. Strategy to Improve Student’s Ability in Speaking. Makalah Tugas Akhir S 1. Padang:
UNP Padang.

Wright and Backy. 1984. Language Art : Content and Strategies. London : Longman.


Senin, 13 April 2020

Panduan Penilaian SMA

Contoh Kartu Soal

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN

KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2017-2018

Provinsi/Kota/Kabupaten : LAMPUNG/Kota Bandar Lampung

Program Studi : IPS Nama Penulis Soal : Satuan Kerja :
Mata Pelajaran : Sosiologi 1. Lailatun Hermaini K, S.Sos SMA
Kelas : 12 2. …………………………….. ……………………………..
Kurikulum : KTSP-2006 / K-2013
KD – Kompetensi Dasar
Memahami dan menguasai tentang masyarakat multikultural Buku Acuan / Referensi:
Yad Mulyadi, 2016, Panduan Sosiologi


                                         
Pengetahuan/         Aplikasi                 Penalaran
Pemahaman

Deskripsi Soal
Suatu kelompok masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki struktur budaya yang lebih dari satu
2. Sering terjadi konflik sosial yang berbau SARA
3. Struktur sosialnya bersifat nonkomplementer
4. Proses integrasi terjadi secara lambat
5. Sering terjadi dominasi ekonomi, politik, dan sosial budaya

Berdasarkan ciri-ciri tersebut masyarakat itu dapat dikategorikan sebagai ...
A. Masyarakat Multikultural
B. Masyarakat Multidimensional
C. Masyarakat Formal
D. Masyarakat Nonformal
E. Masyarakat Modern








No. Soal
21

Kunci Jawaban
A
Konten/Materi

Masyarakat Multikultural

Indikator Soal

Disajikan ciri-ciri sebuah masyarakat, siswa dapat  menentukan konsep masyarakat multikultural

Silabus Sosiologi Kelas XI

SILABUS
Nama Sekolah : SMA Utama 2 Bandarlampung
Mata Pelajaran : SOSIOLOGI
Kelas/Semester : XI/1
Kompetensi Inti :  1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, sebagai  bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, serta menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya mengenai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
3.1Memahami pengelompokan sosial di masyarakat dari sudut pandang dan pendekatan sosiologis.

4.1Menalar tentang terjadinya pengelompokan sosial di masyarakat dari sudut pandang dan pendekatan sosiologis

























Pembentukan kelompok sosial

Dasar-dasar pembentukan kelompok
Berbagai bentuk dan jenis kelompok-kelompok kepentingan di masyarakat
Karakteristik khusus atau partikularisme dan eksklusivisme   kelompok
Mengamati  proses pembentukan kelompok  sosial di masyarakat
Mengkaji dari berbagai sumber informasi tentang proses pembentukan kelompok sosial dalam masyarakat
Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang proses pembentukan  kelompok  sosial dan mendiskusikannya berdasarkan pengetahuan Sosiologi dengan berorientasi pada praktik pengetahuan untuk  menumbuhkan sikap religiositas dan etika sosial
Mengidentifikasi dan mengumpulkan data tentang ragam pengelompokkan sosial di masyarakat sekitar dari berbagai macam sumber
Menganalisis data agar dapat mengklasifikasi ragam pengelompokkan sosial di masyarakat sekitar berdasarkan jenis dan bentuk pengelompokkan untuk menanamkan sikap kesadaran diri dan tanggung jawab publik
Mempresentasikan hasil diskusi tentang pembentukan kelompok sosial Sikap:
Observasi
Pengetahuan:
Penugasan
Tes tertulis
Keterampilan:
Proyek
Produk
Unjuk Kerja 12 X 45 menit
(6x pertemuan) Buku sumber Sosiologi untuk SMA dan MA, Esis, Kelas XI Kurikulum 2013, Kun Maryati dan Juju Suryawati, Penerbit Erlangga, 2016
Pengantar Sosiologi, Kamanto Sunarto, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004
Peta konsep
OHP/Proyektor
Foto-foto/gambar
Buku-buku penunjang
Internet
3.2 Menganalisis permasalahan sosial dalam kaitannya dengan pengelompokan sosial dan kecenderungan eksklusi sosial di masyarakat dari sudut pandang dan pendekatan sosiologis.

4.2 Memberikan respon dalam mengatasi permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat dengan cara memahami kaitan pengelompokan sosial dengan kecenderungan eksklusi dan timbulnya permasalahan sosial.

































Permasalahan sosial dalam masyarakat

Permasalahan sosial di masyarakat
Partikularisme kelompok dan dilema pembentukan kepentingan publik
Berbagai jenis permasalahan sosial di ranah publik
Dampak permasalahan sosial terhadap kehidupan publik
Pemecahan masalah sosial untuk mencapai kehidupan publik yang lebih baik

Mengenali berbagai permasalahan sosial yang ada di masyarakat sekitar
Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang berbagai permasalahan sosial di masyarakat (kemiskinan, kriminalitas, kekerasan, kesenjangan sosial-ekonomi, ketidakadilan) melalui contoh-contoh nyata dan mendiskusikannya dari sudut pandang pengetahuan Sosiologi  berorientasi pemecahan masalah yang menumbuhkan sikap religiositas dan etika sosial
Melakukan survey di masyarakat setempat  tentang permasalahan sosial (kemiskinan, kriminalitas, kesenjangan sosial-ekonomi, ketidakadilan) melalui observasi, wawancara, dan kajian dokumen/literatur  dengan menggunakan panduan yang telah dipersiapkan sebelumnya
Menginterpretasi data hasil survey tentang permasalahan sosial (kemiskinan, kriminalitas, kekerasan, kesenjangan sosial ekonomi dan ketidakadilan) dikaitkan dengan konsep keragaman kelompok sosial sehingga tumbuh kesadaran diri untuk melakukan tanggung jawab publik atas permasalahan sosial yang ada di masyarakat
Mempresentasikan hasil  survey tentang permasalahan sosial dan pemecahannya sesuai hasil pengamatan Sikap:
Observasi
Pengetahuan:
Penugasan
Tes tertulis
Keterampilan:
Proyek
Produk
Unjuk Kerja 12 x 45 menit
(6x pertemuan) Buku sumber Sosiologi untuk SMA dan MA, Esis, Kelas XI Kurikulum 2013, Kun Maryati dan Juju Suryawati, Penerbit Erlangga, 2016
Pengantar Sosiologi, Kamanto Sunarto, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004
Peta konsep
OHP/Proyektor
Foto-foto/gambar
Buku-buku penunjang
Internet
3.3 Memahami arti penting prinsip kesetaraan untuk menyikapi perbedaan sosial demi terwujudnya kehidupan sosial yang damai dan demokratis

