Selasa, 14 April 2020

PTK Bahasa Inggris

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS
PADA SISWA KELAS XI SMA UTAMA 2 BANDAR LAMPUNG
MELALUI TEKNIK KWL DAN PERMAINAN BAHASA
TAHUN PELAJARAN 2018/2019


Oleh : Nani Kurniaty, S. Pd


ABSTRAK


Hasil observasi di SMA Utama 2 Bandar Lampung ditemukan bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris. Untuk itu perlu digunakan strategi baru agar dapat meningkatkan kemampuan berbicara mereka, yaitu dengan menggunakan teknik KWL dan permainan bahasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan teknik KWL dan permainan bahasa dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa.
Penelitian ini diadakan di SMA Utama 2 Bandar Lampung kelas XI semester I tahun pelajaran 2018/2019, waktu penelitian berlangsung selama 2 bulan dengan 3 siklus. Siklus I siswa melengkapi tabel kolom (K) dan kolom (W) dengan pengalaman yang berhubungan dengan topik dan materi yang mereka ingin ketahui. Berikutnya siswa mengemukakan hasil atau kesimpulan dari materi  yang mereka pelajari dan ditulis pada kolom (L). Di setiap akhir pertemuan, siswa melakukan permainan bahasa sesuai dengan topic bahasan. Siklus II siswa menjawab pertanyaan sesuai panduan guru peneliti. Siklus III sebelum pembelajaran semua siswa diberi tugas belajar di rumah tentang topik bahasan yang akan diajarkan berikutnya.
Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan siswa yang aktif berbicara pada siklus I sekitar 10%, siklus II 15 %, dan siklus III sebanyak 20,8%. Hal ini juga terlihat pada ulangan harian siswa yang diajar dengan menggunakan teknik KWL dan permainan bahasa lebih baik, dan persentase ketuntasan belajarpun lebih tinggi disbanding dengan yang tidak menggunakan teknik KWL.






















PENDAHULUAN
Pelajaran bahasa Inggris di SMA berfungsi sebagai alat pengembangan diri siswa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Setelah menamatkan studi, mereka diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang cerdas, terampil, dan berkepribadian serta siap berperan dalam pembangunan nasional (GBPP 1994).
Pengajaran bahasa Inggris di SMA meliputi keempat keterampilan berbahasa, yaitu membaca, menyimak, berbicara dan menulis. Semua itu didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu kosa kata, tata bahasa, dan pronunciation  sesuai dengan tema sebagai alat pencapai tujuan.
Dari keempat ketrampilan berbahasa di atas, pembelajaran ketrampilan berbicara ternyata kurang dapat berjalan sebagaimana mestinya. Siswa belum mampu berkomunikasi walaupun dalam bahasa Inggris yang sangat sederhana. Dilain pihak, kurikulum mengisyaratkan bahwa siswa yang telah menamatkan jenjang pendidikan setingkat SMA harus mampu menyampaikan ide, pendapat, ataupun tanggapan terhadap suatu masalah dalam bahasa Inggris yang sederhana.
Siswa kelas XI di lingkungan SMA Utama 2 Bandar Lampung misalnya, setelah belajar bahasa Inggris  selama setahun belum mampu juga menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi sekalipun dalam bentuk yang sederhana. Bahkan yang lebih tragis lagi, belakangan ini timbul kecenderungan bagi siswa untuk membenci pelajaran bahasa Inggris karena mereka menganggap bahwa pelajaran bahasa Inggris suatu yang membosankan dan menakutkan.
Salah astu usaha untuk menanggulangi masalah ini, guru di SMA Utama 2 sepakat melakukan penelitian tindakan kelas yang kali ini dilakukan pada murid kelas XI, dengan judul “ UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS XI SMA UTAMA 2 BANDAR LAMPUNG MELAUI TEKNIK KWL DAN PERMAINAN BAHASA TAHUN PELAJARAN 2018/2019”
Penelitian ini bertujuan agar siswa dapat mampu menggunakan bahasa Inggris untuk hal-hal sederhana, seperti:
1. Bertanya;
2. Menjawab pertanyaan, baik yang diajukan  oleh guru maupun oleh temman-teman sekelas;
3. Tidak merasa malu berbicara dalam bahasa Inggris.
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Moris dalam Novia (2002) menyatakan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku social. Sedangkan Wilkin dalam Maulida (2001) menyatakan bahwa tujuan pengajaran bahasa Inggris dewasa ini adalah untuk berbicara. Lebih jauh lagi Wilkin dalam Oktarina (2002) menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasiterjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda.
Suatu hal yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa secara spontan, yaitu dengan menggali pengetahuan siswa tentang tema yang diajarkan. Teknik KWL dapat digunakan untuk tujuan tersebut. KWL adalah singkatan dari Know (yang diketahui), What to Know (yang ingin diketahui), dan Learned (yang diperoleh). Ogle (1989) menyatakan bahwa format KWL adalah suatu cara yang tepat untuk membantu siswa berpartisipasi aktif dalam berbicara tentang apa yang sedang mereka pelajari dalam ruang lingkup tema. Setiap mengajar, guru membagikan kertas dengan format KWL atau menuliskannya di papan tulis, seperti Tabel 1.
TABEL 1
K (Know) W (What to know) L (Learning)