4.3 Menerapkan prinsip-prinsip kesetaraan untuk mengatasi perbedaan sosial dan mendorong terwujudnya kehidupan sosial yang damai dan demokratis.
Perbedaan, kesetaraan dan harmoni sosial

Partikularisme kelompok dan perbedaan sosial di masyarakat
Kesetaraan untuk mencapai kepentingan umum atau publik
Perbedaan dan kesetaraan antar kelompok dalam kehidupan publik
Relasi antar kelompok dan terciptanya keharmonisan sosial dalam kehidupan masyarakat atau publik
Mengamati perbedaan dan keragaman sosial yang ada di masyarakat sekitar
Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang perbedaan dan keragaman sosial dalam kehidupan masyarakat dan mendiskusikan tentang pemecahannya  berdasar prinsip-prinsip kesetaraan sebagai warga negara dalam upaya mewujudkan kehidupan masyarakat yang harmonis
Melakukan wawancara dan atau mengisi kuesioner mengenai sikap terhadap perbedaan sosial  yang ada di masyarakat dan pemecahannya berdasar prinsip-prinsip kesetaraan sebagai warga negara untuk menciptakan kehidupan sosial yang harmonis
Menganalisis hasil wawancara atau isian kuesioner mengenai sikap terhadap perbedaan sosial di masyarakat untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang harmonis berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan sebagai warga negara
Merumuskan langkah-langkah dan strategi untuk menciptakan kehidupan sosial yang harmonis untuk  sikap kesadaran diri dan tanggung jawab publik di masyarakat berdasarkan hasil analisis
Mempresentasikan hasil diskusi tentang langkah-langkah dan strategi untuk menciptakan kehidupan sosial yang harmonis di masyarakat
Merumuskan hasil diskusi untuk dijadikan bahan pembelajaran bersama dalam menyikapi dan menghormati perbedaan sosial dan tanggungjawab sosial dalam mendorong kehidupan masyarakat yang harmonis berdasar prinsip-prinsip kesetaraan sebagai warga negara Sikap:
Observasi
Pengetahuan:
Penugasan
Tes tertulis
Keterampilan:
Proyek
Produk
Unjuk Kerja 12  X 45 menit
(6x pertemuan) Buku sumber Sosiologi untuk SMA dan MA, Esis, Kelas XI Kurikulum 2013, Kun Maryati dan Juju Suryawati, Penerbit Erlangga, 2016
Pengantar Sosiologi, Kamanto Sunarto, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004
Peta konsep
OHP/Proyektor
Foto-foto/gambar
Buku-buku penunjang
Internet













Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : SOSIOLOGI
Kelas/Semester : XI/2
Kompetensi Inti :  3. Memahami, menerapkan, serta menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya mengenai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
3.4 Menganalisis konflik sosial dan cara memberikan respon untuk melakukan resolusi konflik demi terciptanya kehidupan yang damai di masyarakat.

4.4 Menganalisis cara melakukan pemecahan masalah untuk mengatasi permasalahan sosial, konflik, dan kekerasan di masyarakat.
Konflik, kekerasan, dan perdamaian

Konflik, kekerasan, dan perdamaian
Pemetaan konflik (konteks, issu, pihak-pihak, dan dinamika)
Akar masalah dan sebab-sebab terjadi konflik
Resolusi konflik (pencegahan, kelola, rekonsiliasi, dan transformasi)
Peran mediasi dan pihak ketiga dalam penyelesaian konflik dan menumbuhkan perdamaian Mengamati gejala konflik dan kekerasan yang terjadi di masyarakat dan memahami perbedaan antara konflik dan kekerasan (kekerasan merupakan konflik yang tidak terselesaikan secara damai)
Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang sebab-sebab/latar belakang terjadinya konflik dan kekerasan sosial serta mendiskusikannya untuk mencapai penyelesaian tanpa kekerasan
Mengumpulkan data primer/sekunder tentang konflik dan kekerasan dalam masyarakat dan penyelesaian yang dilakukan warga masyarakat
Mengidentifikasi dampak kekerasan (fisik, mental, sosial) dari konflik dan kekerasan yang  terjadi di masyarakat dengan menggunakan contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari yang ada di masyarakat setempat
Menganalisis dan mendiskusikan penyelesaian konflik menggunakan metode-metode penyelesaian konflik (mediasi, negosiasi, rekonsiliasi dan transformasi konflik) dalam rangka mmembentuk kesadaran diri dan tanggung jawab publik untuk tercapainya perdamaian dan kehidupan sosial yang harmonis di masyarakat
Mempresentasikan hasil diskusi tentang upaya penyelesaian konflik di masyarakat
Merumuskan hasil diskusi untuk dijadikan bahan pembelajaran bersama dalam penyelesaian konflik dan kekerasan di masyarakat dengan menggunakan cara-cara damai tanpa kekerasan Sikap:
Observasi
Pengetahuan:
Penugasan
Tes tertulis
Keterampilan:
Proyek
Produk
Unjuk Kerja 16  X 45 menit
(8x pertemuan) Buku sumber Sosiologi untuk SMA dan MA, Esis, Kelas XI Kurikulum 2013, Kun Maryati dan Juju Suryawati, Penerbit Erlangga, 2016
Pengantar Sosiologi, Kamanto Sunarto, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004
Peta konsep
OHP/Proyektor
Sampling data
Buku-buku penunjang
Internet
3.5 Menganalisis cara melakukan pemecahan masalah untuk mengatasi permasalahan sosial, konflik, dan kekerasan di masyarakat.

4. Melakukan penelitian sederhana berorientasi pada pemecahan masalah berkaitan dengan permasalahan sosial dan konflik yang terjadi di masyarakat sekitar. Integrasi dan reintegrasi sosial sebagai upaya pemecahan masalah konflik dan kekerasan

Konflik bersifat kekerasan dan dampaknya terhadap perpecahan atau disintegrasi sosial
Perdamaian dan integrasi atau kohesi sosial
Pemulihan (recovery), rehabilitasi, reintegrasi dan transformasi sosial
Reintegrasi dan koeksistensi sosial dalam kehidupan damai di masyarakat Mengamati dan mendiskusikan upaya integrasi dan reintegrasi sosial untuk mewujudkan perdamaian dan kehidupan sosial yang harmonis di masyarakat
Mengembangkan sikap kritis dan kepekaan terhadap konflik dan kekerasan yang terjadi di masyarakat untuk menemukan faktor pendorong dan penghambat tercapainya integrasi dan reintegrasi sosial
Merancang penelitian sosial menggunakan metode pemetaan berkaitan dengan upaya integrasi dan reintegrasi sosial sebagai upaya menyelesaikan konflik dan  mewujudkan perdamaian dan kehidupan msyarakat yang harmonis melalui langkah-langkah seperti identifikasi kebutuhan , analisis kepentingan dan pemecahan masalah dengan mengajukan rekomendasi
Mengolah data, menganalisis dan menyimpulkan hasil pemetaan  tentang upaya integrasi dan reintegrasi sosial untuk memperkuat kesadaran diri dan tanggung jawab publik  sebagai upaya mewujudkan perdamaian dan kehidupan sosial yang harmonis di masyarakat
Menyajikan hasil pemetaan tentang upaya integrasi dan reintegrasi sosial sebagai upaya penyelesaian konflik dan mewujudkan perdamaian dan kehidupan sosial yang harmonis di masyarakat dalam  berbagai bentuk, seperti laporan, tulisan/artikel, foto, gambar, tabel, grafik, dan audio-visual dengan tampilan yang menarik dan mudah dibaca.
Merumuskan hasil diskusi untuk dijadikan bahan pembelajaran bersama dan menumbuhkan sikap serta tanggungjawab bersama dalam melakukan integrasi dan reintegrasi sosial untuk  mewujudkan kehidupan yang damai di masyarakat Sikap:
Observasi
Pengetahuan:
Penugasan
Tes tertulis
Keterampilan:
Proyek
Produk
Unjuk Kerja 16 x 45 menit
(8x pertemuan) Buku sumber Sosiologi untuk SMA dan MA, Esis, Kelas XI Kurikulum 2013, Kun Maryati dan Juju Suryawati, Penerbit Erlangga, 2016
Pengantar Sosiologi, Kamanto Sunarto, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004
Peta konsep
OHP/Proyektor
Sampling data
Buku-buku penunjang
Internet

PTK Biologi

MODEL PEMBELAJARAN Pendekatan SETS ( Science, Environment, Technology, and Society )  DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK MUTASI PESERTA DIDIK
KELAS XII-IPA  SMA UTAMA 2 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

PENELITIAN TINDAKAN KELAS














Oleh:
Sumini, S.Pd














SMA UTAMA 2
KECAMATAN RAWA LAUT BANDAR LAMPUNG


HALAMAN PENGESAHAN
MODEL PEMBELAJARAN Pendekatan SETS ( Science, Environment, Technology, and Society )  DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK MUTASI PESERTA DIDIK
KELAS XII-IPA  SMA UTAMA 2 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018


Nama Peneliti : Sumini, S.Pd
Tempat Penelitian : SMA UTAMA 2 Bandar Lampung
Tahun Penelitian : 2017 / 2018



Bandar Lampung,  Agustus 2017
Kepala Sekolah


                        Drs. Hi. Suyitno Guru mapel Biologi


Sumini, S.Pd


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar biologi terutama pada materi pokok Mutasi dengan MODEL PEMBELAJARAN Pendekatan SETS ( Science, Environment, Technology, and Society )  DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI . Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (action research) yang melibatkan empat komponen yakni: Planning (rencana), Action (tindakan), Observation (pengamatan), Reflection (refleksi).
Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XII-IPA2 SMA Utama 2 yang berjumlah 48 siswa. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus, dimana setiap siklusnya terdiri dari; 1) planning (rencana); untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran dan membuat instrumen penelitian. 2) action (tindakan); melaksanakan model pembelajaran pendekatan SETS pada mata pelajaran biologi materi pokok mutasi. 3) observation (pengamatan); pengambilan data tentang aktivitas belajar melalui tes evaluasi, lembar observasi, serta lembar kuesioner. 4) reflection (refleksi); menganalisis data hasil pengamatan.
Dari hasil penelitian diperoleh: Hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada siklus I yakni rata-rata aktivitas peserta didik dengan guru adalah 61,56% dan rata-rata aktivitas peserta didik dengan peserta didik adalah 66,79%, Dan jumlah keseluruhan aktivitas peserta didik adalah 77,78%. Untuk hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada siklus II aktivitas peserta didik dengan guru adalah 78,43% dan rata-rata aktivitas peserta didik dengan peserta didik adalan 83,78%, dan jumlah keseluruhan aktivitas peserta didik 94,44 %.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka model pembelajaran pendekatan SETS dapat meningkatkan aktivitas belajar biologi materi pokok mutasi peserta didik kelas XII-IPA  SMA Utama 2.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sholawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW, para sahabat dan pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan dapat menyusun Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “MODEL PEMBELAJARAN Pendekatan SETS ( Science, Environment, Technology, and Society )  DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK MUTASI”

Terwujudnya laporan ini berkat bimbingan, arahan serta bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu perkenankanlah penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Lampung
2.Kepala UPTD Pendidikan Lampung
3.Kepala SMA Utama 2 Bandar Lampung
4.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan PTK ini

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan, maka penulis mengharap saran dan kritik demi penyempurnaan penyusunan laporan ini. Semoga penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.



Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii                                           
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi dan Rumusan masalah 7
C. Penegasan istilah ……………………………… 7
D. Manfaat penelitian …………..…………………………… 7

BAB II: LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan teori 7
B. Hipotesis Tindakan 33

BAB III: METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian 10
B. Waktu dan Tempat Penelitian 10
C. Subyek Penelitian 10
D. Kolaborator Penelitian 10
E. Jadwal Penelitian 10
F. Teknik Pengumpulan Data 10
G. Metode Penelitian 10
H. Metode Analisis Data 11
I. Indikator Keberhasilan 11


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Situasi dan Kondisi Tempat ..…………………………. 12
B. Data Hasil Penelitian..……………………………………………. 12
C. Pembahasan……………………………………………………… 12

BAB V: KESIMPULAN SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan 15
B. Saran 15
C. Penutup 15

DAFTAR PUSTAKA 16


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar belakang

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah mesti melalui pembelajaran. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.  Pembelajaran merupakan aktivitas yang utama dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah.  Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan sistem lingkungan atau kondisi belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan mengajar yang merupakan proses membimbing kegiatan belajar.

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam individu siwa maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan disekitarnya.  Dalam proses pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Untuk itu diperlukan  peranan guru dalam proses belajar mengajar di kelas untuk  mempengaruhi keberhasilan peserta didik.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta¬fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajarannya menitik beratkan pada pemberian pengalaman langsung kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah. Belajar biologi dapat membantu siswa untuk memahami alam dan gejalanya, karena itu belajar biologi banyak berkaitan dengan penelitian dan penyelidikan, selama proses pencarian ini siswa dapat menumbuhkan sikap ilmiah dan nilai positif lainnya.