Dalam proses pembelajaran, guru memberikan sebuah topik, kemudian ditanyakan secara oral kepada siswa apa yang mereka ketahui tentang topik yang diberikan. Semua jawaban siswa dituliskan pada kolom K. Pertanyaan selanjutnya yaitu apa yang ingin mereka pelajari tentang topik dan semua jawaban siswa ditulis pada kolom W. Kemudian guru menggali tentang apa yang telah mereka pelajari dan menuliskannya pada kolom L.
Metode pengajaran melalui teknik KWL akan lebih efektif dan suasana belajar akan lebih menyenangkan apabila diikuti dengan permainan bahasa. Permainan bahasa ini harus sesuai dengan ruang lingkup tema dan level siswa. Wright dan Backy (1984) mengatakan bahwa permainan bahasa bisa membantu dan memotivasi siswa serta melibatkan mereka dalam berbicara dan bekerja. Permainan bahasa diyakini dapat menimbulkan situasi di mana bahasa itu berguna dan berarti. Permainan bahasa yang dapat digunakan disini  diantaranya: role play, word guessing, chain words,dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagi berikut. Pembelajaran Bahasa  Inggris dengan Menggunakan Teknik KWL dan Permainan Bahasa Diduga dapat Meningkatkan Kemampuan Berbicara.






METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini diadakan di kelas XI SMA Utama 2 Bandar Lampung yang terdiri dari 2 kelas, yakni kelas XI IPA dan XI IPS.
Siswa kelas XI digunakan sebagai tempat penelitian diasumsikan bahwa mereka telah memiliki dasar yang cukup untuk mampu berbicara dalam bahasa Inggris yang sederhana.
Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan, dimulai pada awal bulan Agustus 2018 dan berakhir pada akhir September 2018. Pelaksanaan penelitian dibagi ke dalam 3 siklus.
Siklus Penelitian
Seperti telah dikemukakan di atas, penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus, dan masing-masing siklus terdiri atas 4 kegiatan utama, yaitu pembuatan rencana (plan), pelaksanaan tindakan (action), pemantauan (observation), dan refleksi (reflection). Pada tahap rencana, guru peneliti membuat persiapan . Di sini, semua kegiatan yang akan dilaksanakan dimatagkan serta ditentukan alat yang digunakan untuk memantau tindakan yang dilakukan pada tahap tindakan, guru peneliti menyajikan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disepakati pada tahap perencanaan. Hasil pemantauan ini kemudian direfleksikan secara bersama untuk melihat kelebihan dan kekurangan yang digunakan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya.
Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data penelitian yang valid dan dapat dipertanggung-jawabkan, dalam penelitian ini digunakan beberapa instrument pembantu, seperti lembar observasi, lembar catatan lapangan, dan lembar hasil tes siswa.