Beberapa sikap ilmiah yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran biologi antara lain sikap ingin tahu, jujur, tekun, terbuka tehadap gagasan baru, tidak percaya tahayul, sulit menerima pendapat yang tidak disertai bukti, berpikir logis, peka terhadap makhluk hidup dan lingkungannya. Berdasarkan observasi yang dilakukan guru, yaitu pada pembelajaran biologi tentang Mutasi di kelas XII-IPA SMA  Utama 2  tampak bahwa keaktifan dan kinerja peserta didik belum optimal, 65% peserta didik kurang memberi respon terhadap materi dan pertanyaan dari guru. Pembelajaran di kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Oleh karena itu seorang guru dalam penyampaian materi pelajaran biologi haruslah mengetahui metode dan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

Karakteristik pengetahuan Mutasi memungkinkan peserta didik berpikir kritis dan komprehensip jika pembelajarannya menggunakan SETS ( Science, Environment, Technology, and Society). Melalui pendekatan ini peserta didik diharapkan dapat memahami keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan / penyakit yang terjadi pada sistem ekskresi dengan menerapkan konsep¬konsep yang dimiliki dari berbagai ilmu terkait

Salah satu pilihan dalam pembelajaran sains adalah SETS. Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society ) memberi penekanan pada konservasi nilai positif pendidikan, budaya dan agama, sementara tetap maju dalam bidang sains, tekhnologi dan ekonomi. Pembelajaran dalam pendekatan SETS selalu dihubungkan dengan kejadian nyata yang dijumpai siswa dalam kehidupanya (bersifat kontekstual) .

Permasalahan di atas dapat dilakukan penelitian tindakan kelas ( PTK ) sebagai alternatif dalam penyelesaian. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran kelas.
Upaya penelitian tindakan kelas ( PTK ) diharapkan dapat menciptakan budaya belajar ( learning culture ) dikalangan guru dan peserta didik. Penelitian tindakan kelas ( PTK ) menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja, sebab pendekatan penelitian ini menampilkan pola kerja yang kolaboratif.
Atas dasar permasalahan yang telah dikemukakan di atas peneliti mencoba menerapkan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society ) dalam pembelajaran biologi di SMA Negeri 8 ...  dengan harapan peserta didik dapat menguasai dan menerapkannya.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Latar belakang masalah diklasifikasikan sebagai permasalahan yang akan dihadapi, yaitu kurang tertariknya peserta didik kelas XII-IPA SMA Utma 2 dalam mengikuti pelajaran biologi dengan alasan membosankan dan kurang menarik, adapun permasalahannya :
1. Bagaimana penerapan pendekatan SETS pada mata pelajaran biologi materi pokok Mutasi di kelas XII-
    IPA SMA Utama 2 ?
2. Apakah penerapan pendekatan SETS pada pembelajaran Biologi materi pokok Mutasi dapat   
    meningkatkan hasil belajar siswa?

C. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kemungkinan adanya pemahaman yang berbeda dari para pembaca maka dalam penulisan Penelitian ini perlu dikemukakan arti dari istilah kata-kata yang menjadi judul penelitian ini :

1. Pendekatan SETS ( Science, Environment, Technology, and Society ) Kata SETS (Science, Environment, Technology, and Society) dapat dimaknakan sebagai sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, merupakan satu kesatuan yang dalam konsep pendidikan mempunyai implementasi agar anak didik mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking).  PTK  biologi sma lengkap Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) menjadi salah satu pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran sains. Contoh ptk biologi dengan  Pendekatan ini dapat menghubungkan konsep sains yang sedang dipelajari siswa dengan lingkungan, tekhnologi dan masyarakat.

2. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Penguasaan hasil belajar oleh siswa dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh melalui tes.

3. Biologi adalah Ilmu yang mempelajari keadaan dan sifat makhluk hidup.

4. Materi pokok Mutasi merupakan salah satu materi dari pelajaran biologi yang diberikan pada kelas XII-IPA tingkat SMU/MA. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis
Adanya penelitian ini, penulis dapat mengetahui penerapan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) khususnya pembelajaran biologi di kelas XII-IPA SMA Utama 2

2. Secara praktis
a. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pembahasan materi pokok ekskresi pada manusia di kaitkan dengan kejadian di sekitar siswa yang di hubungkan dengan aspek SETS.
b. Bagi Guru
Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar khususya pelajaran biologi dalam menggunakan pendekatan SETS sebagai pendekatan yang tepat untuk menyampaikan materi pokok ekskresi pada manusia ataupun materi lainnya yang relevan dalam rangka mewujudkan pelajaran yang berkualitas dan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat memberikan masukan yang baik bagi pihak sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa sekaligus kualitas pendidikan dari sekolah tersebut.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengalaman baru yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di masa mendatang.






BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.LANDASAN TEORI
Mutu  Pendidikan  indonesia  perlu ditingkatkan  salah   satunya   dengan  memperbaiki  kurikulum,  sarana
pendidikan,  serta  pengelolaan  dan pendayagunan  laboratorium.  Selain  itu dalam  proses  belajar  mengajar  yang mencakup  cara  mengajar,  metode  serta pendekatan  yang  digunakan. (Wahdah, Muris, & Arsyad, 2017). 
Biologi  adalah  bidang  ilmu  yang mempelajari  alam  dan  gejalanya,  dari yang bersifat  nyata sampai  yang bersifat abstrak.  Belajar   fisika  dapat  membantu peserta  didik  memahami  alam  sekitar dengan penyelidikan. (Amalia, Indrawati,
Pendekatan Science, Environment, Technology, Society (SETS) yang dalam Pendidikan di Indonesia lebih dikenal sebagai pendekatan “Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat (Salingtemas)”. Definisi SETS menurut the NSTA Position Statement 1990 (dalam Kuswati, 2004:11) adalah memusatkan permasalahan dari dunia nyata yang memiliki komponen Sains dan Teknologi dari perspektif siswa, yang di dalamnya terdapat konsep-konsep dan proses, selanjutnya siswa diajak untuk menginvestigasi, menganalisis, dan menerapkan konsep dan proses itu pada situasi yang nyata. Pendekatan SETS/ Salingtemas diambil dari konsep pendidikan STM (Sains, Teknologi, dan Masyarakat, Pendidikan Lingkungan (Environmental Education/EE), dan STL (Science, Technology, Literacy). Dalam pendekatan Salingtemas atau SETS (Science, Environmental, Technology and Society) konsep pendidikan STM atau STL dan EE dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan (Depdiknas, 2002:5).
Dasar pendekatan ini, adalah siswa akan memiliki kemampuan memandang suatu materi dengan cara mengintegrasikan terhadap keempat unsur, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang materi sains. Urutan ringkasan pendekatan ini membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S-pertama) ke bentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S-kedua) diperukan pemikiran tentang berbagai implikasinya pada lingkungan (E) secara fisik maupun mental. Secara tidak langsung, hal ini menggambarkan arah pendekatan SETS yang relatif memiliki kepedulian terhadap lingkungan kehidupan atau sistem kehidupan manusia.
Jadi, pendidikan SETS (Science, Environment, Technology, and Society), bukan pendidikan angan-angan atau di atas kertas saja, melainkan benar-benar membahas sesuatu yang nyata yaitu, bisa dipahami, dapat dilihat dan dibahas dan bisa dipecahkan jalan keluarnya. Dengan kata lain, pendekatan ini didefinisikan sebagai belajar dan mengajar mengenai sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Ini berarti bahwa peserta didik dalam pembelajarannya selain mempelajari teori tentang sains (ilmu pengetahuan alam) mereka juga menengok kehidupan nyata mereka yang berhubungan dengan teori yang dipelajari, sehingga akan berdampak positif dalam pemahaman peserta didik. Maka, dengan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society), hasil pembelajaran diharapkan mampu memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam mengembangkan kehidupan sebagai manusia pribadi, anggota masyarakat, warga negara, sehingga siap untuk mengikuti pendidikan selanjutnya. Adapun teori belajar yang digunakan dalam pendekatan SETS adalah konstruktivisme, behaviorisme, cognitive development, dan social cognitive.

 Gambar 1. Skema Pembelajaran SETS Approach

Kelebihan diterapkan pendekatan SETS:
1.Siswa memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegrasi dengan memperhatikan keempat unsur SETS, sehingga  dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang telah dimiliki.
2.Melatih siswa untuk peka terhadap masalah yang sedang berkembang di lingkungan mereka/ mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
3. Siswa memiliki kepedulian terhadap lingkungan kehidupan sekitar atau sistem kehidupan dengan mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik.
4.Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran

Kelemahan diterapkan pendekatan SETS:
1. Siswa mengalami kesulitan dalam menghubungkan atau mengkaitkan antar unsur-unsur SETS   
       dalam pembelajaran.
2. Membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam pembelajaran.
3. Pendekatan SETS hanya dapat diterapkan dikelas atas.
4. Bagi guru yang tidak berwawasan luas akan kesulitan kesulitan dalam mengajarkan

Pada pembelajaran menggunakan pendekatan SETS siswa diminta menghubungkan antara keempat unsur SETS, sehingga kemungkinan siswa memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keterkaitan konsep tersebut dengan unsur lain dalam SETS, baik dalam bentuk kelebihan maupun kekurangannya. (Nono Sutanto,2007:30). Penerapan pendekatan SETS pada pembelajaran sains, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.Siswa diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur sains yang dibahas dalam SETS yang mempengarui berbagai keterkaitan antara unsur-unsur tersebut.
2.Siswa dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian menggunakan konsep sains tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi, lingkungan dan masyarakat
3.Siswa dapat diajak berpikir kontruktivisme tentang SETS dari berbagai macam arah tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan.
 Gambar 2. Keterkaitan Antar Unsur SETS Pada Pembelajaran Sains

Pembelajaran  SETS  juga  membatu peserta  didik  dalam  memanfaatkan lingkungan  sekolah  memperoleh informasi  berdasarkan  materi  yang dipelajari,  peserta  didik  memanfaatkan lingkungan  sekitar  sekolah  untuk mengamati  benda-benda  yang  ada  di sekitar  sekolah.  Kemudian  peserta  didik
memanfaatkan  masyarakat  untuk berinteraksi dalam menemukan informasi, jadi  peserta  didik  tidak  hanya  diajarkan untuk  memanfaatkan  lingkungan  untuk memperoleh  informasi  tetapi  juga memanfaatkan  masyarakat  untuk memperoleh  informasi.  Serta  peserta didik  dapat  menerapkan  teori  yang dipelajari  dengan  teknologi  yang  ada. 
Tujuan  dari Penelitian  ini  untuk melihat pengaruh  Pembelajran  SETS  (Science, Environment,  Technology,  Society) terhadap  keterampilan  proses  sains peserta didik.

B.PENGAJUAN HIPOTESIS
    Model Pembelajaran Pendekatan SETS ( Science, Environment, Technology, and Society )  dapat meningkatkan
     aktifitas belajar siswa pada materi MUTASI 


BAB III METODE PENELITIAN

A.Tujuan Penelitian
Supaya  peserta didik  memiliki literasi  sains  dan  teknologi  serta  peduli terhadap  masalah  masyarakat  dan lingkungan disekitarnya.(Poedjiadi, 2010)  Dalam konteks pendidikan bervisi SETS, urutan  ringkasan SETS  membawa  pesan bahwa  untuk menggunakan  sains  (S)  ke bentuk  teknologi  (T)  dalam memenuhi kebutuhan  masyarakat  (S-kedua) diperlukan  pemikiran  tentang  berbagai implikasinya pada  lingkungan (E)  secara fisik  maupun  mental.  (Fatchan  & Soekamto,  2014)  Pembelajaran  SETS terdiri  dari  lima  tahapan  yaitu  inisiasi, pengembangan  konsep,  aplikasi  konsep dan pemantapan konsep serta penilaian. 

Keunggulan dari model pembelajaran SETS  dapat  Melatih  peserta  didik melakukan metode kerja ilmiah. Sehingga peserta  didik  mampu  membuat  karya ilmiah  yang  tertata  dan  terorganisasi dengan  baik.  Meningkatkan  kemampuan peserta  didik  dalam  berkomunikasi. Membuat  pembelajaran  menjadi
menyenangkan.  Membantu  peserta  didik mengenal  dan  memahami  sains  dan teknologi serta dampak negatif yang bisa ditimbulkan  dalam  kehidupan  sehari-hari.(Wahdah et al., 2017) 
Keterampilan proses sains merupakan proses mencari  dan menemukan,  dimana proses  pembelajaran  dilakukan  dengan memberikan  pengalaman  langsung  pada peserta  didik  dengan  langkah-langkah
kerja  ilmiah  sesuai  dengan  yang dilakukan para ilmuwan. (Jufri, 2013)   Pembelajaran  IPA  diperlukan penyelidikan,  secara  observasi  maupun eksperimen,  sebagai  kerja  ilmiah  yang melibatkan  keterampilan  proses  sikap ilmiah. Melalui kerja ilmiah, peserta didik dapat  memanfaatkan  fakta,  membangun konsep, prinsip, teori sebagai dasar untuk berpikir  kreatif,  kritis,  analitis,  dan divergen.  Metode  praktikum  yang digunakan  dalam  pembelajaran    dengan mengaplikasikan  keterampilan  proses
sains   dapat  membuat  siswa terlatih  dan menjadi  terampil  dalam  mengemukakan dan  mengembangkan  teori  dan  konsep yang dipelajari.(Ria, 2014).  Indikator  keterampilan  proses  sains terdiri  dari  keterampilan  proses  dasar yaitu(Jufri, 2013): mengamati, mengukur, memprediksi,  mengelompokkan,
menginferensi, dan mengkomunikasikan.                                                                     

B. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilakukan pada waktu pembelajaran materi mutasi disemester genap yang bertempat di SMA UTAMA 2 kelas XII IPA

C.Subyek penelitian
Yang menjadi subyek penelitian adalah peserta didik kelas XII IPA 1 dan 2 

D.Kolaborator

E.Jadwal
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada waktu pembelajaran dilakukan disemester genap pada kelas XII IPA 1 dan IPA 2 yang dilakukan pada hari yang sama tetapi waktu yang berlainan.