HASIL PENELITIAN
Partisipasi Siswa di Kelas
Pada siklus I, materi yang dibahas berhubungan dengan teknologi ringan, lat rumah sakit, dan alat elektronik. Siklus I ini dilakukan dalam 4 kali pertemuan atau selama 2 minggu, yaitu pada minggu kedua dan minggu ke tiga di bulan Agustus 2018.
Guru yang tampil sebagai pelaksana tindakan penelitian, menulis topic pelajaran dan membuat tabel KWL di papan tulis. Kemudian guru menanyakan pada siswa hal-hal yang mereka ketahui tentang topik tersebut dan menuliskannya pada kolom (K). Selanjutnya guru menanyakan hal-hal yang ingin diketahui siswa tentang topik tersebut dan menuliskannya pada kolom (W). Sedangkan hal-hal yang ingin diketahui siswa bisa berupa pernyataan atau pertanyaan. Kemudian, guru meminta siswa membaca wacana yang diberikan. Semua jawaban siswa tersebut ditulis dalam kolom (L) dan ini merupakan hasil dan kesimpulan dari proses pembelajaran saat itu. Pada akhir kegiatan, siswa diberi permainan bahasa yang berhubungan dengan topik, antara lain menerka sebuah gambar setelah disebutkan ciri-ciri  gambar sebelumya, membuat kata berdasarkan huruf yang sudah ditentukan, dan bermain peran.
Hasil pemantauan pada siklus I menunjukkan bahwa telah ada perubahan perilaku siswa, namun sebagian besar siswa masih canggung dan merasa malu untuk berbicara terutama pada mereka yang tergolong siswa yang berkemampuan rendah. Mereka sulit untuk mengeluarkan ide atau tanggapan karena mereka kalah bersaing dengan anak yang pintar. Pada siklus I ini siswa yang bertanya baru 12,5%, menjawab pertanyaan guru 20%, dan memberikan tanggapan 9%. Itupun hanya siswa yang tergolong pintar.
Berdasarkan refleksi terhadap kegiatan siklus I, maka dibuat rencana tindakan untuk siklus II, yaitu memberikan kesempatan pada anak yang berkemampuan rendah, dengan diberikan pertanyaan  pemandu oleh guru agar siswa terpancing untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan.
Pada siklus II ini, materi yang dibahas adalah tentang perjalanan wisata. Kegiatan siklus ini juga berlangsung selama 2 minggu  dengan 4 kali pertemuan, yakni minggu keempat bulan Agustus  dan minggu pertama bulan September 2018. Kegiatan utama pada siklus II ini sama dengan kegiatan pada siklus I. Namun, sebelum pembelajaran dimulai, guru peneliti mencoba memotivasi siswa dengan pertanyaan pemandu untuk memberi penguatan pada siswa agar tidak merasa malu dalam mengeluarkan ide atau tanggapan terhadap topik yang yang akan dipelajari. Hal ini terutama ditujukan pada anak yang tergolong  berkemampuan rendah. Di samping itu, dilakukan penambahan waktu pembelajaran karena mereka lambat dalam menyusun kata yang akan disampaikan.
Pada siklus ini guru peneliti tidak hanya memberikan kesempatan siswa yang aktif saja, tetapi memberi kesempatan  kepada siswa yang kurang aktif dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pemandu. Kalau mereka belum mampu mengemukakan ide seluruhnya dalam bahasa Inggris, mereka diberi kelonggaran untuk menggunakan sebagian kata yang memang sulit dalam bahasa Indonesia. Di akhir kegiatan juga diadakan permainan bebas yang relevan dengan topik pembelajaran.
Hasil pemantauan teman sejawat pada siklus ini menunjukkan bahwa partisipasi siswa semakin tinggi. Siswa yang lemah pun sudah mau mengeluarkan ide, tanggapan, atau pun pendapatnya tentang topik. Namun perubahannya belum begitu menonjol. Pada siklus II ini, tercatat siswa yang bertanya 15%,  menjawab pertanyaan 24,5%, dan memberikan tanggapan 9,8%. Berdasarkan refleksi pada siklus ini, tim peneliti menyusun rencana tindakan untuk siklus III.
Pada siklus III ini, materi yang disajikan berhubungan dengan kebudayaan, yaitu rumah tradisional, cerita rakyat, dan upacara adat. Siklus ini juga berlangsung selama 2 minggu dengan 4 kali pertemuan, yaitu minggu kedua dan ketiga bulan September 2017. Bentuk kegiatan pada siklus ini sama dengan siklus sebelumnya.
Pada proses pembelajaran di siklus  III ini, siswa Nampak lebih antusias, mereka telah berani mengungkapkan ide-ide atau pertanyaan yang ada sesuai dengan yang diminta oleh teknik KWL. Dari hasil pengamatan dari dari siklus III ini, anak yang aktif bertanya 20,8%, menjawab pertanyaan 26,5% dan yang memberikan tanggapan 15%. Siswa yang mau berbicara tidak hanya didominasi oleh siswa yang pandai saja. Siswa yang pada awalnya tampak pasif pada siklus ini telah tampak aktif untuk bertanya, menjawab, dan menanggapi. Pada saat diadakan permainan, anak-anak antusias untuk berpartisipasi. Secara keseluruhan, partisipasi siswa dalam proses pembelajaran pada masing-masing siklus dapat dilihat pada Tabel 2.
TABEL 2
PARTISIPASI SISWA DI KELAS