F.Tehnik Pengumpulan Data
Penggumpulan data dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan kepada peserta didik yang berupa essai pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

G.Metode Penelitian
Penelitian  ini  menggunakan  penelitian Quasi  Experimental  dengan  desain randomized control group only pascatest design.  pada  penelitian  ini  terdapat  dua variabel  yaitu  variabel  terikatnya  adalah
keterampilan  proses  sains  dan  Variabel Bebas  Model  pemebelajaran  SETS (Science,  Environment,  Technology, Society).  Penelitian dilaksanakan di SMA Utama  2  Bandar  Lampung semester  genap  tahun  ajaran  2017/2018.  Populasi  pada  penelitian  ini  adalah seluruh peserta  didik pada  kelas XII  IPA yang  berjumlah  138  yang  terdiri  dari  2 kelas.  Sampel pada  penelitian  ini terdiri dari  1  kelas  yang  berjumlah  23  peserta didik sebagai kelas eksperimen,  yaitu  kelas  XII  IPA  1  yang berjumlah 27 peserta didik sebagai kelas kontrol. Teknik  pengambilan  sampel  yang digunakan  pada  penelitian  ini  adalah cluster  sampling  (Sugiyono,  2016). Instrumen  penelitian  di  artikan  sebagai alat  ukur  dalam  penelitian  untuk menjawab  pertanyaan-pertanyaan  dan menguji  hipotesis  penelitian.  Jenis instrumen dalam penelitian ini berupa tes essay,  dimana  tiap  soal  mengukur indikator keterampilan  proses sains  yang berbeda.  Sebelum  Soal  digunakan  untuk penelitian  terlebih dahulu  diuji  validitas, reliabilitas,  daya  beda  dan  tingkat kesukaran.  Analisis  data  untuk  menguji normalitas, homogenitas dan hipotesis. 

Untuk menguji hipotesis mengunakan uji  t. Uji  hipotesis  ini  dilakukan  dengan menggunakan  rumus  polled  varians sebagai berikut: (Sugiyono, 2014)

Keterangan: 
X1: Nilai rata-rata post test dari kelas  eksperimen
X2: Nilai rata-rata post test dari kelas kontrol
n1: Jumlah sampel kelas eksperimen
n2: Jumlah sampel kelas control
S1: varians dari kelas eksperimen
S2: varians dari kelas kontrol 
Kriteria Uji :
Setelah  dilakukan  penghitungan sesuai  dengan  rumus,  maka  pengujian dengan melihat perbandingan antara thitung dan  ttabel  di mana  ttabel  =  t(n1+n2-1)  dengan taraf signifikan α = 0,05.

Kesimpulan :
Jika  thitung  ≤  ttabel    maka  H0  diterima. Teknik  Analisis  Data  Keterampilan Proses Sains 
Instrumen keterampilan proses sains yang  kedua  berupa  lembar  observasi keterampilan  proses  sains. Dalam  teknik analisis  lembar  observasi  yang  akan dinilai  adalah  aspek  dari  keterampilan proses sains dengan skala  likert. Adapun tahapan analisisnya adalah:   
1. Menjumlahkan  indikator  dari  aspek KPS yang diamati.
2. Analisis  data  hasil  penilaian  lembar observasi  keterampilan  proses  sains mengunakan  skala  likert  dengan persamaan sebagai berikut : 

%KPS =   Skor yang diperoleh x 100
                         Skor maksimal
Tabel 1. Kriteria Interpretasi Skor
Presentase                          Keterangan
81-100                              Sangat Baik
61-80                                Baik
41-60                                Cukup
21-40                                Kurang
0-20                                    Sangat Kurang






























BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Situasi dan kondisi tempat
Penelitian dilakukan di SMA utama 2 BandarLampung yang melibatkan 2 kelas XII IPA yang pelaksaannya dilakukan dikelas masing-masing dengan penerapan yang berbeda.

B.Data hasil penelitian
Data-data  hasil  penelitian  berupa hasil  lembar  observasi  keterampilan proses  sains  dan  tes  berupa  uraian sebanyak 10 soal.

Tabel 2. Hasil Pretest dan posttest  kelas kontrol dan kelas eksperimen
Kelas                   Pretest              Posttest               N-gain
Kontrol                39,94                62,56                   0,37
Eksperimen          40,96               81,54                   0,68
   
C.Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas  menunju  kan bahwa nilai rata-rata Postest kelas kontrol lebih  rendah  diandingkan  kelas eksperimen. Hal ini menunjukan hasil N-Gain Kelas Kontrol lebih kecil dibanding
N-Gain  Kelas  eksperimen. Maka dapat  disimpulkan   bahwa pem belajaran  dengan  mengunakan  model
pembelajaran SETS (Sains, Environment, Technology,  and Society) yang  diberikan dikelas eksperimen mampu meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik.  Observasi  dilaksanakan  pada  saat
pembelajaran  berlangsung  dengan diadakannya praktikum. Hal yang diamati berupa  indikator  indikator  pada keterampilan  proses  sains  peserta  didik saat  pembelajaran berlangsung,  Berikut ini  hasil  lembar  observasi  keterampilan proses sains.

Gambar 1. Diagram hasil observasi keterampilan proses sains

1. Uji Normalitas 
Uji  normalitas  digunakan  untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak.  Untuk  menguji  normalitas  pada penelitian  ini  mengunakan  uji  liliefors (dengan  taraf  signifikan  α  =  0,005) dengan  mengunakan  aplikasi  microsoft excel. Data terdistribusi normal jika nilai signifikan > 0,05. Jika nilai signifikan  < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal. Hasil  uji  normalitas  yang  digunakan  uji
liliefors,  menunjukan  data  terdistribusi normal.

68,59         70,42          68,59          65,85          68,59              69,20
81,09         72,25          71,33          70,42          73,78              78,96
0.00%       10.00%        20.00%      30.00%       40.00%           50.00%
60.00%     70.00%        80.00%      90.00%       100.00%
Persentase Kontrol                           Persentase Eksperimen

Tabel 3. Hasil uji Normalitas pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
Data                                           LTabel                   Lhitung                     Kesimpulan
Kelas Eksperimen         Pretest   0,142 
                                                       N = 39                0,108                         Lhitung <  Ltabel Data terdistribusi
                                                                                                                     normal
                                       Posttest                                0,135
                                       Per. I                                    0,134
                                       Per.II                                    0,133
Kelas Kontrol                 Pretest     0,138
                                                       N = 41                  0,112
                                        Posttest                                0,127
                                        Per. I                                    128
                                        Per.II                                    124

Berdasarkan  tabel  hasil  uji  normalitas kelas  eksperimen  dan  kontrol  dengan pretest,  posttest  dan  Lembar  Observasi dengan  taraf  signifikan  0,05.  Hasil  uji normalitas  Pada  kelas  eksperimen  di
peroleh nilai Lhitung   <  Ltabel, sehingga H0 diterima  pada  data  kelas  eksperimen terdistribusi  normal  dan  hasil  uji normalitas  kelas  kontrol  diperoleh  nilai Lhitung    <   Ltabel sehingga  data pada kelas
kontrol  terdistribusi  normal.  Sehingga data  keterampilan  proses  sains terdistribusi Normal. 


2. Uji Homogenitas 
Uji  homogenitas  pada  penelitian  ini mengunakan Uji homogenitas dua varians dengan  taraf  signifikan  α  =  0,005 digunakan  untuk  menguji  apakah  kedua data  tersebut  homogen.  Dan  apakah sampel  yang  digunakan  memiliki  varian yang  sama  atau  tidak.  Adapun  kriteria penerimaan  data  homogen  adalah  jika Fhitung <  Ftabel  ,  H0  diterima maka  sampel homogen  dan  jika  Fhitung  >  Ftabel    maka
sampel  tidak homogen.  Berikut hasil  uji homogenitas disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kontrol
Data                                      FTabel                               Fhitung                    Kesimpulan
Pretest                                   1,7012                               0,9984                    Fhitung < Ftabel data dinyatakan
                                                                                                                        homogen H1 diterima.
Posttest                                                                            0,7191
Per. I                                                                                0,8318
Per.II                                                                                0,9873

Hasil  uji  homogenitas  pada  kelas kontrol  dan  kelas  eksperimen  memiliki Fhitung < Ftabel sehingga dapat disimpulkan bahwa  H1  diterima  artinya  populasi tersebut  memiliki  varians  yang  sama.
Setelah  diketahui  data  memiliki  varians yang sama maka dapat dilanjutkan dengan mengunakan statistik  parametik yaitu  uji t.   

3. Hasil pengujian hipotesis
Berdasarkan  data  yang  telah  di  uji normalitas  dan  homogenitas  kemudian data  dinyatakan  normal  dan  homogen, maka  dilanjutkan  dengan  pengujian hipotesis  dengan  mengunakan  statistika
parametris yaitu uji-t. Pengujian hipotesis dilakukan  untuk  mengetahui  adakah pengaruh  perlakuan  dengan mengunakan model  pembelajaran  SETS  (Sains, Environment,  Technology,  and  Society)
terhadap ketrampilan proses sains peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol.  Adapun  kriteria  penerimaan  data terdapat  perbedaan  atau  tidak  adalah sebagai berikut :
Jika  thitung  ≤  ttabel   maka  H0  diterima, H1 ditolak. 
Jika thitung    > ttabel   maka  H1 diterima,  H0 ditolak.
Berikut hasil uji hipotesis  yang disajikan
pada tabel5.

 Tabel 5. Hasil uji hipotesis Keterampilan proses sains
Data                                          Thitung                     tTabel                    Kesimpulan
Tes                                            11,1223                     1,9908                  Thitung > Ttabel maka H1 Diterima. 
Observasi                                  11,0396                     1,9908

Berdasarkan  uji  t dari  kelas  kontrol dan  kelas  eksperimen  berupa  tes  dan observasi  maka  didapat  hasil  hipotesis dengan  taraf  signifikan  0,05  diperoleh thitung  lebin  besar  daripada ttabel  sehingga
thitung  > ttabel.  Maka H1  diterima.  Dengan demikian  dapat  disimpulkan  bahwa terdapat  pengaruh  model  Pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology and Society) terhadap keterampilan proses
sains. Pembelajaran  SETS    mengaitkan empat  unsur  yaitu  sains,  Lingkungan, Teknologi  dan  Masyarakat.  Sehingga dengan  keempat  unsur  tersebut  dapat meningkatkan  keterampilan  proses  sains
peserta didik. Pada masing masing unsur SETS  terdapat  hubungan  terhdap Keterampilan  proses sains  peserta  didik. Seperti Science pada indikator mengukur, Environment  dengan  Mengamati  dan
Mengelompokkan,  Technology  pada indikator  memprediksi  dan  pada  unsur Society indikator mengkomunikasi. Berdasarkan  hasil  Penelitian  Nofia nur  miftiana,  andari  puji  astuti,  fitria faticatul  hidaya  bahwa  model pembelajaran  SETS  dapat  mengarahkan pola  sikap  peserta  didik  dalam
bersosialisasi  dan  meningkatkan  daya pikir  terutama  pada  ilmu  kimia  yang diterapkan  dalam  kehidupan  sehari-hari.(Miftianah,  Astuti;,  &  Hidayah, 2015).
Observasi  yang  dilakukan  pada penelitian  ini  diaukan untuk  mengetahui keterampilan  proses  sains  peserta  didik mengunakan  model  pembelajaran  SETS pada materi usaha dan energi. Data  yang
di dapat pada hasil observasi keterampilan proses  sains  memperlihatkan  indikator mengamati  terletak  pada  hasil  yang tertinggi  sebesar  81,09%  pada  kelas eksperimen,  Namun  pada  kelas  kontrol
indikator  mengukur  dengan  hasil  70,42 %.

Hasil  keterampilan  proses  sains
peserta  didik  yang  memiliki  kriteria sangat  baik  yaitu  pada  indikator mengamati  dan  menginterpretasi  data dengan  masing  masing  persentase  yaitu  81,09%  dan  78,96%.    Kemudian  indikator  keterampilan  proses  sains memiliki  kriteria  baik  yaitu  Mengamati dan Mengkomunikasi. Setelah  diterapkan  model
pembelajaran  SETS    dapat  meningatkan keterampilan  proses  sains  peserta  didik terlihat  pada  masing  masing  indikator mendapat nilai yang tinggi.  Namun pada indikator  mengiteferensi  terendah karena
mayoritas  peserta  didik  belum  mampu mengemukan  pendapat  dengan menyatakan  sesuatu  berdasarkan  hasil dari  pengamatan  sehingga  peserta  didik mendapatkan  angka  yang  rendah  pada
indikator ini. Penerapkan  pembelajaran  SETS  didapatkan  hasil  observasi  penguasaan pemahaman   peserta  didik lebih  baik  dibandingkan  dengan pembelajaran konvensional. Ditinjau  dari hasil    persentase  observasi  pada  setiap pertemuan  meningkat.  Pembelajaran SETS  dapat  melatih  peserta  didik  untuk menguasai  keterampilan  proses,  karena langkah langkah pada pembelajaran SETS cocok meningkatkan keterampilan proses sains peseta didik.