No. Aspek yang diamati Siklus I Siklus II Siklus III
1. Bertanya 12,5% 15,4% 20,8%
2. Menjawab          20% 24,5 % 26,5 %
3. Menanggapi 9% 9,8%          15,1%

TABEL 3
TINGKAT PENCAPAIAN HASIL BELAJAR
SEBELUM DAN SESUDAH SIKLUS DILAKUKAN
No. Aspek yang diamati Sebelum siklus Siklus I Siklus II Siklus III
1. Rata-rata ulangan harian 4,2 4,9 5,6 6,1
2. Presentasi ketuntasan belajar 3,3 4,5 5,2 5,7

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keaktifan siswa mulai dari siklus I, siklus II, dan siklus III pada  aspek bertanya, menjawab, dan menanggapi.

Hasil Ulangan Siswa

Hasil ulangan yang diberikan kepada siswa juga menunjukkan kemajuan dari siklus ke siklus. Hasil rata-rata nilai harian pada siklus I adalah 4,9 dengan persentase ketuntasan belajar 45%. Pada siklus II, nilai harian naik menjadi 5,6 dengan ketuntasan belajar 53%. Sedangkan pada siklus III, nilai ulangan harian naik menjadi 6,1 dengan ketuntasan hasil belajar 57%.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan teknik KWL dan permainan bahasa dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa.




















SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Teknik KWL dan permainan bahasa dapat meningkatkan partisipasi siswa di kelas apabila guru memberikan kesempatan dan bimbingan kepada seluruh siswa.

2. Hasil ulangan harian siswa yang diajarkan dengan menggunakan teknik KWL dan permainan bahasa lebih baik.

3. Persentase ketuntasan belajar siswa juga lebih tinggi dibandingkkan dengan yang diajarkan tidak menggunakan teknik KWL.

Saran-Saran

1. Pendekatan teknik KWL dan permainan bahasa dapat digunakan dalam proses belajar mengajar sebagi alternatif untuk meningkatkan partisipasi berbicara dan membuat pelajaran lebih efektif dan menarik.

2. Guru mata pelajaran bahasa Inggris harus kreatif dan inovatif dalam mempersiapkan pembelajaran agar hasil pembelajaran lebih meningkat.
































DAFTAR PUSTAKA

Octarina, D. 2001. Interactive Activities as the Way to Improve EFL Learners’Speaking Abilities. 
Makalah Tugas Akhir S1 Padang: UNP Padang.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999.Suplemen GBPP. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Novia, T.2002. Strategy to Improve Student’s Ability in Speaking. Makalah Tugas Akhir S 1. Padang:
UNP Padang.

Wright and Backy. 1984. Language Art : Content and Strategies. London : Longman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS) 2021

  Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Kegiatan In House Training (IHT) di SM...