Pengujian hipotesis menggunakn uji-t terhadap  hasil  tes  dan  observasi keterampilan  proses  sains  kelas
eksperimen dan  kelas kontrol.  Pengujian ini  dilakukan  secara  manual  dengan mengunakn  microsoft  excel.  pengaruh model  Pembelajaran  SETS  (Science, Environment,  Technology  and  Society)
terhadap keterampilan proses sains. Kelas eksperimen  lebih  unggul  dibanding dengan kelas kontrol. Hal ini disebabkan pada  kelas  eksperimen digunakan  model pembelajarn  SETS  dimana peserta  didik dapat  menentukan  sendiri  permasalahan  yang  akan  dipelajari  dan  memecahakan masalah tersebut dengan melibatkan sosial, teknologi  dan  lingkungan.  Hal  ini  akan meningkatkan  keterampilan  proses  sains peserta didik Hasil penelitian zalfa ameliya terdapat perbedaan  yang  signifikan  antara  kelas yang  menggunakan  pembelajaran  SETS dan pada  kelas yang  tidak menggunakan SETS dapat dilihat dengan hasil uji t yaitu thitung = 7,225 dengan taraf signifikan 5%  ttabel 2. (Kiky,2017)

Metode  pembelajaran  yang digunakan  pada  kelas  kontrol  yaitu ceramah  dan  diskusi.  Dalam  interaksi
pembelajaran sangat berpusat kepada guru sehingga  belum  bisa  mengoptimalkan pembelajaran  dan  belum  bisa mengaktifkan peserta didik. Peserta didik masih  bergantung  pada  penjelasan  guru sehingga  kemampuan  dan  wawasan peserta  didik  masih  minim.  Selain  itu sumber  data  atau  kajian  pustaka  yang digunanakan  pada  kelas  kontrol  hanya bersumber  dari  buku cetak  dan  internet, sehingga  materi  yang  mereka  dapatkan terbatas. Hal ini berimbas  pada kesulitan peserta  didik  dalam  penguasaan
memecahan  masalah  karena  kurang memahami  situasi dan  kondisi  yang ada dilapangan.
Persentase  lembar  observasi  pada pertemuan  pertama  dan  kedua  terdapat peningkatan  penguasaan  pada pembelajaran tentang mutasi  pada kelas  yang diterapkan pembelajaran  SETS.  Hal  ini  diperkuat dengan  hasil  persentase  dari  dua pertemuan. Karena  keempat unsur  SETS dapat  memengaruhi  penguasaan  keterampilan proses peserta didik. Hasil penelitian dalam pemebelajaran SETS  peserta didik  diajak  untuk  belajar dari  pemasalahan   dalam dunia  nyata,  sehingga  dapat meningkatkan  pemahaman peserta didik. Dengan demikian hipotesis diterima,    sehingga  dapat  disimpulkan terdapat  pengaruh  model  pembelajaran SETS  dalam meningkatkan  keaktifan peserta didik pada pembelajaran materi mutasi..




















BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan 
Berdasarkan  landasan  teori,  analisis data, perhitungan uji-t dan mengacu pada rumusan masalah diketahui bahwa peserta didik  yang  menggunakan  model pembelajaran  (Science,  Environment, Technology  and  Society)  Hasil  analisis menunjukan  thitung  =  11,1223  sedangkan ttabel  =  1,9908  dengan  taraf  signifikan 0,05% sehingga thitung > ttabel. H1 diterima,. terdapat  pengaruh  model  Pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology and Society) terhadap peningkatan belajar mutasi.  Dapat  simpulkan  bahwa  terdapat pengaruh  model  pembelajaran  SETS dalam meningkatkan keaktifan peserta didik pada materi mutasi kelas XII IPA.

B.Saran
Untuk meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran biologi perlu kiranya diterapkan pada materi lainya yang dianggap sulit bagi peserta didik.
















































DAFTAR PUSTAKA
Amalia,  M.  R.,  Indrawati,  &  Subiki. (2017).  Model  GI-GI  (Group Investigation-Guided Inquiry) Dalam Pembelajaran Gerak Lurus  Di SMA Negeri  Rambipuji  (Studi  pada Aktivitas  Belajar  Siswa,  Efektivitas Pembelajaran,  dan  Hasil  Belajar Siswa). Jurnal Pembelajaran Fisika, 6(1).
Atminiati,  E.,  &  Binadja,  A.  (2017). Keefektifan  Pembelajaran  Guided Note  Taking  Bervisi Sets  Bermedia Chemo  Edutainment  Dalam Meningkatkan, 11(2).
Fatchan,  A.,  &  Soekamto,  H.  (2014). Pengaruh  Model  Pembelajaran Science , Environment , Technology ,  Society  (  SETS  )  Terhadap Kemampuan  Berkomunikasi  Secara Tertulis  Berupa  Penulisan  Karya Ilmiah bidang  geografi siswa  SMA. Jurnal  Pendidikan  Dan Pembelajaran, 21.
Jufri,  W.  (2013).  Belajar  dan Pembelajaran  Sains.  Bandung: Pustaka Reka Cipta. Miftianah,  N.  N.,  Astuti;,  A.  P.,  &
Hidayah,  F.  F.  (2015).  Analisis Keterampilan  Proses  Kritis  Siswa Melalui Pembelajaran SETS Kelas X
Pada  Materi  Larutan  Elektrolit  dan NonElektrolit.  Seminar  Nasional Pendidikan,  Sains  Dan  Teknologi
Fakultas  Matematika  Dan  Ilmu Pengetahuan  Alam  Universitas \Muhammadiyah Semarang.
Poedjiadi,  A.  (2010).  Sains  Teknologi Masyarakat.  Bandung:  Remaja Rosdakarya. Sugiyono.  (2014).  Metode  Penliian Kuantitatif  Kualikatif  dan  R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono.  (2016).  Metode  Penelitian Kuantitatif,  Kualitatif  dan  R&D. Bandung: Al. Wahdah,  Muris,  &  Arsyad,  N.  (2017). Implementasi  Stategi  Pembelajaran Aktif  Dalam  Meningkatkan Kemampuan  Menyelesaikan Masalah  Fisika  Pada  Siswa  Kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Kabupaten Sinjai.  Jurnal  Pendidikan  Fisika Universitas  Muhammadiyah Makassar, 5. Wisudawati,  A.  W.,  &  Sulistyowati,  E.
(2017).  Metodologi  Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara




































































































































































RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS) 2021

  Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Kegiatan In House Training (IHT) di SM...